Vol 9 - Lali Rasane Tresno
CD Vol.9 - Lali Rasane Tresno
"ROHAYATI!!!!!" suara delapan oktaf yang keluar dari mulut Mae membuat semua orang yang ada di dekat warung Mba Yem menutup telinga.
"Gila! Ini suara orang atau toa masjid?" Mae mendelik tajam mendengar pertanyaan Eron.
Eron segera menutup mulutnya lalu pura-pura meminum cendol. Ampuni Eron, semoga Mae tidak menyemprotnya.
Sedangkan, gadis kuliahan yang suka menawarkan baperware melesat dengan cepat. Akan tetapi, Mae buru-buru membayar cendol pada Mba Yem dan mengejar saudara yang entah muncul dari mana. Tau-tau si Aya adalah saudara jauh sekali.
Aya mempercepat langkah saat Mae kembali berteriak, "Aya Berhenti!"
"Woi, Mba mau beli baperware." Mendengar perkataan Mae, seketika Aya Berhenti. Pasti Mba Mae akan membeli yang paling mahal, dia kan punya banyak uang.
Mae tersenyum girang sambil mendekati Aya yang sedang berkhayal mendapatkan banyak uang. Aya meringis kala Mae menjitak kepalanya. Sudah ia duga, perawan tua di depannya tadi hanya berbohong.
"Kenapa kamu malah kabur, huh!?" tanya Mae dengan kesal.
Aya berusaha menetralkan detak jantungnya yang berdetak sangat kencang. Mba Mae terlihat begitu mengintimidasi hari ini. Apa jangan-jangan ia sudah tau perihal perjodohan yang dilakukannya.
"Sebenarnya Mba mau ngomong apa sih?" Lebih baik Aya tanyakan, daripada penasaran kan.
Mae menyeringai membuat Aya mau tak mau memundurkan langkah. Ia jadi berpikir yang tidak-tidak. Apa yang akan dilakukan wanita yang memakai gaun selutut itu.
"Di kepala kamu ada daun. Lagian, aku heran deh sama kamu kenapa malah menjodohkan Mba dengan Suprapto?"
Aya menerima daun yang diberikan oleh Mae. Lantas ia langsung membuangnya, kenapa malah daun kuning itu diberikan padanya dan ia menerima.
"Mba, Aya kasih tau ya. Bang Supra itu sekarang sudah tobat. Dia enggak obral janji lagi, usahanya juga sudah maju."
Mae merengut tak suka, baginya pria itu sama saja. Baru saja ia ingin menimpali ucapan Aya, teriakan cempreng milik Mba Ahtun membuat kedua perempuan yang sedang asyik mengobrol menoleh.
"Aku cari kau kemana-mana. Ternyata ada di sini? Benar tidak berita kau akan menikah dengan Supra itu?" Mba Ahtun ingin memastikan kebenarannya dulu, dari kedua anak manusia yang kini saling pandang.
"Kenapa emang? Bukan urusannya Mba Ahtun juga kan?" Mae membalas cuek membuat Ahtun meringis.
"Kurang ajar lu bocah! Jadi perawan tua aja bangga." Ahtun mendadak emosi, ditambah hutangnya dengan Aya.
"Aduh … Mba Ahtun harus tau, yang jadi perawan tua itu kan Mae. Kenapa malah Mba yang repot?"
"Gua kasih tau sama lu ya, bocah. Hidup sendiri itu tak enak. Mending menikah, tidur ada yang nemenin, lu enggak perlu kerja karena ada yang nafkahin."
Mae tampak acuh, ia kini memandang Aya yang sedari diam saja. "Pokoknya Mba enggak mau nikah sama ayam yang suka masuk kandang ayam lain. Bersyukur enggak ditidurin, walau disamperin."
Aya melirik Mba Ahtun yang ia yakin sudah mendapatkan topik untuk ghibah. Emang benar ya Emak satu-satu ini sukanya bikin heboh saja.
"Tapi Mba harus tau kalau Bang Supra sudah punya usaha. Dia juga sudah tobat dan memberikan aku modal 10juta untuk membuat usaha baperware ini. Lupakan semua hal yang dilakukan Bang Supra dahulu kala, dia juga sudah berjanji akan setia sampai mati dengan Mba Mae."
Pancingan Aya berhasil, Mba Ahtun tampak berbinar. "Kamu benar tak? Kalau gitu Mba mau ngutang sama Supra buat bayarin utang sama kamu."
"Ye … giliran duit aja balap. Dasar emak-emak!" Mae memegang bahunya yang ditonjok oleh Mba Ahtun.
"Iyalah, kapan lagi Supra minjamin duit. Dulu kan sukanya ngutang sana-sini. Lu juga sih mau segala pacaran sama dia."
"Aku kan pacarin dia biar Sabar tak deketin aku lagi. Masa dia tiap hari selalu ke rumahku. Tapi kok, hari ini aku belum ketemu dia?"
"Ciye, kangen sama Bang Sabar. Dia tadi sih lagi keliling perumahan, mungkin sebentar lagi mengunjungi Sayang Mae." Kulin berbicara sangat lancar dan menggoda, membelah topik yang sedang mereka perbicangkan.
"Nyamber aja lu, Kulin. Udah kaya truk!" Kulin tampak tak acuh, ia melesat pergi sambil memeluk rindu. Baginya, rindu jauh lebih penting daripada kalimat yang keluar dari mulut Mba Ahtun.
"Mba enggak mau dijodohin sama Supra. Titik enggak pakai koma. Sudah hilang Aya, rasa cinta Mba sama Supra, karena dia lebih memilih menikahi wanita lain dibanding Mba. Meskipun Mba cuma jadiin dia tameng agar Sabar tak mendekati Mba, rasa cinta ini ada. Mba dulu tresno sangat sama Supra."
"Terus lu mau terus jadi perawan tua sampai kapan? Dari musim duren sampai musim rambutan, tak juga menemukan jodoh."
"Lali rasane tresno, Mba. Aku lali rasane tresno, sebab cinta yang terjalin berakhir tragis Mba."
Suasana mendadak pilu, Aya menepuk pundak Mae. "Aya ngerti, Mba. Tapi Mba nanti ketemu sama Bang Supra dulu ya, katanya dia mau minta maaf."
Mae hanya mengangguk, menyandarkan kepala pada bahu Ahtun. Tiba-tiba saja Suprapto datang dengan membawa keranjang buah.
"Mae, sudikah kamu menjalin hubungan kembali denganku?"
Wes suwe ora ketemu koe teko nang arepmu
Kowe ngajak balen gawe kaget sakjroning atiku
Tonpo roso bersalah kowe gengem tanganku
Terus koe ngomong arep balen karo aku
Yang ini karyanya Nova_Lindah
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top