Negeri Koizon
Di salah satu sudut kota kecil tinggal seorang gadis beserta ibunya. Almeera namanya. Almeera gadis yang ceria dan polos. Mungkin karena ibunya yang tidak pernah mengenalkan dia handphone. Sehingga membuat Almeera kecil tak menjadi salah satu generasi anak zaman sekarang. 'Generasi nunduk,' begitu kata ibunya jika menyebut anak kecil yang suka bermain handphone.
Almeera lebih senang bermain ke luar rumah. Dia selalu berpetualang ke mana kakinya melangkah. Menikmati pemandangan sawah yang tergelar bagai karpet hijau, gemericik air sungai yang mengalir jernih, dan burung-burung yang beterbangan di langit. Menurut Almeera itu wujud lukisan dari Ilahi yang harus kita syukuri. Lebih nyata dibanding pemandangan permainan hayday, milik teman sekolahnya.
Almeera diperbolehkan ibunya main ke mana pun dia suka. Hanya saja ibunya selalu mengingatkan agar tak terlalu jauh masuk ke dalam hutan terlarang. Penduduk desa itu percaya, orang yang terlalu jauh masuk ke hutan, tak akan pernah kembali. Namun semakin dilarang, rasa penasaran akan semakin gencar menyerang pertahanannya.
Setiap kali pergi bermain, ibu Almeera selalu membekalinya dengan seikat kedelai dan sebotol susu. Almeera sebenarnya sering datang ke tempat perbatasan di hutan. Ia duduk di bawah pohon dan menikmati bekalnya di sana.
Tiba-tiba Almeera merasa ada beberapa pasang mata memperhatikannya. Ia mengarahkan pandangan ke sekeliling untuk mencari tahu. Namun Almeera tak menemukan siapa-siapa.
"Hei! Siapa pun itu, keluarlah!" teriak Almeera kencang tapi terdengar ada nada takut menyelimuti suaranya.
Mendengar teriakan Almeera, sepasang makhluk memberanikan diri muncul di depannya. Tubuh mereka hanya separuh tinggi badan Almeera. Telinga mereka berujung lancip. Jari kaki dan tangan mereka seperti manusia. Hanya saja lebih tampak dua, ibu jari dan yang keempat jari lain menyatu. Dengan takut-takut mereka menghampiri Almeera.
Almeera memberanikan diri menawarkan bekal miliknya kepada mereka. Mereka berdua kakak beradik bernama Fella dan Felly. Mereka menyebut diri mereka Bangsa Koizon. Bangsa yang menempati wilayah di dalam hutan terlarang. Sejak saat itu Almeera dan kedua kawan barunya sering makan bekal bersama-sama. Kadang mereka saling bertukar bekal.
Suatu hari Almeera bertanya kepada kedua temannya, "Fell, mengapa kami bangsa manusia tidak boleh memasuki kawasan hutan? Apa isinya? Dan mengapa tak ada yang pernah kembali? Kalian tinggal di hutan sebelah mana?" tanya Almeera penuh ingin tahu.
Mendengar pertanyaan Almeera kedua Koizon itu saling bertukar pandang. Mereka tahu jawabannya namun ragu untuk memberi tahu Almeera. Setelah berpikir sejenak, akhirnya mereka memberitahu rahasia hutan yang hanya diketahui para Bangsa Koizon. "Para Koizon tinggal di balik hutan. Termasuk kami. Jika ada tamu yang tak diundang masuk ke wilayah kami. Kami segera membuatnya tersesat, dengan meniup gelembung-gelembung yang akan membuat manusia berhalusinasi hingga lupa jalan pulang." jelas Fella dan Felly.
Almeera terkagum-kagum mendengarnya. "Bisakah aku datang ke negeri kalian, tetapi tanpa mengalami halusinasi?" tanya Almeera berharap.
Kedua Koizon itu berembuk sejenak. "Baiklah. Kami akan mengusahakan," kata mereka.
