Enam

-oo0oo-


"Gue udah bilang kan? Kalo lo ngomel gue suka pengen cium lo!" bisikan Ali membuat gue mengedipkan mata gue beberapa kali tak lama gue merasakan elusan tangan di kepala gue.


Ini mimpi apa nyata sih? Gue memperhatikan sekeliling untung saja ruangan ini sepi. Tak ada siapa pun kecuali gue dan Ali. Ali memilih melanjutkan bermain gitar sedangkan gue terdiam memperhatikan Ali.


Kecupan Ali tadi membuat kupu-kupu gue terasa berterbangan di sekita perut gue. Ali menarik kepala gue untuk di sandarkan di bahunya.


"Gue tau lo cape, lo tidur aja ya!" suruh Ali dengan mengecup ujung kepala gue singkat.


Gue mengangkat kepala gue dan beralih menatap Ali lekat, merasa di tatap Ali menoleh ke arah gue dengan tatapan bingungnya.


"Gue tau gue ganteng, gak usah di liatin, baper nih gue!" sahut Ali membuat gue tertawa mendengarnya.


"Cowok bisa baper ya?" tanya gue dengan tawa.


"Bisalah, buktinya selama deket sama lo gue yang baper!"


Blush!


Gue merasa pipi gue memanas, gue mencoba menahan senyum dan menggigit lengan Ali dengan gemas. Dia gak mikir apa ya kalo gue setiap di gombalin kaya gitu, gue selalu baper.


"Aawww! Kanibal lo! main gigit-gigit orang!" ringis Ali mengelus lengan yang gue gigit.


"Bodo amat!!" jawab gue dengan menjulurkan lidah ke arahnya.


"Besok gue ka Bandung!" ucapan Ali membuat gue menatapnya dalam.


"Bohong ya lo?" tuduh gue dengan memalingkan wajah ke arah lain. "Gak suka bercanda lo jelek!" lanjut gue dengan melipat kedua tangan gue di depan dada.


"Loh kenapa? Lagian bukannya lo mau shooting juga ya lusa?" tanya Ali dengan menarik kepala gue agar menoleh ke arahnya.


Gue menundukkan kepala gue, entah kenapa gue selalu ga rela kalo Ali harus pergi jauh tapi gimana pun juga gue harus bisa nerimain kalo ini pekerjaan dia.


"Tapi nanti kalo gue kangen gimana?" tanya gue dengan merengek.


Ali terkekeh dan mengecup pipi gue dengan gemas. "Gak tega gue ninggalin lo kalo kaya gini!" ucap Ali merangkul gue dan disandarkan kepala gue ke dada bidangnya.


Gue memainkan seragam putih Ali sedangkan Ali mengelus-elus rambut kepala gue.


"Kalo lo kangen, lo tinggal video call gue!" Ali menjawab pertanyaan gue.


"Tapi gue pengen lo disini gimana?" tanya gue semakin mengerecutkan bibir gue sebal.


"Yaudah foto copy aja gue!" jawaban santai Ali membuat gue terkekeh kecil mendengarnya.


Gue melepaskan pelukan Ali dan menatap mata Ali dalam. Tangan gue meraba mata lentik itu sesekali memainkan bulu matanya. Sedangkan Ali memejamkan matanya menikmati elusan gue.


"Lo itu rese! Tapi kalo gak ada lo, gue kangen!" ucap gue lirih.


Ali mengangkat gue dan dipindahkan nya di atas pangkuan dia. Jantung gue berpacu lebih cepat dari sebelumnya, apa lagi Ali natap gue dengan tatapan penuh cinta.


"Lo shooting jadi pemeran utama?" tanya Ali mengalihkan pembicaraan. Gue menganggukkan kepala gue pelan. Ali menyelipkan rambut ke sela-sela telinga gue. "Siapa cowoknya? Hm?" tanya Ali penasaran.


"Katanya Maxime Bouttier!" jawab gue bersandar di bahu Ali.


Ali tak menjawab ia lebih asik mengelus kepala gue dengan sesekali mengecup kepala gue dan tanpa sadar akhirnya gue terlelap di pelukan Ali.


-oo0oo-


Gue mengguliatkan tubuh gue sambil menguap. Sambil menunggu nyawa gue terkumpul, gue memperhatikan ruangan yang terlihat ramai oleh para pemain. Gue menoleh ke samping kasur Ali, kosong. Pemiliknya hilang, perasaan tadi gue tidur dipangkuan dia deh.


Gue mencoba duduk dengan wajah yang sangat muka bantal.


"Eh Prilly, udah bangun lo? Pasti ke bangun gara-gara kita ya?" tanya Kak Mila dengan nada tak enak.


