#2


Jajaran rak berisi makanan itu cukup menggiurkan. Seorang lelaki menatap deretan ramen yang dibungkus dalam cup-cup besar. Matanya sesekali terhenti untuk sekadar menengok susunan huruf yang tertera pada bungkus ramen. Ia mencari satu yang paling pedas, karena makanan pedas adalah kesukaannya.

Usai mengambil seleranya, lelaki tersebut berpindah ke rak lain. Dimana pada rak tersebut berisi kumpulan makanan binatang peliharaan.

Bibirnya yang tebal menyunggingkan senyum.

"Christian pasti menyukainya.."

Diambilnya satu yang paling besar dan mahal tanpa ragu.

"Hoi Jimin!!"

Datang seorang pemuda dengan gaya rambut messy berwarna cokelat gelap, serta berpakaian casual dengan sebuah kacamata hitam terpampang di wajah simetrisnya. Ia menyapa sahabatnya tersebut dengan menampilkan garis senyum yang selalu menjadi ciri khas.

"Taehyung? Kau disini?"

"Iya. Aku sedang mencari coke kesukaanku. Apa yang kau lakukan?"

Taehyung melirik ke tangan Jimin yang terkesan mini.

"Untuk Christian ya?"

"Sudah pasti. Hey! Kau mau menemaniku makan ramen?"

Tanya Jimin sambil mengangkat kedua alisnya.

"Hm.. boleh."

................................

"Ah, sial! Kenapa harus hujan?"

Ketika dua sahabat itu sedang asyik menikmati makanannya dari balik kaca minimarket, hujan gerimis turun. Berangsur-angsur menjadi deras, lantas mengubah emosi lelaki yang lebih pendek dalam sekejap.

"Itu hanya hujan, bukan banjir.. kau berlebihan sekali."

Ucap si kacamata hitam sambil menyeruput kuah dalam cup ramennya.

"Kau kan tau, aku paling benci hujan."

"Kenapa?  Kau teringat mantan kekasihmu yang memutuskanmu waktu SMA dulu?"

"Ish.. kau ini.."

"Sudahlah.. masa lalu biarlah berlalu. Lagipula, masih ada banyak cewek cantik di kampus. Oh, apa kau pernah dengar seseorang bernama Joy?"

"Joy?"

"Anak jurusan Seni Teater dan Drama itu? Come on, Tae! Siapa yang tidak mengenal cewek itu? Dia cantik. Sexy. Body-nya bikin ngiler.. sayangnya.."

"Sayangnya apa?"

"Dia terlalu sombong dan sulit didekati."

"Bagaimana dengan Rose? Bukannya dia tergila-gila padamu? Dia cewek yang cukup populer."

"Aku terlalu muak dengan tingkahnya yang sangat mengganggu. Dia bukan tipeku."

"Dasar! Kau ini tampan, tapi terlalu selektif kalau masalah pasangan. Banyak cewek di luar sana yang mengejar-ngejar dirimu.. tapi kau sia-siakan mereka begitu saja. Kalau aku jadi kau, aku akan membuat jadwal dan mengencani mereka satu per satu."

"Brengsek! Urusi saja pacarmu! Jangan berani-berani kau menyakitinya, karena dia sepupuku. Awas saja!"

"Iya.. iya.. sorry."

Drrt..

Sebuah pesan masuk, melerai perdebatan kecil antara Jimin dan Taehyung.

Jimin, si penerima pesan, raut mukanya langsung berubah setelah selesai membaca rangkaian kalimat yang tercetak di layar ponsel.

"Siapa?"

"Si kunyuk! Dia selalu mengaturku! Padahal aku yang lebih tua! Menyebalkan!"

"Memang dia menyuruhmu apa?"

"Membelikan makanan untuk Milo, sekaligus bungeoppang hangat kesukaannya."

"Yah.. walau bagaimanapun dia, semenyebalkan apapun, kau pasti akan tetap membelikannya karena kau menyayangi adikmu itu."

"Hh.. aku menyesal. Kau sangat benar."

Jimin dan Taehyung segera menyelesaikan acara makannya. Barulah Jimin melaksanakan permintaan adiknya dan keluar dari minimarket.

