5

CERITA INI MURNI FANTASI PENULIS.
TIDAK BERMAKSUD MENYINGGUNG PIHAK TERTENTU, DAN JIKA ADA KESALAHAN DALAM PENULISAN CERITA INI MOHON DIMAAFKAN.

(Jika ada kalimat yang typo mohon segera dikoreksi dengan menuliskannya di kolom komentar, terimakasih).

__________

"Ada yang ingin kubicarakan"

Catherine hanya memandangi Bhadra dengan tatapan bingung.

"Dia mau ngomong apa sih? Mukanya terlalu serius" batin Catherine.

"Aku harus memenuhi keinginan Raja dan itu ada kaitannya denganmu" kata Bhadra.

"Dan apa itu?" tanya Catherine.

"Aku harus menikah denganmu" jawab Bhadra.

Catherine yang mendengarnya pun hanya bisa terdiam, gadis itu berusaha mencerna kalimat yang dilontarkan Bhadra.

"Sebenarnya aku juga tak ingin, namun karena ini keinginan Raja, mau tak mau aku harus memenuhinya" sambung Bhadra.

"Kenapa harus aku? Bukankah lebih banyak wanita yang lebih cantik dan anggun daripada diriku?" tanya Catherine sambil menatap Bhadra.

"Entahlah, tapi keinginan Raja itu mutlak" jawab Bhadra.

"Jangan bercanda, mana mungkin aku pantas menikah dengan putra mahkota" bantah Catherine.

"Tolong pertimbangkan lagi Nona, jikalau pun kau tak mau, aku akan tetap menikahimu, " kata pria itu sembari menatap Catherine.

"Namun, bila aku masih mendengar bantahan darimu, prajurit ku siap untuk memenggalmu" sambung Bhadra dengan nada mengintimidasi.

Ekspresi Catherine langsung berubah tegang, tak disangkanya bahwa Bhadra benar-benar serius dengan perkataannya.

"Memenggalku? Bukankah ini terlalu berlebihan?" batin Catherine sambil membayangkan betapa kejinya pria yang sedang berhadapan dengannya saat ini.

"Beri aku waktu untuk memikirkan nya" lirih Catherine sambil menundukkan kepalanya.

"Satu bulan, selama satu bulan ini kau harus mempertimbangkannya, Yudistia" ucap Bhadra.

"Baiklah, kalau begitu saya pamit dulu, Terang Abdi bagi Anak Agung Bhadra Danendra"

Gadis itu pun membungkuk hormat dan pergi meninggalkan Bhadra.

_________

Catherine berjalan keluar dari lingkungan Puri, ia masih memikirkan perkataan Bhadra.

"Apanya yang menikah, mana mungkin aku pantas dan lagipula mana mungkin aku menikah di dunia ini" gumam Catherine.

Saat sedang melintasi jalanan, Catherine melihat hamparan sawah, banyak petani yang sedang menanam padi.

"Aku ingin pulang ke Ubud" gumam Catherine.

Mata indahnya tampak meneteskan air mata, jari-jemarinya yang lentik itu pun langsung mengusapnya agar orang lain tak melihat bahwa ia sedang menangis.

Catherine saat itu tak memperhatikan sekitar dan akhirnya menabrak orang yang sedang berjalan berlawanan arah dengannya.

Brugh

"M-maafkan aku" ucap Catherine sambil melihat siapa yang ditabrak olehnya.

"Tak apa Geg" jawab orang itu.

Catherine melihat wajahnya, seorang pemuda tampan dengan rambut bergelombang yang berantakan, mata yang berwarna cokelat terang dan hidung mancung serta kulit eksotis nya yang mampu membuat para wanita terpesona, termasuk Catherine.

"Sepertinya aku pernah melihatmu... Umm.. Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Catherine menyelidiki.

Yang ditanya malah tampak panik dan enggan menjawab, matanya melirik ke arah lain.

"AH AKU INGAT! KAU YANG MERAMPAS- ughhmm"

Belum sempat gadis itu menyelesaikan kata-kata nya, tangan pemuda itu sudah duluan membekap mulut Catherine.