"Engga kok Kak, emang udah waktunya bangun!" jawab gue dengan tersenyum manis ke arah Kak Mila.


"Pril, lo tau gak? Waktu lo tidur si Ali motoin lo terus!" ucapan Kak Dicky membuat gue menoleh cepat.


"Serius lo?" tanya gue tak percaya.


"Serius lah! Kan depan gue motoinnya!" jawab Kak Dicky mengangkat kedua jarinya berbentuk huruf 'V'.


"Terus si Arab nya kemana?" tanya gue penasaran.


"Lagi take dia sama Kevin, bentar lagi juga selesai!" Kak Michelle menyahut sambil memakan buah yang ia bawa dari rumahnya.


Gue menganggukkan kepala pelan. Awas aja tuh si Arab tengil, berani-beraninya foto gue waktu gue tidur. Nyari gara-gara emang tuh bocah. Sebelum ketemu si Ali kayanya gue mandi dulu teh bentar.


Gue langsung mengambil peralatan mandi dan juga baju ganti. Setelah itu gue segera menuju kamar mandi. Gue menutup pintu kamar mandi dan menggantung handuk beserta baju gue di gantungan.


Tok!


Tok!


Tok!


Yaelah baru aja gue masuk, belum dibanjur air sama sekali astagaa.


"Siapaaa?" teriak gue dari dalem kamar mandi.


"Gue Aliiii!" teriaknya membuat gue memutar bola mata gue males.


"Mau apa sih looo??? Gue mau mandiiiii!" teriak gue kesal.


"Gue mau liat lo mandiiiiiii!"


Geblek!


Sialan!!!


"LIAT AJA TUH KEBO LAGI MANDIIIIII!" teriak gue kesal sedangkan Ali tertawa puas di luar sana.


Tanpa basa-basi gue langsung ngebuka semua pakaian gue dan membersihkan badan gue yang udah kaya banyak daki nempel.


Setelah satu jam gue berperang dengan air akhirnya keluar dari kamar mandi. Malam ini gue lembur di lokasi shooting sedangkan Ali udah bersiap mau berangkat ke Bandung. Hm.


"Heh buncit!" panggil gue menepuk pundak Ali yang sedari tadi bermain game.


"Lo mandi?" tanya Ali masih fokus dengan gamenya.


"Yaiyalah! Lo pikir gue di kamar mandi ngapain!" omel gue kesal lalu mengambil makanan yang di hadapan Ali setelah itu duduk di sampingnya.


"Gue kira lo lagi bikin kamar mandi!" Ali menyahut dengan wajah santainya.


Mengingat soal wajah, gue jadi inget soal foto aib gue di handphone Ali.


"Li, pinjem hp dong!" ucap gue dengan merengek.


"Tumben minjem hp gue!" Ali menjawab dengan nada yang terdengar aneh saat gue meminjam hpnya.


"Iya gak pa-pa kalii, kapan lagi gue minjem hp lo!" jawab gue dengan sedikit gelagapan.


"Ambil noh di meja!" tunjuk Ali dengan telunjuk kanannya sedangkan tangan kirinya fokus memainkan game.


Gue berlari kecil dan langsung mengambil handphone Ali. Gue menekan tombol layar kunci handphone Ali.


"Iiiih Aliiii, kok lo password sih!" rengek gue menghampiri dengan kesal.


"Tinggal buka aja apa susahnya!" jawab Ali.


"Emang apa passwordnya?" tanya gue dengan penasaran.


"2615!" kaya kenal gitu ya angkanya.


26 kelahiran Ali, 15 kelahiran gue. Jadi? Oemjjiiiiiiii!!! Oemjiiiiiiiii!!!!! Gilaa!!! Gilaaa sesak nafas gue inii butuh oksigen gaiiiisssss!.


Tanpa babibu gue langsung klik galeri di handphone Ali. Mata gue menyipit saat melihat salah satu file Whatsapp Video dengan rasa penasaran gue membukanya seketika mata gue terbelalak melihat isi video tersebut.


"ASTAGA!!! ALIIII LO NYIMPEN VIDEO BOKEP?????!!!" teriakan gue reflex membuat Ali melempar ipad nya ke bawah dan langsung mengambil handphone nya dari tangan gue namun dengan gerakan cepat gue berlari ke bawah.


"EH PRILLY ITU FILE PENTING ELAAAHHH!!" teriak Ali mengikuti gue berlari namun gue asik menjulurkan lidah ke arahnya.


"ALI DOSA, ALI DOSA!!" ledek gue dengan berlari dan berjoget-joget.


"Bukan gue yang dosa!! Itu file nya Bajaaa!!!" teriak Ali mencoba menangkap gue namun gue berhasil menghindar.


