#34 [END]

This is the final chapter.

Selamat membaca..

.

.

.

Jimin POV

Apa ini yang dimaksud Taehyung? Seorang gadis lebih baik yang akan menggantikan posisi Joy? Dia cantik, baik, manis, dan aku merasa dekat dengannya sejak kali pertama berjumpa.

Tatapannya lembut, senyumnya tidak tau kenapa--- tetapi itu membuat detak jantungku melejit.

Ah.. ini tidak biasa. Dia sepertinya punya tempat istimewa di hatiku sebelumnya.

Hari itu, saat kami bertemu, aku merasa akrab. Waktu pun tak terasa berjalan lambat ketika kami bersama. Dia menghiburku, membuatku tertawa di atas kesedihanku. Dia menghilangkan dukaku karena dibuang oleh Joy. Gadis ini.. siapa dia?

"Aku sangat bersyukur Chris baik-baik saja."

Katanya yang mengejutkanku. Bagaimana dia mengenal Chris? 

"Dan Milo juga sangat imut."

"Tunggu! Kau kenal Chris dan Milo?? Kau siapa??"

Gadis itu tersenyum.

"Anggap saja aku stalkermu."

Aku tertawa. Baiklah... Aku tidak heran jika dia stalker-ku. Aku memang cukup populer di kampus. Banyak gadis mengejarku. Mungkin termasuk ia juga.

"Mana ponselmu?"

"Huh? Untuk apa?"

Aku meliriknya, benda persegi itu ia letakkan di meja sebelah tangannya. Kuambil saja.

"Loh, buat apa?"

Tanyanya kebingungan.

Tit. Tit. Tit.

Suara tombol terpental kencang dari ponsel yang kupegang. Beberapa saat kemudian, teleponku berbunyi.

"Nah.. kau dapat nomorku. Dan aku juga dapat nomormu."

Gadis itu mengalihkan pandangan, menahan tawa.

"Jadi benar kalau kau itu playboy? Lucu sekali... Begini caramu mendapat nomor telepon cewek?"

"Kenapa? Wajar dong? Harusnya kau merasa beruntung. Tidak semua gadis mendapatkan nomorku."

"Oh ya?"

"Hm. Hanya gadis cantik sepertimu yang langsung mendapatkan nomor itu. Cuma-cuma."

"Artinya?"

"Artinya kau istimewa."

.......................

Sohyun POV

Aku meminta Papa memindahkan kuliahku. Aku memutuskan, mulai hari ini aku akan mengejar Jimin. Aku yakin bisa mendapatkannya kembali. Aku menyadari perasaanku, sebuah rasa sakit yang aku dapatkan saat Jimin meninggalkanku malam itu. Aku membencinya, sekaligus merindukannya.

Mengapa tidak memulai segalanya dari nol? Aku percaya Jimin bisa aku dapatkan lagi.

Pagi itu, aku datang ke kampus sebagai mahasiswa baru. Orang-orang menyambutku dengan baik.

"Kau kuliah disini?"

"Iya."

"Maaf, tapi apa benar kita pernah kenal?"

"Lupakan. Tidak perlu memaksa untuk mengingat apapun. Mari mulai semua dari awal. Namaku Kim Sohyun."

"Oke. Aku Kim Taehyung."

Kami saling melempar senyum.

"Eh, ada gadis cantik. Siapa, Hyung?"

Tanya seorang cowok pada Taehyung dengan berbisik.

"Teman baru. Dia mahasiswa baru disini. Dia lebih tua darimu."

"Hah? Maksudnya Noona?"

Ekspresi anak ini lucu. Entahlah, aku merasa dia sedikit hyper. Apa ini karena aku sudah tiga mingguan tidak bermain dengannya?

"Jungkook.. usir sindrommu itu jauh-jauh!! Kau selalu saja tergoda pada noona-noona!"

"Hehehe.. habis Noona-nya cantik sih."

"Adu-duh!! Hyung, kenapa kau memukul kepalaku?"

Rintih Jungkook kesakitan.

"Dasar anak ini.. tidak usah sok dewasa deh."

"Kenapa, Hyung? Apa nggak boleh? Kan hak asasi.."

"Tapi, yang kayak begini ini jatahku. Kau cari saja noona yang lain! Hushh!"

Jimin dengan galak mengusir Jungkook, termasuk Taehyung yang tidak salah apapun.

"Nonton, yuk!"

Ajak Jimin to the point.

"Emang nggak ada yang marahin?"