Berhubung Taehyung membawa motornya, Jimin tak perlu pusing mengantarnya pulang. Ia bergerak menuju ke sebuah mobil sedan hitam dan segera meluncur ke penjual bungeoppang langganannya.

Saat hendak memasuki mobil, Jimin menangkap suara panggilan menyedihkan. Terdengar seperti tangisan dan permintaan tolong. Hati kecilnya pun tergugah untuk mencari sumber suara. Dan disanalah Jimin melihat seekor kucing yang kehujanan, beberapa orang berlalu-lalang, melangkah cepat, bahkan berlari hingga tidak sadar telah menendang serta mengombang-ambingkan posisi si kucing kecil.

'Astaga.. kasihan sekali.'

Jimin merapatkan hoodie-nya dan memakai penutup kepala dari hoodie berwarna kehitaman itu. Ia berlalu menembus hujan dan kerumunan orang-orang di jalanan.

"Permisi."

"Permisi, maaf."

Jimin bersikap sopan terhadap setiap pengguna jalan yang ia tak sengaja tabrak. Kedua tangannya dengan cekatan mengambil dan menggendong si kucing untuk dibawa masuk ke dalam mobil.

"Aigo.. kau kotor sekali, Manis.."

Diletakkannya kucing tersebut pada bangku belakang.

Jimin terkejut.

Tidak biasanya ia diserang secara brutal oleh seekor kucing. Setiap kucing tahu kalau Jimin adalah sosok malaikat tak bersayap yang menyayangi mereka. Bagaimana mungkin kali ini ia merasa tak pantas menyandang gelar tersebut?

"Kau agresif sekali! Kenapa kau mencakar lenganku?? Sakit..."

Jimin mengaduh kesakitan. Apalagi, ketika luka cakaran tersebut terkena tetesan air hujan. Semakin perih hingga rasanya Jimin kehilangan separuh saraf yang menaungi otaknya.

"Baiklah. Tak apa. Aku akan membawamu pulang.. kita lihat, apakah kau nyaman bersama Christian atau tidak."

..................................

"Eomma! Aku pulang.."

Seorang wanita dewasa yang cantik keluar dari sebuah ruangan masih memakai jas putih khas seorang dokter hewan. Ia melepas kacamata kerjanya dan mengikat asal rambutnya yang bergelombang ke arah belakang.

"Kau pulang? Apa yang kau bawa itu?"

"Yaa!! Park Jimin!! Mana pesananku??"

"Aishh.. adik tidak tahu diri. Panggil aku 'Hyung'!! Aku ini lebih tua darimu!"

"Kenapa? Kita hanya selisih satu tahun, tidak masalah. Iya kan Eomma?"

"Aigo.. anak-anak Eomma sudah besar. Tapi masih saja bertengkar. Jimin benar, panggil dia hyung. Kau harus menghormatinya."

"Tsk.. Eomma nggak seru. Ya udah, mana pesananku?"

"Ambil saja sendiri di mobil."

"Apa itu yang bergerak-gerak? Apa yang kau bungkus di dalam hoodiemu?"

Park Jinwoo, laki-laki ber-title 'adik kandung Park Jimin', ia curiga dengan sesuatu yang bergerak-gerak dari dalam hoodie yang dibawa Park Jimin. Selain itu, sedari tadi Jimin juga kelihatan sibuk mengurusi hoodie-nya. Biasanya, Jimin akan langsung bereaksi dengan memukul kepala Jinwoo kalau ia sudah bersikap tidak sopan kepada kakaknya itu.

Namun hal apakah yang sampai membuat Jimin kalah telak dari Jinwoo saat ini?

Jinwoo merebut paksa hoodie tersebut dan ia kaget!

Seekor kucing mendadak melompat dan menubruk sekaligus mencakar wajah kesayangannya.

"Agghh!! Sakiitt!! Eommaa???"

"Kau sih! Lancang! Kucingnya jadi lari kan??"

"Ya ampun, Jimin! Cepat tangkap kucingmu sebelum dia memberantakan isi rumah kita."

"Iya Eomma, maaf."

