54
"Damian, kamu jangan jadi Fuckboy! Itu nggak cocok sama imagemu yang manis," kata Sasa.
Damian terkekeh. "Aku bercanda, Kak."
Sasa sudah menduga sih. Nggak mungkin Damian orangnya straight forward begini. Pasti dia cuman godain Sasa aja.
"Tapi aku lihat Kakak beneran suka sama suami Kakak ini. Soalnya sama Kak Rian dulu, kayaknya Kakak nggak seperhatian ini."
Sasa diam saja. Ya, dia mengakui ucapan Damian itu benar. Dulu dia memang cuek pada Rian. Pasalnya dia memang tidak pernah benar-benar menyukai laki-laki itu. Tapi karena Rian adalah salah satu sekian banyak pria yang bertahan mengejar-ngejarnya walaupun dicuekin begitu, akhirnya Sasa luluh juga. Sasa juga bukannya tidak tahu kalau Rian itu playboy. Tapi waktu itu Sasa pikir semua orang berhak mendapatkan kesempatan kedua, termasuk Rian. Sayangnya, Rian ternyata tidak pernah berubah. Bahkan sampai menghamili Clara, sahabatnya sendiri. Itulah yang membuat Sasa terpaksa berpisah dengannya.
"Ck! Sudahlah jangan sebut-sebut cowok brengsek itu lagi. Moodku jadi rusak," ketus Sasa.
Damian mengamati ekspresi wajah Sasa yang terlihat sedih. Dia akhirnya hanya mengambil beberapa sayuran dan tidak membahas hal itu lagi.
"Aku mau masak daging ya, Kak." Damian kembali ke stan daging dan memesan satu kilogram daging sapi segar.
***
"Namanya metode 5-30-7," jelas Damian. Setelah selesai memasak menu sup jamur tiram dan gurame bakar, kini mereka ke menu ketiga yaitu semur daging. Ternyata memasak itu tidak sesulit yang Sasa bayangkan. Sasa cukup senang karana hasil masakannya berdasarkan resep dari Damian cukup berhasil.
"Pertama, rebus dulu dagingnya selama lima menit kemudian diamkan selama tiga puluh menit. Selanjutnya panaskan lagi selama tujuh menit. Dijamin dagingnya pasti empuk dan matang sempurna. Pastikan menggunakan panci dengan penutup yang rapat dan jangan dibuka, agar sirkulasi uap tidak keluar dan membuat daging lebih empuk," tambah lelaki itu.
Sasa mengangguk-angguk dengan antusias. Meskipun Edwin tidak suka daging, masakan itu nanti bisa dia makan sendiri. Pada dasarnya Sasa adalah karnivora.
"Padahal kamu cowok yang jomblo, tapi pinter banget masak ya," puji Sasa.
"Almarhum ayahku suka memasak. Dia yang mengajarkan aku," terang Damian.
"Beruntung sekali yang jadi istrimu nanti. Bisa makan enak setiap hari," senyum Sasa.
"Kalau Kakak mau, cerai saja dan nikah sama aku," canda Damian.
Sasa mencubit lengan Damian. Getar ponsel Sasa memotong pembicaraan mereka. Sasa merogoh benda itu di sakunya dan melihat nama kontak "Suamiku" tertera di layarnya. Senyuman Sasa terkembang sedikit sebelum menggeser tombol answer.
"Kamu di mana?" tanya Edwin.
"Di rumahnya Damian."
"Ngapain di sana?" Suara Edwin terdengar jengkel. Entah apa ini perasaan Sasa aja tapi kesannya lelaki itu cemburu sehingga membuat Sasa malah kegirangan.
"Belajar masak. Aku masak gurame bakar dan sop jamur tiram."
"Sudah selesai masak-masaknya? Di mana alamatnya?"
"Kamu mau ke sini? Aku bisa pulang sendiri kok. Katanya kamu sibuk," kata Sasa.
"Sekarang ini ada Eye Fairy," desah Edwin.
"Ya udah, aku sharelok. Iya, bye."
Damian mengamati wajah Sasa yang terlihat lebih cerah setelah menutup telepon.
"Suami Kakak mau jemput?" tanyanya yang sempat mendengar sedikit pembicaraan Sasa dan Edwin tadi.
"Iya, dia jadi overprotective gara-gara Eye Fairy," jawab Sasa.
"Kalau gitu aku siapkan dulu meja makannya." Damian mengambil piring dari lemari. Lelaki itu menata makanan di atas meja makan dengan artistik. Teknik food platingnya cantik sekali, ala chef terkenal di TV.
"Oh ya, Damian. Semurnya bisa kamu sembunyikan dulu. Anu... suamiku nggak suka sama daging. Aku takut dia mual-muntah nanti," ucap Sasa.
"Mual?" tanya Damian tidak mengerti. "Suami Kakak Carniphobia?"
"Semacam itu," angguk Sasa.
"Kok bisa?" kejar Damian.
Sasa tidak tahu apa dia punya hak menceritakan masalah Edwin pada orang lain. Maka dia hanya tersenyum dan mengangkat bahu saja.
***
Carniphobia: rasa takut pada daging.
Votes dan komen ya Guys...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top