Aku mengelak. Setidaknya aku membuktikan satu hal, bahwa Jimin memang pengejar wanita. Jika aku mau mencuri hatinya, sebisa mungkin aku harus sulit didapatkan. Jual mahal maksudnya.

"Tenang aja.. aku single kok."

"Sorry, tapi aku sedang malas pergi hari ini."

"Bagaimana dengan besok?"

"Oh, iya. Besok adalah jadwalku fitness."

"Wah, kau juga suka fitness? Kebetulan sekali. Aku juga suka. Bagaimana kalau fitness bersama?"

"Aku pikirkan nanti."

Aku berjalan meninggalkannya. Dapat kulihat dari kedua ekor mataku, Jimin tampak kesal. Aku menahan senyum, mudah sekali mengerjainya.

Tidak, Jimin. Tidak secepat itu. Aku masih ingin menguji satu hal, kalau kau juga mencintaiku sebelumnya. Dan perasaanmu masih tetap ada dan bersemayam di dalam sana, di hatimu.

.......................

"Satu.. dua... Satu... Dua..."

Sohyun sibuk berjalan di atas treadmill berkecepatan rata-ratanya. Sementara Jimin asyik mengangkat beban menggunakan dumbbell sambil terus menghitung keras supaya bisa menarik perhatian Sohyun.

Sayangnya, Sohyun tak peduli. Ia mengenakan earphone dan menyetel lagu dengan kencangnya. Seolah tuli terhadap suara Jimin yang melebihi mesin buldozer.

Lelaki itu pun merasa lelah. Ia memilih beristirahat sejenak.

'Kenapa dia mendiamiku terus? Aku susah payah melakukan ini hanya supaya bisa mendekatinya. Dasar tidak peka!'

'Badanku capek semua... Aku paling tidak suka berkeringat, kecuali ketika aku melakukan dance.'

Gejolak Jimin dalam batinnya.

Gadis itu mengakhiri aktivitasnya, kakinya tertuju pada sebuah bangku tempat ia meletakkan air mineral sebelumnya.

Menyadari hal itu, Jimin segera mendekat. Dan duduk berdempetan dengan Sohyun.

Sohyun masih tak bergeming. Tangannya membuka tutup botol minumnya, dan mulai meneguk isinya sampai tersisa setengah.

Jimin menelan ludah. Bodohnya dia, seharusnya tadi juga siap-siap membawa air putih. Memandangi Sohyun meminum dengan rakus, dahaganya jadi semakin parah.

"Boleh aku minta airmu?"

"Nih."

Jimin melengkungkan bibirnya ke atas. Setidaknya, gadis itu mempedulikan rasa hausnya.

Jimin pun merebut botol air itu dari tangan Sohyun. Sohyun mengambil handuknya dan mulai mengelap keringat yang melembab di sekitar lehernya.

"Sohyun..."

"Hm?"

Jimin meletakkan botol air yang belum sempat ia minum. Ia meraih pundak Sohyun tiba-tiba dan mendaratkan sebuah ciuman tepat di bibir Sohyun.

Sohyun membeku. Hatinya berdebar, dan ia tersenyum di balik ciuman Jimin.

Ya... Sohyun merindukannya!

Pipinya langsung bersemu merah.

............................

"Selamat pagi, Nona manis. Mau kuantar kemana hari ini?"

Sejak fitness hari itu, Jimin dan Sohyun semakin dekat. Setiap hari pria itu menjemput Sohyun dari apartemennya. Mengantarnya kemana pun, mengajak Sohyun berkeliling kemana pun yang ia mau.

Memang semua butuh proses. Awalnya, Sohyun meragukan sikap Jimin yang menurutnya terlalu dini untuk dibilang 'mencintainya'. Karena kalian pasti tau, cinta tidak datang tiba-tiba. Namun, pengecualian bagi Jimin. Sohyun mengenal lelaki itu dari masa-masa sulitnya dulu.

Meskipun pria itu tidak bisa mengabaikan wanita cantik, tetapi hatinya begitu tulus jika sudah menetapkan pada satu pilihan. Tak perlu menguji lama-lama, Sohyun sangat yakin bahwa ia dan Jimin telah berpaut sejak lama. Sejak Sohyun belum kembali menjadi manusia, sejak Jimin belum kehilangan kenangan tentang dirinya.

Satu pelajaran yang Sohyun dapat, kau harus tau mana cinta dan mana nafsu. Mana nyata dan mana yang palsu.

