14. Kecewa

Kata orang, cinta baru bisa menghapus luka yang disebabkan oleh cinta lama.

***

"Kayaknya findingsnya lumayan nih ya," kata Mas Bram sambil menghempaskan tubuhnya di kursi.

"Kayaknya sih, Mas," kata Haiva. "Padahal kayaknya kita udah prepare banget ya. Tetep aja banyak temuan."

"Tapi untung sih, ketahuan sekarang. Kita jadi masih punya cukup waktu untuk CAPA. Kalau kita nggak mengadakan mock-audit sekarang, kita nggak sadar masih punya kekurangan dan nggak bisa melakukan perbaikan," kata Mbak Yuli.

Saat ini mereka sedang mengadakan mock-audit. Latihan audit, untuk mempersiapkan perusahaan mereka menghadapi audit TGA yang sebenarnya.

Saat dilaksanakan audit/inspeksi, terkadang jadi terlihat bahwa ada pelaksanaan proses produksi, analisis, penyimpanan, distribusi atau hal lain yang terkait penjaminan mutu obat yang masih kurang sesuai dengan pedoman GMP/CPOB (Good Manufacturing Practice/ Cara Pembuatan Obat yang Baik). Ketidaksesuaian pelaksanaan penjaminan mutu saat dibandingkan dengan CPOB itulah yang disebut deviation finding/temuan penyimpangan. Setelah mengidentifikasi temuan tersebut, suatu industri farmasi harus membuat perencanaan untuk penanganan kesalahan dan pencegahan agar penyimpangan serupa tidak terjadi lagi di masa mendatang (CAPA/ Corrective Action - Preventive Action). Itu mengapa inspeksi/audit penting untuk dilakukan, baik secara internal atau oleh pihak eksternal, agar kualitas penjaminan mutu di suatu industri farmasi tetap terjaga dan makin baik.

Penyimpangan maupun kepatuhan terhadap GMP/CPOB dapat tercermin salah satunya pada sistem dokumentasi yang baik. Semua kegiatan harus terdokumentasi, dan semua kegiatan harus dilakukan berdasarkan yang tertera pada dokumen. Itu mengapa bagian dokumentasi di departemen QA (Quality Assurance/Penjaminan Mutu) biasanya menjadi salah satu yang paling sibuk mempersiapkan dan saat audit.

Pada beberapa kali audit eksternal, Bram dan Haiva selalu menjadi staf yang bertugas menyiapkan dokumen-dokumen mutu yang diperlukan oleh auditor. Dan Yuli adalah penanggung jawab yang mengkomandoi kedua orang itu. Maka begitupun rencananya untuk audit TGA beberapa bulan lagi. Itu mengapa pada mock-audit kali ini, mereka bertiga juga bekerja sama, untuk mensimulasi dan mengevaluasi efektivitas tim mereka dalam menyediakan dokumen yang dibutuhkan auditor.

Saat melakukan audit/inspeksi, auditor akan melihat pelaksanaan CPOB di industri farmasi tersebut, kemudian membandingkannya dengan dokumentasinya. Kadang juga yang dilakukan adalah sebaliknya, mereka mengecek dokumen terlebih dahulu baru melihat penerapannya. Saat pengecekan dokumen itulah biasanya Yuli-Bram-Haiva dalam mode sibuk. Biasanya Mbak Naya atau Bu Karin, sebagai orang yang menghadapi para auditor, akan siap dengan ponselnya. Begitu auditor membutuhkan dokumen, Mbak Naya/ Bu Karin akan mengirimkan pesan kepada Yuli, lalu Yuli akan menginstruksikan kepada Bram dan Haiva untuk mencari dokumen yang sesuai dengan permintaan auditor.

Karena sudah beberapa kali mengalami audit eksternal bersama, mereka bertiga sudah menjadi tim yang solid soal dokumentasi. Masing-masing staf sudah menguasai dan memahami jenis dokumen untuk pembuktian tertentu. Jadi saat auditor meminta bukti mutu tertentu, masing-masing staf sudah tahu dokumen apa yang harus ditunjukkan. Haiva sebagai yang termuda, biasanya berperan sebagai "runner" yang bertugas bolak-balik ruang dokumen dan ruang meeting audit.

Itu adalah hari kedua mock-audit, dan waktu sudah menunjukkan jam 3 sore ketika Yuli mendapatkan pesan dari Naya, lalu langsung ikut menyandarkan tubuhnya ke punggung kursi.

"Mereka udah selesai. Sekarang sedang wrap-up meeting," kata Yuli kepada kedua rekannya.

