22. Live Instagram

Hai, Rindu mereka? Atau rindu aku?
😄
Spam love dong, biar aku tahu eksistensi kalian.
Ada reader baru? Absen dulu boleh?

***

Wenda menyimpan ponselnya di atas nakas meja riasnya, bersandar pada kaca di hadapannya, ia masih memperhatikan layar benda canggih itu. Sesekali membaca tulisan di kolom komentar, lalu ia jawab setelahnya.

"Iya, habis mandi," jawab Wenda membaca salah satu komentar di sana.

Wanita dengan balutan piama berwarna putih bermotif beruang kecil-kecil itu, tertawa canggung saat ditanya seperti itu. Masih melakukan siaran langsung pada aplikasi Instagram, Wenda larut mengobrol dengan orang-orang yang sebagiannya tidak ia kenal.

"Mandi biasa, oi. Otak lo perlu dicek deh, Joy. Lagian emang nggak boleh keramas sore. Aneh!"

Wenda mendengkus, membenahi rambutnya yang dibalut handuk. Ia menjawab pertanyaan dari Joy yang turut meramaikan kolom komentar pada siaran langsung itu. Bisa-bisanya temannya itu membahas soal mandi dan keramas.

Pintu kamar mandi terbuka, Chandra keluar dari sana. Wenda melirik ke samping pada arah Chandra. Pria itu berbalut handuk sepinggang, bergerak mencari kaus dan celana dari dalam lemari. Wenda kembali menatap layar ponsel setelah memastikan Chandra mengenakan seluruh pakaiannya dengan lengkap.

Tidak! Wenda tidak bermaksud ingin melihat aset berharga milik pria itu. Ia hanya mencegah Chandra masuk ke dalam siaran langsung tanpa mengenakan pakaian yang benar.

"Sori, tadi lagi mastiin sesuatu," ucap Wenda meminta maaf pada orang-orang yang masih betah berada di dalam ruang siaran itu.

Wenda tertawa kecil membaca komentar penontonnya, yang menebak-nebak sedang apa Wenda tadi, hingga pandangannya tak lepas di arah kiri beberapa menit lalu.

Wanita itu larut dengan dunianya, mengobrol dengan orang-orang yang belum tentu ia temui dan kenal satu-satu. Sampai ... pandangannya ke layar ponsel terganggu karena Chandra sibuk membuka laci meja rias, mencari sisir.

Wenda tak memedulikan Chandra, meski kehadiran Chandra mengundang pertanyaan orang-orang di sana, khususnya yang tidak tahu status mereka.

Wanita itu terpekik, tangannya buru-buru mengakhiri siaran langsung. Langkahnya tergesa menyusul Chandra yang sudah berbalik menuju tempat tidur. Dengan tenaga ala kadarnya, Wenda memukul punggung dan tubuh pria yang tak tahu kondisi itu, menggunakan handuk kecil yang ada di kepalanya tadi.

Wenda kesal dengan Chandra. Bisa-bisanya suaminya itu mencuri kecupan saat tengah disaksikan orang banyak. Ya ... meski hanya kecupan di pipi. Namun, tetap saja, orang-orang yang melihat seperti mereka sedang berciuman karena posisi Chandra membelakangi kamera.

"Kenapa sih, kamu tuh mesum banget. Nggak lihat tadi aku lagi live Instagram. Malah nyium-nyium."

"Kenapa sih, Sayang. Kan yang aku cium istri aku sendiri. Halal."

"Ya tetep aja aku malu!"

Wenda berdiri di sisi kanan ranjang, menghentakkan kakinya di lantai dengan bibir yang masih saja mengomel. Sementara Chandra, duduk bersandar pada kepala tempat tidur, berselonjor kaki, ia terkekeh melihat tingkah sang istri seperti anak balita.

"Tau, akh! Aku sebel sama kamu."

Wenda turut naik ke tempat tidur. Namun, ia merebahkan tubuhnya di ujung kaki Chandra. Tidurnya meringkuk membelakangi suaminya, tangannya pun sibuk dengan benda canggih miliknya.

"Tuh, kan! Banyak banget yang DM nanyain itu siapa, kok ada di kamar sama laki-laki," gerutu Wenda masih tak terima.

"Ya, tinggal bilang aja, Sayang. Itu suami aku. Kita udah halal baik agama dan negara. Makanya di bio kamu tulis, Chandra's Wife. Biar orang-orang tahu. Nggak usah genit lagi sama istri orang."

Wenda berbalik, sorot matanya tajam menatap Chandra. "Dih! Kok malah kamu yang ngomel-ngomel. Aku lagi yang dimarahin."

Chandra menutup mulutnya. "Nggak ... Nggak. Aku nggak marahin kamu kok, cuma kasih saran aja. Sini, Sayang," ujar Chandra menepuk sisi kosong di sebelahnya.

Wenda bergeming, tidak beranjak dari sana. Matanya fokus kembali pada benda canggih miliknya. Suasana hening sesaat, sibuk dengan ponsel masing-masing. Sesekali Chandra melirik ke arah Wenda di ujung tempat tidur.