"Diam! Kau hanya membuat situasi runyam" kata pemuda tersebut sambil menatap tajam Catherine, ekspresi nya terlihat sangat panik.

Catherine berusaha melepaskan tangan pemuda itu dari wajahnya.

"Dih"

Catherine menatap kesal pemuda dihadapanya itu, kalau bisa ia sangat ingin memukuli nya dengan rotan.

"Siapa namamu Geg?" tanya pemuda itu tanpa rasa malu.

"Memangnya itu penting?" Catherine berkacak pinggang sambil menatap sinis.

"Iya, penting, banget"

"Wtf, gila banget ini orang" batin Catherine.

"Ni Gusti Candra Catherine Yudistia, kau bisa memanggilku Yudistia" ucap Catherine.

"Bangsawan ya, pantas saja aura nya berbeda" kata pemuda itu sembari menatap Catherine dan memanggut-manggutkan kepalanya.

"Kau sendiri? Siapa namamu?" tanya Catherine.

"I Cokorda Sri Arya Ekadanta Rajendra, kau bisa memanggilku Arya" jawabnya sambil tersenyum.

"Tunggu, kupikir kau cuma maling dengan kasta rendah-" ucap Catherine dengan ekspresi kaget.

"Maaf! Aku mengambil uangmu karena aku harus memberikannya kepada orang-orang miskin" jawab Arya dengan wajah penuh penyesalan.

"Ah begitu ya, tak apa.." Catherine tak mau repot dengan masalah uang ini, ia hanya ingin memastikan identitas orang di hadapannya tersebut.

"Kau bangsawan, tapi aku tak pernah melihatmu, apa kau berasal dari luar?" tanya Arya yang penasaran.

"Ya begitulah, agak rumit untuk dijelaskan, tapi kurang lebih seperti itu" jawab Catherine sambil tersenyum kecut.

"Ah aku mengerti, kalau aku sendiri berasal dari Kerajaan Druma" ucap Arya dengan ekspresi bangga.

"Lalu... Gelarmu?" tanya Catherine memastikan, ia tak mau berlaku tak sopan lagi, cukup dengan Bhadra ia berbuat lancang, sekarang ia belajar dari kesalahan dan bertanya terlebih dahulu siapa lawan bicaranya.

"Umm.. Aku? Raja" jawab Arya dengan santai.

"Hah?" Catherine melongo, tangan nya reflek menyentuh dahi Arya, gadis itu menganggap pemuda ini sakit sehingga mengatakan hal-hal tak masuk akal.

"Hahahahahaha bercandamu lucu" ucap Catherine sambil tertawa renyah.

"Tapi aku serius Nona Yudistia" Arya menatapnya sambil menyingkirkan tangan Catherine dari dahinya.

"Eh- EEEH?!" Catherine heboh sendiri, dia baru saja merealisasikan tindakan lancangnya terhadap seorang raja yang tingkatannya sama seperti Bhadra.

"Apa kau akan memenggal ku setelah ini?" tanya Catherine sambil meraba-raba tengkuknya.

"Tidak, reaksimu lucu Nona, kau lucu" jawab Arya sambil tertawa kecil.

"Jangan tertawa Yang Mulia, aku pantas mati atas perlakuan ku kepadamu" ujar Catherine sambil menundukkan kepalanya.

"Sudahlah, oh iya, kau sangat cantik, kau seperti seorang dewi, bahkan aku baru pertama kali melihat mata yang warnanya seperti itu" Arya mengatakan itu sambil menatap Catherine.

Semburat merah muncul dan menghiasi pipi Catherine. Gadis itu langsung membuang wajahnya dan menjadi salah tingkah.

"T-terimakasih Yang Mulia" ucap Catherine.

"Sama-sama!" jawab Arya sambil tersenyum.

Ah, rasanya Arya seperti mengeluarkan pancaran sinar dari dirinya, aura positif beterbangan di sekitarnya, berbeda dengan Bhadra yang selalu tampak muram.

