EMPAT-CAYAPATA FAMILY
Empat
Suara tawa yang terdengar dari tepi kolam renang membuat Mazaya merasa jengkel, padahal tidak ada yang mengusik ketenangannya, tetapi karena pada dasarnya suasana hati Mazaya yang sedang buruk, apapun yang terjadi di sekitarnya pasti bisa membuat cewek itu merasa kesal.
"Kamu mau kemana Mazaya?" tanya daffin ketika Mazaya berdiri, meskipun daritadi dia tidak mengajak adik bungsunya bicara, bukan berarti Daffin tidak memperhatikan Mazaya. Bahkan sejak mereka duduk di tepi kolam renang, Daffin terus memperhatikan Mazaya untuk mengawasi gerak-gerik adiknya. Si bungsu itu memiliki sifat yang berbeda dengan saudaranya yang lain, Daffin khawatir kalau dia abai sedikit saja, Mazaya akan membuat masalah.
"Mau masuk ke dalam rumah," jawab Mazaya dengan nada suara yang jelas sekali bahwa dia malas merespon ucapan Daffin.
Daffin menggeleng, bisa bahaya kalau Mazaya masuk ke dalam rumah, Mazaya itu bukan hanya memiliki hubungan buruk dengan para sepupu, dengan para paman serta bibi pun begitu. Jika Mazaya masuk ke dalam rumah, maka persentase terjadinya pertengkaran akan semakin besar. Adik bungsu Daffin itu tidak takut untuk melawan meskipun lawannya adalah saudara kandung orang tua mereka.
"Di sini aja, duduk di sebelah kakak," ucap Daffin dan langsung saja dibalas Mazaya dengan gelengan.
Mana mau Mazaya duduk di sebelah Daffin dan mendengarkan para sepupunya berbicara, Mazaya tidak punya banyak waktu luang untuk hal-hal tidak berguna seperti itu. Mazaya merasa lebih baik dia membaca buku, wawasannya bertambah dan tidak menambah dosa karena menggerutu di dalam hati.
"Mazaya kenapa sih? Kelihatannya anti banget sama kami," ucap Naflah, salah satu sepupunya.
"Pikir aja sendiri," balas Mazaya lalu berbalik karena ingin masuk ke dalam rumah, tidak ada gunanya ia tetap berada di sana.
"Mazaya jaga sikap kamu," tegur Eric dengan nada tegas.
"Maaf," ucap Mazaya dengan tidak tulus, ia malas sekali berurusan dengan Eric, kakak sulung yang selalu diberi amanah untuk menjaga adik-adiknya. Berurusan dengan Eric hanya akan membuang-buang waktu Mazaya.
Eric mengusap wajahnya dengan kasar, bingung harus melakukan apa dengan Mazaya yang semakin hari semakin bersikap seenaknya. Tidak peduli dengan siapapun di keluarga mereka, dia hanya melakukan apa yang diinginkannya, jika tidak dipaksa maka Mazaya tidak akan datang ke rumah opa mereka.
"Duduk di sini, jangan masuk ke dalam rumah," titah Eric. "Nanti kamu malah bertengkar sama paman atau bibi," tambahnya.
"Kalau itu yang kakak khawatirkan, maka tenang saja, aku tidak akan bertengkar dengan siapapun. Aku cuma mau ke perpustakaan opa, di sini berisik," balas Mazaya.
Para sepupu yang mendengar ucapan Mazaya merasa sedikit tersinggung dengan ucapan itu, kenapa Mazaya tidak bisa menjaga ucapannya agar tidak menyakiti orang lain? Jika tidak suka maka diam saja, jangan membuat orang lain merasa kesal.
"Mazaya," tegur Eric lagi. Lelah dengan sikap Mazaya yang selalu seperti itu, tidak bisa dinasehati karena cewek itu selalu merasa bahwa apa yang dilakukan serta diucapkannya adalah hal yang benar.
Kali ini Mazaya tidak mengucapkan kata maaf lagi. "Kalau nggak mau aku buat kalian kesal, biarin aku masuk ke dalam rumah, jangan kayak gini lah."
"Udah-udah, biarin Mazaya masuk, kayaknya Mazaya capek makanya kayak gitu, jangan tersinggung," lerai Cakra.
"Yaudah, kakak temanin masuk ke dalam," kata Daffin lalu berdiri dan menghampiri Mazaya.
"Ayo," ajaknya kemudian memegang lengan Mazaya tetapi adiknya itu langsung menepis tangan Daffin.
Daffin menghela napas mendapat perlakuan seperti itu, padahal dia adalah saudara kandung Mazaya, kenapa sikap Mazaya justru menunjukkan bahwa mereka adalah musuh?