Bram merenggangkan tubuhnya dan Haiva langsung membanting tubuhnya di kursi. Lega.

"Kira-kira hasilnya gimana ya?" tanya Bram. Entah pada siapa.

"Ya nanti kita tungguin aja presentasi akhirnya," kata Yuli. "Tapi dari segi dokumentasi, kayaknya kita udah makin oke ya provide dokumennya? Kita bisa mencari dan mengantarkan dokumen dalam waktu 2-3 menit. Iya nggak sih?"

"Keren ya kita," kata Bram jumawa sambil terkekeh sendiri. Membuat Yuli mencebik dan Haiva tertawa.

Untuk kecepatan mengantarkan dokumen kurang dari 5 menit itu, membuat kaki Haiva lumayan pegal.

"Eh, Mbak Yul," kata Bram, "Gue denger gosip, katanya Dito, Foreman Line Semisolid resign ya?"

Medika Farma memproduksi beberapa jenis produk obat. Departemen Produksi dipimpin oleh seorang Manajer, dan tiap jenis produknya dikomandoi oleh seorang Line Supervisor dan Line Foreman.

"Oh ya?" tanya Haiva spontan.

"Wah, cepet juga lo tahu gosipnya," kata Yuli. "Pindah ke Hans Pharmaceuticals dia."

"Wah! Wah!" Bram berdecak mendengar nama perusahaan farmasi multinasional itu. "Jadi siapa yang gantiin Dito?"

"Open recruitment lah," jawab Yuli. "Atau lo mau ngelamar posisi itu?"

"Nggak ah. Nggak ada kenaikan pangkat," kata Bram santai. Bram dan Dito memang sama-sama di level Foreman/Section Head. Kalaupun Bram berniat pindah posisi atau pindah kerja, tentu dia mengharapkan posisi yang lebih tinggi. "Iva aja tuh. Coba ngelamar posisi itu, Va!"

"Hah?" Haiva menoleh kaget. "Nggak lah Mas, pengalaman saya belum banyak. Takut belum pantes jadi Foreman."

Dibandingkan Yuli dan Bram yang Section Head, Haiva memang masih di posisi staff.

"Tapi lo kan udah 2 tahun lebih di sini. Udah waktunya mencari posisi yang lebih tinggi. Nah, ini mumpung ada posisi lowong, kenapa nggak lo coba?"

Tawaran Bram membuat Haiva berpikir, barangkali ini waktu yang tepat untuk mencoba level tantangan yang lebih tinggi. Haiva hanya tersenyum mendengar Bram yang menyemangatinya. Tapi dalam hati, dia berniat akan mencoba bicara dengan Mbak Naya jika memang ada kesempatan baginya untuk mencoba.

Tidak lama berselang, Yuli, Bram dan Haiva dari ruang dokumen diundang untuk bergabung di ruang meeting audit, bersama dengan beberapa orang dari departemen lain.

Pada wrap-up meeting itu, Pak Haris dan Bu Asri dari divisi Regulatory Affairs yang bertindak sebagai auditor internal memaparkan temuan-temuan yanh mereka peroleh selama 2 hari mock-audit. Seperti kata Yuli tadi, mock-audit ini memberi mereka pandangan lain sehingga bisa mengidentifikasi penyimpangan yang biasanya tidak terdeteksi. Dan beruntung mereka melakukannya sekarang, supaya punya waktu yang cukup untuk melakukan perbaikan, sehingga saat auditor TGA dari Australia datang, sistem mereka sudah siap dan lebih baik.

Salah satu hal yang diapresiasi oleh Haris pada mock-audit kali itu adalah kecepatan dan ketepatan tim dokumentasi menyediakan dokumen yang dibutuhkan. Ternyata Haris juga menyadari peningkatan kemampuan tim dokumentasi. Dan meski bukan hanya dirinya sendiri yang dipuji, Haiva yang sekarang sudah resmi jadi anggota Haris-Fans-Club tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum GR menerima pujian itu.

Sialnya, saat Haiva yang sedang senyum-senyum sambil terpesona pada Haris yang sedang bicara di depan, tiba-tiba mata Haris mengarah padanya.

Salah tingkah karena tertangkap basah sedang memandangi si bos, wajah Haiva tiba-tiba memerah. Buru-buru ia menundukkan pandangannya.

* * *

Seperti yang biasa terjadi, Pak Haris sang bos yang royal, mentraktir seluruh staf yang terlibat dalam mock-audit itu dengan bakwan malang dan mi ayam. Ia menutup mock-audit itu dengan acara makan-makan dan ngobrol santai.