"Oh iya Nona, apa kau punya rumah?" tanya Arya.

"Punya, kenapa?" Catherine bertanya balik.

"Izinkan aku menginap, aku bosan menginap di Puri" jawab Arya.

"Hah? Yang Mulia serius? Aku seorang wanita lho" Catherine tampak kaget, bisa-bisanya orang ini ingin menginap di rumah seorang gadis.

"Kenapa? Kau mengira aku akan melakukan hal aneh? Dan jangan formal terhadapku, aku tak suka gelar bangsawan ku" Arya menghela nafasnya.

"B-baik.. Maksudku bukan begitu, tapi aku hanya ingin menghindari gosip tak sedap" jawab Catherine dengan suara pelan.

"Ah aku mengerti, akan ku potong lidah mereka yang berani menyebarkan gosip tentang mu" ucap Arya dengan senyuman di wajah tampan nya.

"Psycho... Orang ini sakit" pikir Catherine sambil mendengus.

"Baiklah, lakukan sesukamu"

"Asik! Kita teman baik sekarang" reaksi Arya tampak seperti anak kecil yang baru saja mendapat mainan baru, benar-benar sulit mempercayai fakta bahwa ia adalah seorang pemimpin sebuah kerajaan.

_______

Setelah sampai di rumah, Catherine mempersilahkan Arya masuk dan menyuruhnya duduk di kursi kayu.

Catherine pun menutup pintu rumahnya.

"Rumahmu bagus, aku suka" ucap Arya spontan sambil memperhatikan seisi rumah itu.

"Terimakasih Arya" jawab Catherine sambil tersenyum.

Tok tok tok

"Geg Yudistia!" panggil seorang pria.

"Iya sebentar!" jawab Catherine sembari membukakan pintu.

Tampak Wanandra yang menenteng sayur dan daging segar di tangannya.

"Untuk Geg Yudistia" kata Wanandra sambil menyerahkan sayur dan daging tersebut.

Catherine tampak bingung sambil menerima sayur dan daging tersebut.

"Umm... Terimakasih Bli" Catherine tersenyum sambil memandang Wanandra.

"Iya sama-sama Geg, oh iya.. Itu siapa Geg?" tanya Wanandra sambil melirik Arya yang sedang duduk di kursi.

"Oh, itu temanku, datang dari Kerajaan Drumah" jawab Catherine.

"Benarkah? Wah, dari Kerajaan jauh ternyata" Wanandra menopang dagunya dengan tangannya.

Arya yang mendengarkan percakapan mereka segera berdiri dan menyapa Wanandra.

"Semoga berkah Dewa selalu bersama dengan Bli, perkenalkan aku Arya" sapa Arya dengan ekspresi ramah sembari mengulurkan tangannya.

Wanandra dengan antusias langsung menyambut uluran tangan Arya dan balas tersenyum.

"Aku Sang Wanandra Akandra, Bli bisa manggil aku Wanandra"

"Baiklah Bli, salam kenal" kata Arya.

"Oh iya Geg, Bli.. Aku pamit dulu, masih ada urusan lain"

Wanandra pun tersenyum dan melenggang pergi.

"Temanmu atau kekasihmu?" tanya Arya.

"Tentu saja teman, dia orang yang lucu" jawab Catherine sambil tersenyum.

Gadis itu pun berjalan menuju ke dapur dan menyimpan bahan makanan yang diberikan oleh Wanandra. Arya mengikuti nya karena merasa bosan.

"Apa pengawalmu tak mencarimu?" tanya Catherine yang berusaha mencari topik.

"Seharusnya iya, " jawab Arya santai.

Catherine hanya menggeleng kan kepala saat mendengar jawabannya.

"Oh iya, apa hubunganmu dengan Panglima Bhadra?" tanya Arya yang membuat Catherine sedikit tersentak.

"Tak ada hubungan apapun, sungguh" jawab Catherine.

TBC

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top