Mazaya berjalan lebih dulu diikuti Daffin dari belakang, Daffin tau bahwa Mazaya tidak suka jika ia berjalan di sampingnya. Lebih baik melakukan apa yang diinginkan Mazaya untuk menghindari pertengkaran, saat ini mereka berada di rumah opa, akan lebih jika bersikap akur untuk menghindari amarah sang opa.
"Kalau ada yang ngomong sama kamu, jangan langsung emosi, sabar Mazaya, nanti opa marah," pesan Daffin dengan suara pelan, tetapi Mazaya masih bisa mendengarnya.
Mazaya mengangguk, tidak mau lagi memancing emosi Daffin, di tepi kolam renang tadi ia kelepasan, seharusnya Mazaya lebih bisa mengontrol emosinya. Namun rasanya sulit sekali.
"Daffin, Mazaya, kalian mau kemana? Bukannya kalian mau ngobrol di luar?" tanya Zakiyah--salah satu bibi mereka--begitu melihat Mazaya dan Daffin.
"Mau ke perpustakaan opa, Bibi," jawab Daffin dengan sopan.
Mazaya lebih memilih untuk diam, khawatir jika ucapannya akan membuat Zakiyah tersinggung dan nantinya Gina serta Adicandra akan menegurnya sesampainya mereka di rumah.
"Udah selesai ngobrolnya? Yang lain belum masuk? Bukannya kalian mau buat konten ramai-ramai?" tanya Zakiyah lagi.
"Belum, Bibi, Daffin mau nganterin Mazaya, soalnya adik Daffin capek," jawab Daffin lalu tersenyum agar Zakiyah tidak merasa bahwa Daffin pun cukup jengkel karena terus ditanyai seperti ini.
"Loh? Mazaya sakit?"
Mazaya menahan napasnya mendengar pertanyaan Zakiyah, apa bibinya itu tidak tau apa perbedaan capek dan juga sakit? Memangnya orang yang capek itu pasti sakit? Kan tidak juga. Memang pada dasarnya Zakiyah saja yang banyak tanya.
Langsung saja Mazaya berjalan tanpa menjawab pertanyaan Zakiyah, jika pertanyaan itu dijawab pun, Bibi nya itu tidak akan puas, pasti akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan lain yang akan menghabiskan waktunya. Daffin melotot karena sikap Mazaya yang tidak sopan itu, kemudian dia menatap Zakiyah yang terlihat tidak suka dengan sikap Mazaya tadi.
"Maaf, Bibi, Mazaya capek banget, makanya langsung pergi, dia mau istirahat. Tolong maafin ya, Bibi," pinta Daffin.
"Adik kamu itu tidak sopan, Daffin. Apa dia tidak diajarkan sopan santun?" ucap Zakiyah yang kesal.
"Maaf, Bibi."
Hanya itu yang bisa Daffin katakan. Zakiyah tidak menjawab dan langsung pergi dari hadapan Daffin.
Mazaya langsung Daffin kejar untuk menegurnya, baru saja dikhawatirkan jika Mazaya akan bersikap tidak sopan terhadap paman dan bibinya, eh malah langsung terjadi.
"Mazaya," panggil Daffin setelah membuka pintu perpustakaan.
Adiknya itu telah duduk di sofa dengan sebuah buku di tangannya, memang kegiatan seperti itulah kesukaan Mazaya, daripada berinteraksi dengan banyak orang, ia lebih senang menyendiri di sebuah ruangan dengan berbagai macam buku.
"Kenapa kamu tidak sopan sama bibi Zakiyah? Kakak kan udah bilang jaga sikap kamu," ucap Daffin menahan rasa kesalnya.
"Maaf, Kak," ucap Mazaya, tetapi Daffin tau benar bahwa Mazaya sama sekali tidak merasa bersalah, ucapan maafnya hanya agar tidak dimarahi.
"Minta maaf sama bibi Zakiyah," titah Daffin.
Mazaya mengangkat wajahnya yang daritadi menunduk untuk membaca. "Aku nggak salah, kenapa harus minta maaf?"
Sesuai perkiraan Daffin, Mazaya sama sekali tidak merasa bersalah dengan sikapnya tadi.
"Kamu nggak sopan Mazaya, masih bilang kalau nggak salah?" ucap Daffin kemudian melangkah mendekati Mazaya.
"Aku pergi supaya nggak ngeluarin kata-kata yang bisa bikin bibi Zakiyah sakit hati, Kak. Aku cuma ngehindarin itu, kalau aku bicara, nanti bibi pasti tersinggung, karena itu aku pergi."
"Tapi bukan pergi begitu saja, Mazaya, Kakak yakin kalau kamu tau itu nggak sopan."
Mazaya menunduk, bukan karena menyesal, tetapi jengkel dengan Daffin yang menurutnya terlalu banyak menuntut.
☘☘☘
Sabtu, 17 Juni 2023
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top