Seseorang yang benar-benar mencintaimu, maka ia akan memperjuangkanmu sampai kapan pun. Meski ia berkali-kali merasakan luka, merasa kau campakkan, baginya hanya ada satu kata, perjuangan. Ia tak akan berhenti merebut hatimu karena ia ingin membuktikan ketulusannya padamu. Sohyun yakin, Jimin lah salah satu dari sekian persen orang yang memiliki karakter itu.

"Jalan pelan-pelan.. kau ini sakit perut atau apa?"

Jimin mengejar langkah Sohyun yang telah jauh di depannya. Mereka hendak menuju ke dalam mobil yang Jimin parkir tak jauh dari apartemen Sohyun.

Sohyun berhenti tepat di sebelah mobil Jimin. Jimin sampai dengan nafas terengah-engah.

"Wah... Kau benar-benar atlet."

"Sini.."

"Mau apa?"

"Pejamkan matamu."

"Untuk?"

"Sudah.. pejamkan saja!"

"Aish.. baiklah.. baiklah. Kau pasti mau menciumku kan? Tidak perlu malu melakukannya jika mataku terbuka. Kita kan sudah sah menjadi kekasih.."

"Cerewet kau, Park Jimin!"

"Iya, tapi aku hanya cerewet pada gadis yang aku sukai."

"Eh!"

Jimin terkejut ketika sebuah kain membungkus kedua matanya. Jimin pun tak dapat melihat apapun. Sohyun menuntun Jimin untuk masuk ke dalam mobil.

.....................

"

Boleh aku membukanya?"

"Tidak! Masih belum!"

"Cepatlah.. mataku rasanya sudah pedih sekali!"

"Sabar dong.."

"Pokoknya kalau kau tidak-"

Cup.

"Nah.. diam ya."

Jimin seketika terdiam setelah Sohyun mengecup pipinya.

"Dasar..."

Jimin tersenyam-senyum tiada henti. Kalau dengan cerewet begitu ia dapat ciuman dari Sohyun, maka ia pasti melakukannya sepanjang waktu.

Tetapi tidak. Jimin ingin menjadi anak anjing yang patuh pada majikannya kali ini.

"Nah.. sekarang akan kubuka penutup matamu. Bersiaplah.."

Jimin dapat merasakan hembusan angin menerpanya. Udara sore hari sangatlah segar. Ia dapat mencium aroma senja, merasakan kasih sayang Sohyun yang berhambur bersamanya.

"Sekarang.. buka matamu pelan-pelan."

Awalnya terlihat buram, namun lama-kelamaan Jimin melihat lilin-lilin kecil terpancar indah di depannya. Juga pemandangan laut yang tampak mempesona dari atas sana.

"Apa ini?"

"Happy birthday."

"Kau-- kau ingat ini ulang tahunku?"

"Tentu saja aku ingat."

"Kalau begitu, mana hadiahku?"

"Hadiah? Ah.. ya. Tentu saja ada. Tunggu sebentar."

Sohyun berbalik badan, hendak mengambil hadiah istimewanya yang ia letakkan di dalam ruangan. Tetapi Jimin menahannya. Ia merengkuh tubuh Sohyun dari belakang dan memeluknya hangat. Ia meletakkan kepalanya di ceruk leher Sohyun, ia memejamkan matanya dan merasakan cintanya yang kian membara dari dalam sana.

"Kau adalah hadiah teristimewaku. Aku tak berharap apapun selain dirimu."

Sohyun memegang kedua lengan Jimin yang membelai perutnya.

"Terima kasih atas pujiannya, Tuan. Apa kau sungguh tak mengharapkan hadiah dariku?"

"Tapi jika kau punya satu, aku akan menerimanya dengan senang hati."

"Kalau begitu, biarkan aku mengambilnya dulu."

"Baiklah, cepat kembali."

Jimin menunggu Sohyun, ia mengambil duduk di meja makan yang sepertinya telah disiapkan Sohyun untuk makan malam mereka. Mereka sedang tidak berada di apartemen Sohyun, ataupun di rumah Jimin. Kelihatannya, gadis itu menyewa sebuah tempat untuk mereka dinner dan merayakan ulang tahun Jimin hanya berdua saja.

"Tadda!!"

Jimin melebarkan kedua matanya. Bibirnya langsung tersenyum ceria. Sohyun tau apa yang Jimin suka. Apa yang membuat pria itu terlihat lemah dan lembut tidak seperti biasanya.

