#7
"Mau kemana?"
Jimin meneliti penampilan Taehyung dari bawah sampai atas. Sepertinya selalu ada poin keserasian untuk setiap pakaian apapun yang dikenakannya. Mata Jimin sampai terkagum-kagum. Ia tak henti memperhatikan sahabatnya tersebut tak kala Taehyung menyemprotkan parfum begitu banyak tanpa ragu-ragu, membuatnya terpaksa mengibaskan tangan ke sekitar hidung demi menghalau bau tajam itu menyeruak masuk.
"Baunya menyengat sekali! Kau itu mau kencan apa ngusir lalat?"
"Hehe.."
"Kok tau aku mau kencan?"
"Itu bunga mawar yang ada di atas meja punya siapa lagi kalau bukan punyamu?"
"Iya juga. Bagaimana?"
Tanya Taehyung sambil berpose ala-ala model profesional.
"Apanya?"
"Penampilanku bontot! Apa sudah keren? Perfect?"
"Lumayan."
Taehyung melebarkan senyum kecutnya.
"Selalu saja begitu kalau aku menanyaimu. Sudahlah.. doakan semoga kencanku dengan sepupumu berjalan lancar."
"Asal kau punya modal yang cukup sih.."
"Masalah modal,itu urusan gampang. Ya sudah, aku berangkat dulu. Tolong bukakan pintu asrama jika nanti aku kemalaman."
"Apa sampai larut?"
"Entah. Aku usahakan tidak. Oh ya, selamat atas kembalinya Sassy. Jaga dia baik-baik mulai dari sekarang. Kalau dia hilang lagi, aku malas membantumu."
"Iya-iya.. sana pergi!"
Jimin merebahkan kembali punggungnya pada bantal kesayangan setelah Taehyung keluar dari kamar. Ia bersantai sambil memanjakan kucingnya yang baru saja kembali tadi pagi setelah usaha kerasnya mencari sejak kemarin. Ia merasa sangat senang.
"Jangan hilang lagi Sassy.."
.............................
Di sebuah restoran, terlihat seorang pria tengah menunggu kedatangan seseorang dengan harap-harap cemas. Kira-kira, setengah jam telah berlalu sejak ia mendudukkan diri di atas kursi. Ia mengamati jam tangannya berkali-kali.
"Permisi Tuan, sepuluh menit lagi kami akan tutup."
Batu es yang mengapung di gelas panjangnya perlahan mulai mencair. Air itu tumpah dan mengalir bebas dari permukaan. Taehyung sama sekali tidak menyentuh minuman yang ia pesan. Begitu pula segelas minuman yang mendingin di hadapannya. Sang pemilik tidak datang. Lagi.
Merasa putus asa, pria malang itu berdiri dari posisinya. Lemas sekujur tubuhnya mendapati bahwa sang kekasih lagi-lagi lalai terhadap janji yang ia buat sendiri.
Dibuangnya setangkai bunga mawar yang ia beli dari toko dekat gang kampus. Berapa kali ia akan membuang uang hanya demi menuruti tuntutan kekasihnya sendiri?
'Kau itu harusnya romantis.'
'Kencan? Mana ada kencan tanpa uang?'
'Sampai kapan kau akan begini? Aku juga mau hidup bahagia seperti pasangan lain. Kau tidak bisa mencukupi kebutuhanku sebagai wanita!'
Mengingat ucapan wanita yang dicintainya, lagi-lagi Taehyung merasa gagal. Ia bahkan sampai mengambil uang tabungan yang seharusnya ia gunakan untuk membelikan kado ibunya yang sebentar lagi ulang tahun. Dan sayang sekali, keberadaan uang itu lenyap hanya dalam sekali pertemuan dengan Jung Yerin. Gadis yang setahun lebih muda darinya. Sepupu Park Jimin, sahabat dekatnya.
Belakangan ini, Taehyung merasa diabaikan oleh Yerin. Melihat Jimin begitu menyayangi sepupunya, Taehyung jadi tak punya nyali untuk mencurahkan isi hati terkait perlakuan sang kekasih.
Semuanya sungguh serba salah. Ia berpura-pura bahagia, meskipun sebenarnya ia sendiri terlukai. Seseorang.. tolong bantu Taehyung yang butuh pencerahan.
Udara dingin mulai menusuk. Sekarang sudah pukul 10 malam. Masa bodoh dengan peraturan asrama yang tidak boleh keluar lebih dari jam tersebut. Taehyung kacau.
Ia menunduk. Tatapan kosong terus ia lemparkan pada jalanan trotoar yang membeku.
'huh.. bagaimana ini?'
'apa yang harus aku lakukan untuk mempertahankan hubunganku?'
Dan tanpa disadari, Taehyung melintasi wilayah yang seharusnya tidak ia lewati dalam peta menuju asramanya. Rumah itu, rumah yang biasa ia kunjungi setiap Minggu. Sekarang nampak sepi.
Sebuah mobil melaju dari arah depan, perlahan kecepatannya mulai menurun. Bunyi decitan ban dengan aspal yang hitam kini terdengar jelas. Membangunkan lamunan Taehyung yang membawa pikirannya terbang entah kemana.
Pintu mobil terbuka.
"Hati-hati.. Sayang, senang kencan denganmu!"
Seorang gadis cantik dengan rambut kecoklatan yang dibiarkan tergerai berdiri melambaikan tangan pada seorang pengemudi mobil berwarna hitam yang baru saja menurunkannya.
Mata Taehyung memerah. Tangannya meremas kuat.
"Jung Yerin!!!"
"Kau?"
"Apa yang kau lakukan disini?"
"Jadi kau selingkuh??"