Adzan Maghrib berkumandang ketika orang-orang sudah selesai makan dan mulai pamit pulang. Setelah selesai makan, Haiva dan Naya juga kembali ke ruangannya masing-masing untuk bersiap pulang. Kata Naya, suaminya sudah datang menjemput sehingga dia harus segera pulang.

Haiva membuka pintu ruangannya, dan mendapati tas Yuli dan Bram sudah tidak ada lagi di meja masing-masing, yang artinya mereka sudah pulang duluan.

Gadis itu masih berdiri di depan pintu ketika ponselnya bergetar. Ia melangkah masuk ke ruangannya sambil membaca pesan yang baru masuk. Lalu tiba-tiba langkahnya terhenti.

* * *

Karena terlalu asik berdiskusi dengan Bu Karin tadi, Pak Haris menjadi orang terakhir yang selesai memakan bakwan malangnya. Naya dan Haiva sudah berpamitan untuk pulang duluan lima menit sebelumnya, sebelum Haris menyadari bahwa ada 2 bungkus bakwan malang yang tersisa.

Saat itu Rizal masuk ke ruang meeting untuk membersihkan ruangan dan peralatan makan. Haris memberikan satu bungkus bakwan malang yang tersisa kepada Rizal sambil menanyakan keberadaan Haiva.

"Kayaknya tadi Mbak Haiva belum pulang, Pak. Bu Naya sih udah pulang duluan," jawab Rizal. "Kenapa Pak? Bakwan malang yang satu lagi diserahkan ke mbak Iva?"

"Tidak apa-apa. Biar saya yang kasih," jawab Haris sambil melangkah keluar dari ruang meeting.

Ia berbelok ke koridor menuju ruangan Haiva dan menemukan pintunya masih terbuka. Berarti memang Haiva belum pulang.

"Masih ada 1 bakwan malang tersisa. Iva saja yang bawa pu____"

Saat Haris melangkah masuk ke ruangan Haiva, ia kaget karena ternyata Haiva masih berdiri di depan pintu, membelakangi Haris. Dan Haiva sepertinya kaget juga mendengar suara Haris, karena ia tampak buru-buru berbalik. Saat itulah tubuhnya membentur tubuh Haris yang tahu-tahu sudah berdiri di balik punggungnya. Benturan itu menyebabkan Haiva kaget dan ponsel yang sedang dipegangnya meluncur jatuh ke lantai.

"Maaf, Pak, maaf," kata Haiva buru-buru, sambil mengusap dahinya yang tadi membentur dada Haris, juga sambil menunduk hendak mengambil ponselnya.

Tapi Haris sudah terlebih dahulu mengambil ponsel itu.

"Saya yang minta maaf," kata Haris membalas. "Ponsel kamu tidak apa-apa kan?" tanya Haris sambil mengamati ponsel Haiva. Lantai di ruang kerja Haiva memang dilapisi karpet, dan ponsel Haiva juga dilapisi case yang sepertinya cukup kuat. Meski demikian, Haris merasa perlu memeriksa ponsel tersebut untuk memastikan ponsel itu tidak rusak.

Saat itulah mata Haris membaca sebuah undangam pernikahan yang tampil di ponsel Haiva. Saat ia akan mengembalikan ponsel itu kepada Haiva, dia menyadari mata gadis itu berkaca-kaca.

Haris menarik lagi ponsel gadis itu, tidak jadi mengembalikannya.

"Iva nangis?" tanya Haris, terang-terangan.

"Nggak kok Pak," jawab Haiva, terlalu cepat, sehingga justru terlihat jelas sedang berbohong. "Maaf, hape saya, Pak___"

Haris menarik tangannya sehingga Haiva tidak biaa menjangkau ponselnya.

"Ini orang yang Haiva suka? Yang akan menikah dengan orang lain? Yang membuat Iva nangis di kolong meja beberapa bulan lalu?"

Haiva kaget dengan kemampuan Haris mengingat kejadian sepele namun memalukan itu. Dan dia terpaksa mengangguk, karena tidak ada gunanya mengelak.

Haiva menengadah, menatap Haris, karena kepalanya hanya setinggi dada Haris.

Haris balas menatap mata itu. Dan merasa kecewa.

Ternyata lelaki dari masa lalu itu masih mampu membuat Haiva bersedih.

***

Permisi, Pak. Haiva yang patah hati, kenapa Bapak yang kecewa?

Btw saya baca analisis Kakak2 ttg usia Haris-Haiva-Randu dan age gap antara mereka. Keren2 euy jawabannya. Artinya Kakak2 memperhatikan cerita ini. Makasih ya Kakak2ku 😘😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top