Keesokan hari Almeera diajak Fella dan Felly ke negeri mereka. Sebelumnya, Almeera didandani seperti Bangsa Koizon oleh kedua temannya, dengan meminum sebotol ramuan. Itu supaya mereka bisa mengelabui para Koizon yang lain. Sebenarnya manusia dilarang masuk ke negeri Koizon. Kedua teman Almeera juga mengusapkan dua helai daun di kedua mata Almeera. Dengan sapuan daun itu Almeera dapat melihat dengan jelas negeri Bangsa Koizon, di balik hutan terlarang.
Daerah itu seperti labirin. Berbagai jalan nampak sama dengan ditumbuhi beraneka pohon yang sangat besar dan lebat. Jika tidak berhati-hati maka akan tersesat dan berputar-putar di tempat yang sama. Dengan bimbingan Fella dan Felly akhirnya Almeera sampai ke negeri Koizon. Di sana rumah tampak mungil. Bentuknya pun aneh. Rumah mereka berbentuk jamur besar yang dikelilingi tanaman serta berbagai jenis bunga yang menambah kesan asri. Kegiatan para Koizon pun bermacam-macam. Ada yang memetik buah, bernyanyi, menari, membuat mahkota dari bunga dan... Semua tampak bergembira.
Almeera sangat senang. Ia diperkenalkan kepada anak Bangsa Koizon lainnya. Mereka sangat terkejut mengetahui Almeera adalah manusia. Namun mereka berjanji tidak akan memberitahukan orang tua mereka bahkan Raja Bangsa Koizon. Mereka bermain dengan gembira. Almeera dan para anak Koizon berkejar-kejaran dan tertawa bahagia. Pokoknya hari itu sangat menyenangkan bagi Almeera.
Tiba-tiba Raja Bangsa Koizon datang, karena tertarik mendengar suara tawa mereka. "Siapa itu?" tanya Raja menunjuk Almeera dengan penuh selidik.
"Raja, dia adalah teman hamba dari hutan bagian selatan," jawab Felly takut. Ia terpaksa berbohong agar Almeera tak ketahuan.
Raja memperhatikan Almeera dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tiba-tiba wujud Almeera berubah. Telinga, kaki dan tangannya berubah seperti manusia pada umumnya. Mungkin efek ramuan yang diberikan Fella dan Felly telah habis. Raja melihat hal itu menjadi sangat murka. "Manusia! Bagaimana ia bisa sampai ke sini? Siapa yang membawanya?" teriaknya mengelegar.
Fella dan Felly maju ke depan dengan tubuh gemetar. "Kami, Raja," jawab mereka gugup.
"Ini pelanggaran. Jika ada manusia yang tahu tempat ini, maka tempat ini tidak aman lagi. Mereka akan merusak hutan ini seperti hutan-hutan di Kalimantan dan dijadikannya perkebunan atau pabrik-pabrik. Terus Bangsa Koizon akan kehilangan tempat tinggal. Kalian harus dihukum berat," teriak Raja.
Almeera yang saat itu juga ketakutan, memberanikan diri maju ke depan. "Mereka tidak bersalah, Raja. Akulah yang memaksa mereka untuk membawaku ke sini."
"Kalau begitu, kau harus dihukum menggantikan mereka!" gelegar Raja.
Almeera pun mengangguk pasrah menerima hukuman apa yang akan dia terima dari Sang Raja. Melihat kebaikan hati Almeera yang rela menerima hukuman menggantikan Fella dan Felly membuat Raja akhirnya memaafkannya.
Almeera diperbolehkan pulang. Sebelum pulang, Raja memberikan ramuan untuk diminumnya. Almeera menjadi mengantuk dan tertidur. Ramuan itu juga berfungsi menghapus ingatan Almeera tentang negeri Bangsa Koizon. Namun Raja masih menyisakannya sedikit memori agar Almeera dapat mengingatnya di dalam mimpi.
Ketika terbangun, Almeera berada di bawah pohon di mana dia sering beristirahat untuk menyantap bekal dari ibunya.
Tamat
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top