Mencari Tempat Aman
Anggota kelompok teroris yang menyusul Reod tadi terkejut melihat rekan mereka telah dibunuh. Seingat mereka tidak tersisa sedikitpun pengawal yang menjaga anak presiden.
Jawaban dari kebingungan mereka datang ketika sebuah granat terlempar di ruang tamu, meledakkan kelompok teroris ini hingga badan mereka hancur berkeping-keping. Gadis muda berambut coklat yang dijaga Reod sontak saja menutup matanya karena kaget dan tidak pernah melihat kejadian seperti yang baru saja ia lihat.
"Mereka akan datang lagi. Granat ku hampir habis. Kita harus mencari tempat yang aman.. " gumam Reod. Kemudian pemuda teroris ini melihat luka tembak di lengan kiri anak presiden yang masih mengeluarkan darahnya.
"Berikan tanganmu.. "
"..... " Anak presiden sempat bengong.
"Ini tidak akan sakit. Seingatku.. "
"Eh---a!? " Reod membungkam teriakannya bersamaan dengan balutan kasar dari pemuda teroris ini. Anak presiden ini dibuat menangis oleh Reod.
"Mereka datang. Menjauhlah jika kau tidak ingin melihatnya.. "
"Na..mamu? "
"...? "
"Siapa... Namamu? "
"Reod.. " jawab Reod kemudian turun dari lantai dasar menyambut rekan-rekan teroris nya yang sebentar lagi dia bunuh.
Reod sempat mendengar anak presiden itu memperkenalkan dirinya, tapi Reod pikir itu tidak perlu karena ia sudah tahu. Gadis muda ini bernama Reniera, anak presiden dari Negara Padang Pasir. Reniera menutup telinga agar tidak mendengar suara tembakan tapi nampaknya percuma saja, bahkan ada beberapa tembakan yang menembus ke tempat nya tetapi tidak sampai kena. Beberapa detik berselang Reod naik kembali ke lantai, mengajak Reniera pergi dari rumah yang tidak bisa dikatakan tempat untuk aman.
Reniera syok melihat banyak mayat berserakan di ruang tamu, beberapa dari mereka memiliki lubang di kepala. Reod memimpin jalan setelah mengisi ulang amunisi AK47 miliknya. Keduanya pergi ke gudang air yang sudah lama di tinggali karena tidak ada air lagi.
"Untuk sekarang kita bisa beristirahat.."
"K-kenapa kau... Membantuku? " tanya Reniera, dan Reod hanya menatap nya dalam diam.
"...... Tidak ada hal khusus. Aku hanya tidak suka mereka. "
"Apa kau berbohong kepadaku? "
"Apa maksudmu? "
"Dari caramu bertempur dan membunuh mereka semua, kau tidak terlihat seperti tentara biasa. Kau pasti.. Anggota elit mereka, bukan? "
"........ "
"Aku sudah membaca data tentang kelompok teroris yang ada di seluruh Negara Padang Pasir ini, termasuk kelompok yang ada di kota terlupakan ini.. " jelaskan Reniera.
"Lalu.? Kenapa kau datang ke sini?"
"I-itu... "
"Untuk memberi bantuan kepada penduduk yang ada di Endro? Kau saja hampir mati.. "
"Ugh. K-kau memang benar tapi niatku untuk menyelamatkan Endro.. "
"Lihat faktanya, nona muda. Seluruh pasukan pengawal yang kau bawa mereka sudah dibasmi oleh teroris ini.. "
Reniera tidak menyangka bila kelompok teroris Reod memiliki kekuatan tempur diluar perkiraan nya. Dan akibatnya tidak ada yang tersisa dari pasukan yang di ejek Reod tadi.
"Aku yang salah disini. Aku yang telah membuang nyawa-nyawa tak bersalah itu, bahkan sahabatku sendiri. Hiks... "
".......... " Reod.
"Tapi itu tidak menjelaskan alasanmu menyelamatkanku. Kenapa kau melakukan itu? Kalau aku mati pun masih ada ayah yang memimpin negara ini.. "
"Jangan salah paham..! "
Reniera merinding ketika Reod berucap. "Aku tidak melakukan ini untukmu.. "
"L-alu u-untuk siapa? " tanya Reniera ketakutan.
"Itu bukan urusanmu. Ini adalah hal pribadi.. " Reod beranjak dari dekat pintu gudang, naik ke lantai dua dimana ada jendela yang cukup digunakan untuk memantau.
Sementara itu Reniera terduduk dengan keringat takutnya. Sejenak Reod dapat membuat anak presiden ini merasakan intimidasi yang sangat mengancam dirinya.
"Hei..! " panggil Reod. "Apa kau punya alat komunikasi? "
Reniera dengan cepat memeriksa telepon nya, dan cuma retak. "Tidak ada sinyal.. "
"Coba telepon seseorang tapi kau harus mendapatkan panggilan.. " saran Reod.
"Kenapa? "
"Di kelompokku ada alat yang dapat mendeteksinya.. " Reniera meneguk saliva nya sendiri dengan susah. "Jika kau tidak mendapatkannya maka tempat kita akan ketahuan dan kau akan aku biarkan mati, sementara aku berbohong kepada kelompok teroris bila aku baru juga datang untuk membunuhmu. "
"Intinya.. " jeda Reod menatap dingin Reniera. "Kau gagal maka akan aku bunuh! "
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top