Tanya Taehyung tak menyangka. Tolong jangan beri jawaban seperti yang aku pikirkan. Batinnya.
"Memang kenapa kalau dia selingkuhan ku?"
"Toh dia jauh lebih kaya darimu!"
"Dan dia selalu memberikan apapun yang aku mau!"
Taehyung melirik tas belanjaan yang memenuhi jari-jari Yerin. Sebenarnya dia bisa saja membelikan apapun yang Yerin mau, karena dia juga kaya. Namun tak seperti pemuda kebanyakan, ia justru menyembunyikan kekayaannya dan hanya membiarkan Jimin yang tahu. Dari lahir pun, seorang Kim Taehyung terlahir kaya. Bisa disebut, ia lebih mandiri dan mengurus apapun memakai uangnya sendiri. Taehyung bukanlah anak manja yang bisanya hanya merengek kepada orangtua. Dengan menjadi pacar Jung Yerin, ia semakin paham karakter gadis itu. Uang, uang, dan uang.
"Pantesan kau tidak datang ke restoran hari ini. Kau tau, berapa lama aku menunggumu?"
"Apa peduliku? Paling-paling kau cuma memberiku mawar murahan itu lagi."
"Keterlaluan kau, Yerin! Baiklah.. jika kau butuh pria kaya, maka kita PUTUS!"
"Oke! Kita putus!! Bagus! Akhirnya kau mengatakan itu juga. Aku akan bilang kepada Jimin kalau kau yang sudah melukai perasaanku. Clear kan?!"
"Brengsek!"
..............................
Taehyung POV
Sudah kuduga, hari ini pasti terjadi. Dia akan meninggalkanku demi lelaki kaya. Apa selama ini aku kurang memperhatikannya? Aku beri semua yang dia mau, meskipun mungkin tidak akan sesuai dengan ekspektasinya yang seputar barang mewah.
Aku tidak bisa menunjukkan statusku padanya setelah tahu kalau dia gila uang. Aku mencari gadis yang menerimaku apa adanya. Tetapi.. sayang sekali, Yerin bukanlah tipikal semacam itu.
Aku frustasi rasanya. Hatiku sakit karena aku terlanjur mencintainya. Ingin kucabut dan kupotong saja lidahku sebab mengatakan putus. Bodoh!! Kenapa aku gegabah sekali?? Ada kesempatan aku memperbaiki sikapnya, aku malah mengabaikannya.
Tidak!!
Kenapa aku mengatakan putus tadi??!!!!
"Apa yang kau lakukan sudah benar. Kau tidak perlu menyesal."
Seorang gadis asing mendadak muncul entah darimana dan menyodorkanku sekaleng bir.
"Memang sakit pada awalnya. Namun kau akan terbiasa dan malah merasa bersyukur sesudahnya."
Aku pernah melihatnya. Dimana?
"Apa kau sudah lega?"
Matanya mulai berpapasan dengan mataku. Ya!! Dia gadis penyusup itu!
"Apa?"
"Kau lega?"
Katanya sambil menatap kaleng bir yang ia berikan tadi.
"Uh .. ya. Terima kasih."
Aku membukanya dan mulai meneguknya. Ia masih menatapku. Setelah minuman itu turun melintasi kerongkonganku, ia mengalihkan pandangan.
"Aku tau bagaimana rasanya dikhianati. Tapi aku bangkit dan tidak mau terus terpuruk. Kau pun juga harus."
Apa dia menceritakan sesuatu tentang masa lalunya?
"Dengar, Tae.. kau tampan. Kau bisa cari gadis lain yang jauh lebih baik."
"Tae? Kau tau namaku? Siapa kau?"
..............................
Taehyung sudah berada di atas ranjangnya. Berkat Jimin yang membukakan jendela kamar.
'jadi gadis itu belum mengadukan ku?'
Jimin terlelap dibalik selimutnya. Taehyung meliriknya gusar. Ia takut, jika Yerin akan membuat keduanya semakin jauh dan saling membenci. Tidak, seharusnya pikiran negatif itu diusir jauh-jauh dari isi kepala Taehyung.
'Jimin tidak akan melakukan itu.'
Ngomong-ngomong, Taehyung masih teringat bayangan gadis penyusup yang memberinya kaleng minuman tadi. Untuk apa dia menolong Taehyung dan bagaimana ia bisa mengenali Taehyung. Sungguh misterius. Tanpa menyebutkan nama pun, gadis penyusup itu pergi setelah seorang pria bertubuh tinggi memanggilnya. Iya. Pria itu memanggilnya 'Sohyun'.
'Siapa kau Sohyun?'
Keesokan paginya, sesaat setelah Taehyung keluar dari kamar mandi, ia disambut pukulan wajah oleh Park Jimin. Tidak tahu menahu, membuat Taehyung tak siap menghadapi Jimin sehingga ia pun terus meluncurkan pukulannya ke tubuh Taehyung.
"Jim! Hentikan! Ada apa denganmu huh??"
"Sialan! Berani sekali kau memutuskan Yerin, Tae!!"
"Kau menyakiti hatinya, bodoh!!"
"Kau tidak punya hati!!"
"Itu semua bukan salahku! Tapi--"
"Aarghhh!!!! Aku tidak mau tau! Kau harus kuberi pelajaran!!!"
Saat satu pukulan hampir saja terhempas ke pipi Taehyung, pintu kamar terbuka dan menampilkan si pria penguasa asrama.
"Berhentiiii!!!!"
"Berani sekali kalian berbuat gaduh???"
Dan pria kecil bernama Min Yoongi itu pun berhasil melerai keduanya.
'Kuharap, kau tau kejadian yang sebenarnya Jim.'
To be continued...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top