"Wah.. lucunya. Biarkan aku yang menggendongnya!"

Wajah Jimin berseri-seri seiring tenggelamnya matahari. Walau angin berhembus cukup  dingin, tetapi keduanya terselimuti oleh rasa hangat.

"Kau lucu sekali..."

"Biarkan aku memberimu sebuah nama.."

"Eum.. tapi siapa?"

"Sassy."

"Sassy?"

"Kedengarannya bagus!"

"Dia lincah dan gesit. Aku mau memanggilnya Sassy."

"Kau suka namamu kan Sassy?"

Sohyun merasa sangat lega. Sassy. Itu namanya dulu. Dan sekarang ia berikan nama itu pada kucing kaliko yang lain. Betapa senangnya melihat Jimin bahagia dengan hadiah pemberiannya.

"Aku tidak pernah berpikir, kau akan memberi hadiah ini padaku."

"Oh ya?"

Jimin menangguk.

"Kau menyukainya?"

"Sangatt!"

"Kalau begitu, mari kita pelihara bersama."

"Dan aku akan menjodohkannya dengan Chris."

"Oh, jangann lagiii!"

"Kenapa? Chris tampan dan Sassy masih single! Iya kan, Sassy??"

"Sassy tidak akan menyukainya!"

"Kata siapa? Sassy pasti jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Chrisku!"

"Jiminn! Itu ide terbodoh yang pernah ada! Aku tidak mau Sassy dijodohkan dengan Chris!"

"Kau ini kenapa? Bagus dong kalau Sassy dan Chris menikah, lalu mereka akan punya anak-anak yang lucu dan Milo menjadi pamannya."

"No!!! Nggak boleh!!"

"Apa alasanmu?"

Karena jelas, Sohyun pernah merasakan ada di posisi Sassy saat ini. Chris itu kucing yang menyebalkan! Sama seperti pemiliknya!

"Apa alasanmu?"

"Jimin, kalau kau bersikeras menjodohkan mereka, lebih baik kita putus saja!"

"Eh, nggak bisa gitu dong!"

"Kalau aku maunya gitu?"

"Kalau begitu kita saja yang menikah dan punya anak. Bagaimana??"

"PARK JIMIINNNN!!"

.

.

.

Matahari tenggelam sepenuhnya. Malam itu, bintang-bintang bertebaran, menyaksikan kedua insan yang saling memadu kasih dan membagi cinta.

Sohyun, pada akhirnya menemukan sang takdir berada. Melalui perjalanan yang tidak biasa, ia harus menjadi seekor kucing, menerima semua kesulitan namun syukurlah.. ini berakhir bahagia.

Meski Sohyun tidak mendapatkan ingatan Jimin kembali, gadis itu tetaplah berhasil menguasai pria yang ia sukai.

Sebuah fakta tak terungkap pun terekspos begitu nyata.

Bahwa masa lalu tak akan merubah segalanya. Cinta yang Jimin bangun tidak terkikis oleh ingatannya akan Sohyun yang hilang secara  total.

Cinta tau kemana ia harus pulang.

Dan Jimin tau, Sohyun adalah pemberhentian akhir dari rencana masa depannya. Sohyun adalah tempatnya berlabuh, untuk sekarang dan selamanya.

Sassy pun berhasil memperoleh cinta sang majikan.





















The End.

Lah, udah end??

Iya udah.

Gini aja?

Iya.

Masih kurang gregett.

Ya udah, greget aja sendirian😁 bikin momen Jimso sana.. author lelah.

Loh, kok gitu? Tanggung jawab dong. Ini udah terlanjur suka sama JimSo :(

Hayolo.. ini masih JimSo, belum juga Sohyun dipasangin sama member lain. Wkek..

Tunggu cerita author selanjutnya. Tapi nggak menjamin bakal di up dengan secepat kilat😜

Annyeong~~~

Jimim dan Sassy lagi anteng nih..

Bang Jimin, kamu cakep banget deh kalo senyum kek gitu..

Mau dong jadi Sassy nya Bang Jimin? Tp please jangan dijodohin sama Chris ya? Maunya sama Bang Jimin aja :v

Nggak sengaja nemu foto ini, anggap aja ini kelingking author yang sedang berusaha keras menyajikan cerita2 Sohyun yg menarik bagi para readers. Hehe..

*Iya aku tau itu tangannya Jimin. Gapapa lah.. sekali2 tangan author seimut tangannya Jimin, anggep aja gitu :")

Bye~~~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top