"Aduuuhhh! Ali, Prilly! Minggir dulu lah kalau mau india-indiaan jangan disini! Gue mau foto endorse nih!" omel Kak Poland dengan mengibaskan tangannya untuk mengusir gue dan Ali.


Gue berlari ke arah lain yang di ikuti kembali oleh Ali.


"ALI!! BURUAN PREPARE KITA MAU LANGSUNG CABUT KE BANDUNG!" teriakan Baja membuat gue terhenti seketika dan berbalik arah mendapati Ali yang tengah mengatur nafasnya.


Gue memberikan handphone Ali dengan kesal. "Nih!" ucap gue ketus.


"Lah? Kenapa ketus banget sih?" tanya Ali bingung.


"Lo mau ke Bandung sekarang?" tanya gue lirih. Ali menganggukkan kepalanya cepat. Gue memeluk Ali dengan erat. "Take care ya, i will always miss you!" bisik gue sambil memeluk Ali.


Ali membalas pelukan gue dengan erat kemudian melepaskan pelukannya dan mencium kening gue. "Lo juga semangat shootingnya. I miss you too!" balas Ali kemudian memeluk gue kembali dengan erat. Tanpa basa-basi gue membalas pelukan Ali.


"Yaelah! Gue cariin kesana kemari taunyaa lagi mojok!" suara Baja membuat gue dan Ali reflex melepaskan pelukan dan terkekeh.


"Sorry ya Ja, gue pinjem Alinya hehe!" jawab gue menyengir memamerkan gigi putih gue.


"Nah buat sekarang, Ali nya yang gue pinjem!" sambung Baja membuat kita bertiga tertawa kecil mendengarnya.


"Yaudah, gue pergi dulu ya?" pamit Ali mengelus pipi gue dengan cepat gue mengangguk kepala gue.


Gue berjinjit dan mencium pipi Ali singkat di hadapan Baja kemudian membisikkan sesuatu tepat di telinga Ali.


"Take care baby!"


-oo0oo-


Hari pertama gue shooting FTV tanpa di temani oleh Ali. Udah dua hari Ali di Bandung dan selama dua hari itu juga Ali selalu mengabari gue setiap malam itu pun tak lama karna Ali pun harus beristirahat kembali.


Walau pun Ali sibuk setiap pagi ia selalu mengucapkan atau membangunkan gue. Mood di pagi hari gue.


Aliku❤


Ali, hari ini gue shooting! Lo semangat yaa acaranya!😚


Suuutt yaa, ini rahasia kita kalo sebenernya gue dan Ali selalu pakai emot ala-ala setiap di chatting.


Gue baru nyampe di lokasi shooting FTV gue, barang-barang gue di bantu oleh Sitti asissten pribadi gue. Tadinya nyokap mau ikut bantuin tapi hari ini nyokap harus datang ke acara rapat di sekolah Raja.


"Prilly!" panggil Sutradara yang menghampiri gue dan membawa satu pria tinggi di belakangnya.


"Ya?" tanya gue menatap sang Sutradara dan pria di belakangnya.


"Ini lawan pemeran utama di FTV kamu nanti, kenalan dulu ayok!" ucap nya kemudian pria tinggi itu menjulurkan lengannya ke arah gue.


"Gue Maxime panggil aja Max!"


Kenalan sama Max kaya gini jadi inget pertama kenalan sama Ali. Tingkahnya yang tengil membuat gue tersenyum membayangkan nya.


"Prilly?? Prill?" suara Sutradara membuat gue tersadar dari lamunan gue.


"Eh? Kenapa Om?" tanya gue bingung.


"Emm, tau deh Max ganteng makanya kamu senyum-senyum kan?" Perasaan gue senyum ngebayangin pertama kenal sama Ali. Kok tiba-tiba jadi ke Max sih?


Gue cukup tersenyum simpul dan membalas uluran tangan Max. "Prilly!" jawab gue sedikit tersenyum kecut.


"Nah! kalian coba pendekatan aja ya supaya ada chemistry!" suruh Om Sutradara yang membuat gue hanya bisa mengangguk pelan sedangkan Max tersenyum manis ke arah Om.


Gue berjalan ke arah ruangan yang khusus tempat istirahat dan duduk di salah satu kursi yang di ikuti oleh Max duduk di sebelah gue.


Aliku


Gue kesel deh, masa ya gue senyum-senyum katanya ngagumin kegantengan si Max sih padahal kan gue senyum-senyum inget tingkah tengil lo😣


-oo0oo-


Gak tau ada feel gak tau enggak yaa:(

Semoga aja ada sihhh btw setelah ini jangan ada yang komen marah gara-gara ada M disini😋😋


Jangan lupa klik bintang dan juga komentar😋😋


Dan jangan lupa juga baca cerita aku hehehe😚


1700+ words.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top