37
Sasa memandangi tulang-belulang di hadapannya beserta daging dan sudah diiris kecil-kecil seperti chicken fillet. Dia tak bisa menyangka bahwa yang ada di depannya itu ada manusia. Ada kepala yang bagian matanya telah diambil dan wajahnya di rusak tanpa bisa dikenali lagi. Betapa kejamnya si pembunuh yang telah melakukan hal seperti ini.
Sasa teringat akan perkataan Edwin saat di mobil tadi. Ini pasti pasti pemandangan yang dia lihat dua puluh tahun yang lalu. Bagaimana mungkin lelaki itu tidak menjadi trauma kalau melihat hal mengerikan seperti ini. Sasa biasanya selalu tenang ketika melihat mayat, tapi sekarang ada perasaan aneh yang memenuhi dadanya.
"Dokter, bisa dimulai autopsinya?" tanya Damian dengan tatapan berbinar. Sudah lama dia tidak melihat seniornya yanh terkenal itu beraksi.
"Ah, iya," jawab Sasa. Dia menatap para koas yang membentuk lingkaran di sekitar ruang autopsi dengan berbagai ekspresi. Ada yang penasaran. Ada yang tampak mual dan takut. Ada juga yang terlalu mengantuk sampai ketiduran sambil berdiri.
Sasa menghela napas dan tersenyum. Bagaimanapun dia harus bersikap profesional. "Baik, mari kita mulai autopsinya. Pertama-tama kita mencuci tangan dulu lalu mengenakan APD."
Sasa melakukan prosedur yang baru saja dia ucapkan yaitu mencuci tangan dan mengenakan gown, masker, kaca mata google, sepatu boots dan sarung tangan.
"Jenazah ini cukup unik karena tubuhnya sudah tidak utuh. Pertama-tama kita akan melihat dari tulang panggulnya. Ini adalah perbedaan mendasar antara pria dan wanita. Pelvis ini berbentuk oval, dangkal, dan lebar. Berarti dapat kita pastikan bahwa korban ini adalah wanita. Kalian lihat sudut tulang kemaluan atau sub pubic angle-nya lebih dari 90 derajat. Seperti yang kita tahu fungsi dari tulang panggul wanita selain untuk melindungi organ dalamnya adalah untuk melahirkan sehingga wanita memiliki tulang panggul yang lebih lebar karena memiliki fungsi untuk kehamilan dan persalinan." Sasa mengangkat tulang panggul jenazah itu dan menunjukkannya pada para mahasiswa.
"Sekarang kita perkirakan umur korban dari garis persambungan kepala atau suturanya. Tapi sebelum itu lihatlah cedera pada tulang tengkoraknya ini. Sepertinya ini bisa menjadi penyebab kematiannya. Dari sini perkiraan umurnya adalah 15-40 tahun. Sekarang kita ke pertumbuhan giginya."
Sasa membuka bagian gigi korban dan meneranginya dengan cahaya. "Telah terjadi erupsi gigi geraham ketiga atau molar 3 sehingga perkiraan umurnya adalah 17-25 tahun. Oh, kita beruntung karena ada bekas tambalan di sini yang masih baru."
Beberapa mahasiswa itu mendekat dengan ragu-ragu. Mereka kepo dan ingin melihat dari dekat tapi juga takut.
"Sepertinya jika kita mencari ke klinik gigi terdekat dita bisa menemukan catatan odontogramnya. Dari sini kita dengan mudah bisa menemukan identitas korban. Odontogram ini seperti halnya sidik jari dapat digunakan sebagai alat identifikasi karena setiap orang akan memiliki kondisi odontogram yang unik. Sayangnya, di Indonesia ini data mengenao odontogram ini kurang lengkap kecuali mereka yang pernah memeriksakan giginya ke dokter gigi."
Sasa senang melihat para koas yang tampak takjub itu. Mereka mengangguk-angguk lalu mencatat apa yang dia ucapkan.
"Selanjutnya kita lihat gambaran pusat penulangannya. Tulang paha atau os femur, tulang kering atau os tibia, tulang betis atau os fibula, tulang hasta atau os ulna, tulang pengumpil atau os radius, tulang lengan atas atau os huimerus. Kondisi keseluruhan tulang-tulang ini telah menyatu secara lengkap dengan diafisis dan tidak tampak pusat penulangan sehingga kesannya korban berusia lebih dari 21 tahun karena pertumbuhan tulangnya sudah berhenti. Kesimpulannya usia korban adalah 25-40 tahun."
"Kesimpulan yang sangat luar biasa, Dokter!" puji Damian.
Di kejauhan Raka yang berdiri berdampingan dengan Pak Yanto memegangi dagunya dan berpikir. Apakah setelah ini dia harus berkeliling ke setiap klinik gigi di sini untuk menemukan odontogram yang cocok dengan dengan gigi korban?
***
Sumber riset cerita bagian ini aku ambil dari jurnal "Analisis Antropologi Forensik pada Kasus Penemuan Rangka Dalam Koper." Yang ditulis oleh Taufik Hidayat dan Rika Susanti. Prosiding Penemuan ilmiah tahun 2017. Kalau kalian search di google mungkin bakal ketemu jurnalnya.
Btw perhitungan sutura di kepala itu ada rumusnya tapi aku kagak ngerti gimana hitungnya hahaha.
Ini gambar perbedaan tulang panggul pria dan wanita ya. Wanita panggulnya emang lebar karena buat melahirkan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top