61

"Dokter Sasa!" seru pria itu dengan senyuman lebar ketika melihat sosok Sasa di antara kerumunan.

"Siang Pak Yanto," senyum Sasa. Sementara Edwin yang di belakangnya dia saja dengan tatapan tajam. Pria ini adalah salah satu tersangka pembunuh ibunya. Tentu saja Edwin tidak bisa bersikap sok ramah pada orang itu.

"Anda sedang jalan-jalan?"

"Iya, sedang kencan dengan suami saya," ucap Sasa sembari menepuk lengan Edwin. Ada sedikit percikan aneh di dalam dadanya, setiap kali Edwin mendengar Sasa memperkenalkannya sebagai suami pada orang lain. Iya mereka memang suami istri, walaupun itu hanyalah kontrak yang akan segera berakhir.

"Anda sedang jalan-jalan dengan cucu Anda?" tanya Sasa.

"Ini anak bungsu saya," gelak Pak Yanto. "Beginilah karena saya terlambat menikah, umur segini anak saya masih kecil-kecil."

"Halo adik, namanya siapa?" Sasa menyapa gadis kecil yang bersembunyi di kaki ayahnya itu. Sasa jadi teringat bahwa dia dan ayahnya dulu juga punya jarak usia sejauh ini sehingga dia sering dikira cucunya Prof Prawirohardjo.

"Tica," jawab gadi itu.

"Ayo salim sama teman Ayah, Tisha." Pak Yanto memberikan titah sehingga putrinya yang pemalu itu dengan terpaksa mencium tangan Sasa dan Edwin.

"Dokter Sasa belum kembali ke Surabaya apa karena masih ingin liburan?" tanya Pak Yanto.

"Ah, sebenarnya karena penyelidikan Raka sudah mengalami banyak perkembangan. Jadi saya ingin membantu melihat hasil autopsi jenazah korban Eye Fairy dua puluh tahun lalu untuk membantu penyelidikannya. Tapi karena sekarang masih weekend jadi mungkin hari senin kami akan melanjutkannya," terang Sasa.

"Benarkah, sudah ditemukan perkembangan? Luar biasa. Padahal saya dua puluh tahun yang lalu tidak bisa melakukan apa-apa. Yah, maklum saja tahun itu teknologi kita tidak secanggih sekarang ini."

"Benar," angguk Sasa.

"Ng, kalau boleh saya tahu. Perkembangannya apa?"

Sasa mengembangkan senyuman mendengar pertanyaan Pak Yanto itu. "Beberapa bulan sebelum meninggal Bu Laila, kabarnya dia mengikuti acara reuni SMA. Ada saksi mata yang mengatakan bahwa ada teman SMA Bu Laila yang senang menguntitnya sejak saat itu," jelas Sasa.

"Sungguh? Ada orang seperti itu?"

Sasa melihat wajah Pak Yanto yang perlahan berubah pias. "Benar, kami belum menemukan identitasnya, tapi saya rasa orang ini bisa jadi adalah si pembunuh. Dulu ketika menyelidiki kasus ini apakah Pak Yanti tidak mendapat informasi ini?"

Pak Yanto menggeleng. "Saya tidak menemukannya waktu itu. Mungkin saya melewatkannya. Kalau begitu saya permisi dulu, Dokter, saya mau mencari istri saya. Saya juga tidak mau menganggu kencan Dokter."

Sasa mengamati Pak Yanto yang berjalan menjauh sembari menggandeng tangan anaknya. Pria itu memang mencurigakan tapi benarkah dia adalah Eye Fairy ? Kenapa dia tega membunuh seorang wanita sampai memutilasinya menjadi potongan kecil? Penyelidikan Raka menunjukkan bahwa Pak Yanto tidak memiliki motif pada 2 kasus pembunuhan sebelumnya dan juga kasus kali ini. Bahkan pada dua kasus pembunuhan sebelumnya dia juga memiliki alibi.

Ponsel Sasa bergetar. Sasa meraih benda itu dari sakunya dan melihat ada satu pesan masuk dari Damian.

Damian Siimut_ Kak, aku sudah menemukan berkas file milik ayah tentang autopsi Kasus Eye Fairy. Apa kakak mau melihatnya?

Edwin yang di belakang Raka melotot ketika melihat nama kontak yang tertera pada ponsel istrinya itu. Siimut?! Kenapa Sasa memberikan nama kontak semacam itu pada Damian?

***

Up! Terima kasih untuk votes dan komennya guys...





Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top