Jimin sudah terengah-engah. Seluruh rumah sudah ia putari tapi tetap saja kucing itu tak ditemukanya.

"Kemana dia??"

Jimin terduduk di sofa, berniat istirahat sejenak dan mengatur rasa lelahnya.

Samar-samar, Jimin menangkap suara kunyahan dan decakan mulut mirip orang makan.

Ia mengikuti arah suara tersebut berasal.

"Haa! Kena kau!"

Dan Jimin pun berhasil menangkap si kucing lucu iti dengan tangkas.

............................

Kucing yang dibawa Jimin terus saja mengerang saat akan dimasukkan ke dalam bak mandi. Jimin jadi berpikir ulang, haruskah dia mengadopsi kucing nakal tersebut?

Bukan Jimin namanya kalau dia menyerah untuk menaklukkan seekor kucing. Jimin adalah jawaranya. Sejak kecil, ia sangat akrab pada hewan lucu berkaki empat itu. Saking akrabnya, Jimin seolah-olah bisa berbicara pada kucing. Ia mengetahui setiap hal yang diinginkan oleh kucingnya. Sungguh bakat yang istimewa.

Selain kucing, Jimin juga dekat dengan binatang peliharaan lain. Seperti anjing dan hamster. Ibunya sendiri adalah seorang dokter hewan yang sangat mahir. Beliau dikenal dengan kesabaran dan keramahannya. Tak jarang, Jimin dan ibunya tampak pergi ke tempat penampungan hewan-hewan peliharaan terbuang dan menjadi relawan mingguan untuk mengurusi kesehatan mereka.

Walau Jimin anak teknik mesin, ia telah dilatih bagaimana cara menyuntik dan memberikan vitamin pada hewan oleh ibunya sendiri.

"Tenanglah kucing manis.."

"Jangan takut. Itu hanya air. Kau harus mandi supaya wangi.. oke?"

Jimin dengan telaten membasuh bulu-bulu lembut aneka warna milik si kucing. Ajaibnya, kucing tersebut patuh dan pasrah saat Jimin memandikannya.

"Kau lincah dan gesit, juga agresif. Bagaimana kalau kau kunamai 'Sassy'?"

Kucing Jimin mengeong. Jimin tersenyum geli lalu mengelus-elus puncak kepala kucingnya, ia pun menciumnya.

"Ahh.. kau imut sekali, Sassy!"

Lelaki itu keluar dari kamar mandi dan kembali ke kamar tidurnya. Setelah mengeringkan bulu-bulu Sassy, ia membawa Sassy ke sebuah kandang kucing yang diletakkannnya di pojok kamar.

"Hai, Christ, aku membawa teman baru untukmu.."

"Kenalkan..Christ, aku Sassy.., Siyyaahh,..."

Kata Jimin berdialog dengan suara kecil imutnya seolah-olah menjadi Sassy. Tak lupa ia mengontrol pergerakan kaki depan Sassy dengan gemas, jika dilihat menjadi sebuah lambaian tangan tanda perkenalan.

"Sassy, malam ini kau akan tinggal di rumahku. Nah, itu kucingku yang bernama Christian. Ia tampan bukan??"

"Kau tidur sekandang bersamanya ya?"

Jimin mau memasukkan Sassy ke dalam kandang yang sama dengan Christian. Namun, Sassy tampak sulit dilepas. Ia menempel pada Jimin, semakin dipaksa untuk pergi, Sassy malah semakin mempererat cengkramannya pada lengan bawah Jimin.

"Oh, Sassy.. kau kenapa? Apa kau tidak mau bersama Christian?"

'Miauw.'

"Baiklah, kau tidur bersamaku saja di atas kasur. Tetapi ingat, jangan pipis sembarangan ya?"

Seakan mengerti maksud Sassy, Jimin pun menggendong Sassy dan merebahkannya di atas kasur springbed hangat miliknya.

"Aku tidak percaya ini. Seekor kucing menguasai kamarku.. dan aku baru lihat ada kucing betina yang menolak ketampanan Christian.."

















"Tampan?? Aku jijik melihatnya!!"


















"Sassy?!!"

"Kau bisa bicara??"




















To be Continued.

Sassy oh sassy...

Next (?)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top