"Emang tadi berapa yang nonton, Sayang? Paling cuma beberapa orang yang lihat." Chandra berusaha mencairkan suasana, membujuk wanita yang terlanjur merajuk.

"Banyak! Tadi yang nonton hampir seratus orang," sungut Wenda.

"Akh, kalah banyak. Kenalin ini, pacar aku. Wendy Redvelvet, dia lagi live nih, 161 ribu orang yang nonton." Chandra memperlihatkan layar ponselnya pada Wenda, menampilkan idola wanita dari Korea sedang melakukan siaran langsung juga di akun Instagram.

"Oh, kenalin juga. Ini Chanyeol Exo. Suami aku!" Wenda membalik ponselnya, layar ponselnya menampilkan video idolanya yang sedang memainkan alat musik di atas panggung.

Chandra tergelak, wanitanya selalu tidak mau mengalah soal ini. Tangannya mengawai udara, memberi kode agar Wenda bergabung. Perempuan itu bangkit, merangkak menuju keberadaan Chandra. Dengan posisi setengah tengkurap, tubuhnya bersandar di dada Chandra, tangannya melingkari pinggang suaminya. Matanya melirik ponsel Chandra.

"Ini Yeri, ya, Sayang?" tunjuk Chandra pada salah seorang idola wanita itu.

"Ini Seulgi, Yeri itu maknae. Itu dia di ujung deket Irene."

Chandra kembali menunjuk pada salah satu personil. "Irene yang ini, kan, Sayang?"

Wenda mengangguk di dada Chandra. "Iya itu Irene. Mirip bunda lagi muda."

Chandra tertawa pelan, bukan sekali dua kali istrinya itu mengatakan jika salah satu anggota Redvelvet mirip dengan bundanya.

"Wendy imut banget, ya, Sayang. Mukanya kayak bayi, awet muda. Ini mereka live Instagram dalam rangka promosi album baru mereka, kan?"

Wenda mendongak, memperhatikan wajah Chandra dari bawah. "Sejak kapan kamu kepo sama Redvelvet? Dulu cuma tahu Wendy doang."

Chandra sedikit menunduk, mengecup ujung hidung Wenda. "Sejak Wendy jadi pacar aku."

Wenda menepuk-nepuk dada Chandra. "Bangun, Pak. Bangun! Tidur kamu terlalu telentang, jangan begitu tidurnya jadi mimpi, kan."

Chandra tergelak, kepala Wenda terguncang di dadanya. Tangannya mengusap belakang kepala Wenda. Menghidu aroma rambut istrinya, siaran langsung yang sedang ia tonton diabaikan begitu saja.

"Wangi banget, sih. Kamu keramas besar atau keramas biasa?" Chandra menggoda Wenda, meniru gurauan Joy pada live Instagram Wenda tadi.

"Menurut ngana?"

"Oh, keramas biasa, ya? Tadi nggak jadi bantuin nguras? Sekarang aja, gimana?

Wenda mendongak, telapak tangannya membekap mulut Chandra, sebelum pria itu mengeluarkan kalimat lebih mesum lagi.

"Berani ngomong lagi aku kecik kamu," ancam Wenda, memukul bibir Chandra sekilas.

"Mati dong, suaminya. Kamu jadi janda."

"Aku janda, nikah lagi dong. Cari yang lebih dari kamu."

"Apa? Coba ngomong lagi?" Chandra merengkuh tubuh Wenda, memeluk erat. Wajahnya ia simpan di ceruk leher Wenda, mengecup ringan sisi kanan tengkuknya.

"Chan," panggil Wenda mendorong wajah suaminya agar sedikit menjauh.

"Apa, Sayangku?"

"Lapar," keluhnya. "Bi Yati masak apa, ya."

Chandra beranjak, mengulurkan tangannya. "Ayo, kita makan malem. Aku juga laper."

Wenda menyengir, masih belum beranjak dari posisinya. "Tapi males jalan."

Chandra paham dengan kode halus ini. Ia duduk di tepi tempat tidur membelakangi Wenda. "Ayo, buruan naik."

Tanpa komando, wanita itu segera naik ke punggung suaminya. Melingkarkan lengannya di bahu dan leher Chandra.

Chandra menopang tubuh Wenda, membawa wanita manja itu menuju ruang makan. Langkahnya terhenti saat sang istri mengeluarkan satu kalimat.

"Chan, taichan enak kayaknya."

"Jadi?"

"Mau itu aja. Makan di sana, ya, tapi cari tempat yang di pinggiran jalan kayak gitu. Bukan yang di kafe."

Chandra mendesah. "Kenapa nggak dari tadi sih, Sayang. Tiba-tiba kayak orang ngidam gini."

Wenda tergelak, pegangan di bahu Chandra ia eratkan. Wajahnya sedikit mencondong ke depan, meninggalkan jejak bibirnya di pipi Chandra.

"Mau, ya. Love you," ujarnya dengan jurus andalan, yaitu merayu suami bucinnya.

Tanjung Enim, 13 September 2021

Selamat Monday. Apakabar kalian? Maaf aku sok busy belakangan ini.
Semoga terhibur ya.

Salam Sayang 💋
RinBee 🐝

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top