#15

Brakk!

"Ya ampun, Hyung!"

'Rasain tuh!!'

Jimin meringis menjadi saksi jatuhnya si 'preman asrama' Yoongi dan kucing manusianya, Sassy. Walau dalam hati ia tertawa bahagia. Ya.. pasti menyakitkan meskipun tingginya kasur tak melebihi Burj Khalifa yang ada di Dubai. Tetapi Jimin senang melihat Yoongi menderita.

'Kenapa Jim? Preman kecil itu pasti kuat. Haha.. Jangan khawatirkan!'

Pikir Jimin.

"Sialan! Punggungku!!"

'Eh? Dia teriak??'

'Jadi tambah seneng liat dia kesakitan.. haha, makanya.. jangan mainnya ngeroyokin orang yang sesama kecil. Itu akibatnya!'

Batin Jimin kembali.

"Hyung tidak apa-apa?"

Tanya Jimin kepada Yoongi dengan manisnya.

"Tidak apa-apa, apanya?! Bodoh! Gadis ini beratnya sudah seperti Kapal Tinanic! Apa kau bisa bayangkan bagaimana keadaan punggungku sekarang ini??"

"Apa lihat-lihat?!!"

Seru Yoongi kini ke arah Sohyun yang bingung harus berkata apa.

'Kalau aku jadi kucing hari ini, akan aku gigit lagi pantatmu itu sampai dagingnya habis! Kau yang sialan!'

Umpat Sohyun dalam hatinya.

"Menyingkirlah! Jangan melototiku seperti itu!"

"Gadis mengerikan!!"

'Preman ini memang pada dasarnya cerewet! Pantas saja mukanya selalu ngeselin orang!'

Pikir Jimin kembali.

Yoongi segera bangun dan sedikit mendorong tubuh Sohyun yang terjatuh di atasnya.

"Hei?!"

"Apa?"

Tatapan mereka berdua menjadi sengit. Sohyun yang pada awalnya agak takut dipergoki Min Yoongi, sekarang menjadi lebih berani membentak. Harga dirinya berasa dilecehkan.

Dilecehkan??

"Jangan menyentuhku!"

"Apa??!"

Seru Yoongi sedikit kaget sambil menurunkan pandangan, melihat Sohyun yang menutupi area dadanya dengan menyilangkan kedua tangan. Mereka belum sempat berdiri karena Sohyun yang menahannya.

"Astaga! Kenapa kau jadi menatapnya?? Mesum!"

Ujar Sohyun jijik.

"Dasar! Kau yang mesum! Katakan padaku, apa yang kalian lakukan saat di kamar berduaan begini? Sudah bagus aku datang.."


"Berdirilah kalau begitu. Atau aku akan menyentuhnya!"

"Apa?!! Pria gila! Menjijikkan!"

Daripada membayangkan hal yang tidak-tidak, sebaiknya Sohyun segera bangkit dan menjauh dari Yoongi. Sungguh anak itu tampak lebih menyeramkan dari dekat. Matanya selalu memberikan ancaman ketika diteliti lebih lanjut. Dia mirip boneka chucky, keberadaannya membuat pikiran dan hati tidak tenang. Serta jangan lupakan ucapannya yang setajam pedang dan semanjur kutukan. Oh.. apakah Yoongi Min bisa mengutuknya menjadi hal yang lebih rendah? Tidak! Sohyun tentu tidak mengharapkan efek samping tersebut. Seharusnya memang dia menghindar!

Dengan setengah berlari ia bersembunyi di balik punggung Jimin.

"Sst... Ngapain kau lari kesini?"

"Sembunyi."

"Kau mengorbankanku jadi mangsanya secara tidak langsung. Apa kau sadar?"

"Memang. Bagus dong. Cowok seharusnya melindungi cewek."

"K--keterlaluaan..."

Jimin dan Sohyun berbisik-bisik dan aktivitas tersebut langsung mereka hentikan setelah si Yoongi mendekat. Tanpa permisi, Yoongi mengistirahatkan dirinya di atas sofa dan menilik kedua bocah ingusan yang ketakutan itu dengan segenap kenyamanannya. Ada untungnya juga dia jadi anak penjaga asrama, dia bebas melakukan apapun di kamar siapapun menggunakan berbagai modus.

"Park Jimin. Baru beberapa hari kau tinggal disini, tapi sudah banyak bikin masalah. Apa kau lupa siapa aku?"

"M-min Yoongi.."

"Jabatanku?"

"Preman.. eh. Maksudku, anak penjaga asrama.."

