1
Mobil ambulan berhenti di halaman laboratorium forensik milik Polda Jatim. Tiara berdiri di sana menyambut ke datangan tim itu. Tangan kirinya terus melakukan panggilan pada seseorang yang tidak juga menjawabnya. Dokter Sasa, atasannya si tukang telat itu belum datang juga.
"Halo, Tiara," sapa Andra. Sang analis medis, salah satu dari anggota tim yang membawa jenazah. Pria itu cakep seperti boy band korea.
"Halo juga, jadi ini jenazah siapa?" tanya Tiara. Dia akhirnya memasukkan ponselnya. Menyerah untuk menghubungi Sasa.
Tiara memandangi mayat seorang gadis di hadapannya yang masih mengenakan seragam pramuka. Masih sangat muda, sungguh tragis dia harus meninggal di usia belia seperti ini. Bau busuk yang menguar membuat Tiara mengambil masker dari dalam saku dan memakainya.
"Kalau di nama yang ada di seragamnya, namanya Elisa Darmawan. Mayatnya dikuburkan di tepi sungai brantas, di dekat tempat pembuangan sampah. Dokter Sasa mana?" tanya Andra sambil celingukan.
"Nggak tahu, aku sudah dari tadi chat dan telepon nggak dibalas. Sudahlah masukkan saja jenazahnya," kata Tiara.
Andra bersama timnya yang lain menurut. Mereka mendorong brankar itu masuk ke dalam lab. Tiara yang masuk duluan menyalakan lampu lalu. Dia membimbing tim untuk meletakkan jenazahnya pada salah salah satu bed.
Tiara mengerutkan kening melihat satu kantung jenazah yang ada di atas brangkar. Kok ada jenazah yang tertinggal di sini sih? Seingatnya kemarin semuanya sudah di masukkan ke dalam lemari pendingin.
"Ini jenazah siapa?" Andra yang kepo juga bertanya. Sesuai SOP setelah bedah forensik seharusnya jenazah di kembalikan ke freezer untuk mencegahnya membusuk.
"Nggak tahu," geleng Tiara. Gadis itu lantas memberanikan diri membuka resleting kantung mayat itu. Tanpa dia duga seseorang yang berada dalam kantung jenazah itu meringis padanya. Tiara berteriak kaget dan hampir jatuh. Anggota tim forensik yang lain pun sama terkejutnya melihat sosok yang berada di dalam kantung mayat itu bangkit.
"Hai," sapa cewek edan itu sambil terkekeh.
"Dokter!" teriak Tiara jengkel. "Dokter bikin saya menua sepuluh tahun lebih cepat!"
Dokter Sasa Ayuwandira P, SPF makin tergelak. Dia keluar dari kantung mayat itu sembari merenggangkan otot-otot tubuhnya.
"Makanya kamu tuh pakai krim anti aging," jawabnya asal.
"Dokter ngapain di dalam situ!" protes Tiara.
"Katamu aku tukang telat, kan? Jadi aku tidur sini biar nggak telat. Karena aku kedinginan makanya aku pakai kantung mayat ini. Ternyata lumayan hangat juga," dalih Sasa innocent.
"Ya nggak gitu juga kali, Dok!" geram Tiara.
Sasa tak acuh. Dia malah meminta surat permintaan visum dari Andra yang membawa jenazah dari TKP. Tiara mengucapkan sumpah serapah di dalam hati. Atasannya yang satu ini memang selalu bikin emosi.
"Jadi siapa si Jane Doe ini?" tanya Sasa.
Andra merinding seketika. Jane Doe atau Jhon Doe adalah nama samaran yang sering digunakan untuk menyebut jenazah yang belum diketahui identitasnya di Amerika. Namun nama panggilan itu mengingatkan pada film horor Autopsy of Jane Doe.
"Kalau dari seragamnya tertulis Elisa Darmawan dari SMA X. Saya sedang menghubungi pihak sekolah tapi belum ada jawaban."
Sasa mengamati gadis muda yang terbaring kaku dengan seragam pramuka itu. Meskipun sudah menjadi mayat, dia terlihat cukup cantik. Ada bekas melingkar pada bagian lehernya yang membiru.
"Oke, kalian bisa tinggalkan dia di sini. Terima kasih," angguk Sasa. Ketika dia menoleh pada asistennya, Tiara, yang tampak kesal, Sasa malah tergelak.
"Jangan malas-malasan, Ra. Kerja! Buruan siapkan peralatannya, kita otopsi sekarang juga," titahnya.
***
Halo Guys, jika kalian kepo tentang penyebab kematian Elisa Darmawan baca His Ex aja ya. Muehehehe. Numpang promosi.
Aku upload ceritanya dari bab satu lagi ya bestie. Ajakin temen-temen kalian buat baca cerita ini biar viewnya langsung naik jadi 10jt view. Siapa tahu nanti dilirik sama PH. Hehehe.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top