42
Sasa mengamati berkas-berkas orang hilang di tangannya. Ada tiga orang dengan ciri-ciri menyerupai korban yang dilaporkan menghilang oleh keluarganya pada sekitar waktu kematian korban. Sasa baru saja menelepon para keluarga dari catatan orang hilang itu dan menanyakan apakah putri mereka pernah melakukan tambal gigi. Keluarga yang dua orang hilang yang dia telepon sebelumnya mengatakan tidak. Sekarang dia akan menelepon keluarga ketiga. Sementara itu, Edwin yang duduk di kursi kemudi mengendarai mobil sembari sesekali memperhatikan istrinya itu.
"Selamat siang, Bu," sapa Sasa ketika dia mendengar suara seorang wanita yang menyapanya duluan dari telepon.
"Saya Sasa Ayuwandira dari kepolisian. Mau menanyakan apakah Saudari Nadia pernah melakukan tambal gigi sebelum dinyatakan hilang?"
"Iya, benar. Dia pernah melakukannya di Puskesmas KD," jawab keluarga korban. "Ada apa ya?"
Sasa mencatat pernyataan wanita yang tampaknya adalah ibu korban itu. Wanita bernama Nadia ini kemungkinan besar adalah korban. Namun hal itu belum dapat dipastikan sebelum Sasa melihat odontogramnya. Memberitahukan kematian korban seperti ini adalah hal yang paling dia benci. Dia mau menyerahkan pekerjaan itu pada Damian saja jika nanti identitas korban sudah jelas.
"Tidak apa-apa, Ibu. Ini mungkin bisa menjadi petunjuk untuk pencarian Saudari Nadia. Terima kasih untuk informasinya."
Sasa mengakhirinya pembicaraan di telepon. Dia ingat, kalau kebetulan sekali dia punya keponakan yang bekerja sebagai dokter gigi di Puskesmas KD yang tadi sebutkan keluarga korban. Sasa pun menelepon sepupunya itu.
"Livia, ini Tante," sapa Sasa. "Apa kamu pernah menambal pasien bernama Nadia Suwandi yang bekerja di mini market?" tanya Sasa.
"Iya, Nadia Suwandi dilaporkan hilang dan ciri-ciri fisiknya mirip dengan korban Eye Fairy. Jadi aku mau melihat odontogramnya untuk memastikan apakah korban itu memang Nadia Suwandi," jelas Sasa. "Aku kirimkan surat tugasku lewat wa ya. Tolong kamu kirimkan juga odontogramnya."
Tak beberapa lama satu pesan masuk dari keponakannya itu berisi scan dokumen odontogram milik Nadia Suwandi. Sasa mencocokannya dengan milik korban yang dia otopsi tadi pagi dan mengangguk-angguk. Kemiripannya hampir 100%. Dia yakin bahwa korban adalah Nadia. Namun untuk memastikan lebih lanjut mungkin perlu tes DNA. Biar itu dilanjutkan saja oleh Damian.
Sasa menelepon Damian dan mengabarkan berita tersebut. "Halo, Damian. Sepertinya aku sudah menemukan identitas korban. Aku menemukan odontogram yang cocok."
Di kursi kemudinya, Edwin mengerutkan kening mendengar nama Damian yang disebutkan Sasa.
"Iya, ok. Mulai dari sini aku serahkan padamu ya. Hm... Makan malam? Akan aku tanyakan suamiku dulu ya."
Kerutan di dahi Edwin semakin dalam.
"Apa? Makan malam? Si Damian itu mau ngajakin istrinya makan malam?" Edwin mendadak gusar.
"Oke, bye."
Sasa mengakhiri panggilannya kemudian mengirim whatsapp pada Raka yang isinya mengabarkan bahwa dia sudah berhasil mengidentifikasi korban. Sasa mengirimkan berkas-berkas atas nama Nadia Suwandi pada Raka.
"Kita sekarang ke mana?" tanya Edwin yang sedari tadi hanya berperan sebagau sopir.
"Hm, ada villa keluarga di dekat sini. Kamu tahu nggak?" tanya Sasa.
Edwin mengangguk. "Ya, kami biasanya memakainya untuk keperluan bisnis juga."
"Kalau begitu kita ke sana saja dan tidur di sana malam ini," usul Sasa.
Edwin menyetujuinya. Dia kemudian bertanya tentang Damian yang membuatnya penasaran.
"Kamu kelihatannya akrab sama si Damian itu."
"Hm, iya. Dia adik kelasku dulu waktu ambil spesialis forensik," sahut Sasa. Dia mengambil churos yang tadi dia bungkus dari Bon Appetite, memasukkannya ke dalam selai coklat kemudian memakannya dengan suara yang berisik.
"Menurutmu dia tidak mencurigakan? Kamu bilang si pembunuh bisa membuat irisan daging yang presisi, kan? Damian kan ahli forensik. Dia pasti mahir dalam iris mengiris," kata Edwin.
Sasa mengerutkan kening lalu menoleh pada suaminya. "Apa?"
"Kamu nggak, berdasarkan hasil survei di Inggris, Ahli beda itu menempati urutan ke lima untuk profesi dengan jumlah psikopat terbanyak. Ahli forensik juga termasuk ahli bedah, kan? Walaupun yang dibedah mayat."
Sasa tertawa mendengar penuturan Edwin itu. "Iya, dan Ceo nomor satu."
***
Terima kasih buat votes dan komennya. Aku numpang promo lagi ya guys...
Makasih buat yang udah beli extra chapter TMD terbaru. Habis ini liburan kan ya, dan aku berniat untuk nulis lanjutannya wish series. Semoga kalian suka ya.
Ada voucher gratis baca bisa diklaim yak.
Cover Certa yang baru nih.
Suka yang versi Igo apa Haru nih?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top