"Bagus. Aku hanya mengingatkanmu. Siapa tahu kau lupa. Apa kau tahu kesalahanmu?"

Jimin menggelengkan kepalanya.

"Park Jimiin.."

Panggil Yoongi dengan nada menghipnotis

Jimin menganggukkan kepalanya.

"Kalau begitu katakan."

"Ada gadis di kamarku."

"Iya?"

"Ak-aku.. m-membawa gadis ke kamarku."

"Kalau tau itu dilarang..

KENAPA MASIH DI LAKUKAN??!"

Jimin dan Sohyun saling menyembunyikan wajah. Astaga, Yoongi adalah monster! Dan itu tak akan mengubah pandangan keduanya setelah apa yang pria itu lakukan hari ini.

"Bagaimana ini?"

Resah Sohyun.

"Bagaimana apanya?! Cara satu-satunya adalah kabur!"

"Jangan coba-coba kabur! Kalian ini sudah tertangkap basah! Bego amat!"

"Ugh.. bibir laki-laki itu.. apa minta dicium?!!"

Celetuk Sohyun.

"Jangan sembarangan ngomong!"

"Sudah diskusinya?"

Mereka mengalihkan perhatian kembali ke mata Yoongi. Terpaksa.

"Aku akan melaporkan pada Ayahku kali ini. Dan Eomma-mu pasti juga akan segera diberi tahu bagaimana perilaku anaknya selama di asrama. Memalukan."

"Hyung..!"

"Hyung.. jangan dilaporkan. Aku mohon padamu.."

Pinta Jimin dengan muka memelas. Sedingin apapun, sekejam apapun, orang itu masih punya hati kan? Pasti masih ada setitik rasa iba pada diri Min Yoongi. Kalaupun tidak, berarti dia benar-benar iblis.

Sohyun dan Yoongi saling berpandangan. Ada apa ini?

Wajah Yoongi tiba-tiba berubah. Menunjukkan suatu ekspresi licik.

"Hyung??"

"Kau tidak akan melaporkanku kan?"

Yoongi tersenyum kecil.

"Tidak. Aku tidak akan melaporkanmu. Asal..."

"Asal apa, Hyung?"

"Asal kau izinkan aku membawa gadismu besok malam."

"Apa?!!"

Sahut Jimjn dan Sohyun bersamaan.

Gila. Mimpi apa Sohyun semalam? Apakah tingkat stress-nya mulai menanjak tahap parah? Dia harus----bersama Yoongi besok malam?? Berdua?!!!

Tentu saja Sohyun syok. Ada angin apa sehingga Yoongi bisa berpikiran kalau Sohyun wanita murahan??

"Apa yang kau pikirkan?? Aku ini mahasiswa senior baik-baik. Aku bukan tipe om-om yang membeli wanita di luar sana. Aku mengajakmu dengan niatan positif.."

"Jangan bohong. Kau itu mengerikan."

"Ya sudah, kalau begitu Jimin akan segera terusir dari asrama ini."

"Eh?? Hyung.. jangan! Baiklah. Aku akan mengizinkannya ikut denganmu. Aku akan membujuknya, oke??"

"Jim.. apa katamu?"

"Aku mohon padamu.. ikutilah permintaannya. Aku tidak mau pulang ke rumah dan bertemu adik brengsek ku.."

"Atau kau mau aku buang lagi di jalanan.. dan kembali menjadi kucing yang menyedihkan..??"

Lanjut Jimin sambil berbisik.

"Dasar kalian sama-sama pengancam!"

"Nah Hyung.. dia mau."

"Baguslah. Bawa gadismu besok jam 5 sore di depan asrama."

"Baik, Hyung."

Sesaat setelah itu, Yoongi keluar dari kamar Jimin dengan ekspresi seolah-olah tak pernah terjadi apapun.

...........................

Sohyun keluar balkon dan menikmati angin malam yang berhembus dingin menerjang kulitnya. Ia tak peduli. Entah gara-gara Jimin ia jadi badmood, entah gara-gara Jimin ia tak jadi mendapatkan baju baru, entah gara-gara Jimin kehidupannya penuh beban derita. Tetapi hari ini, Jimin sudah melewati batas. Apa haknya menyerahkan Sohyun pada sembarang orang? Terlebih orang itu berjenis kelamin laki-laki. Termasuk spesies yang tak bisa dipercaya.

Sohyun menyesal laki-laki yang kini berdiri di belakangnya malah menjadi majikannya. Mengapa ia harus jatuh ke tangan Park Jimin? Kenapa tidak ke tangan mantannya saja? Oh tidak. Sohyun jadi mengulang kenangannya tentang sang mantan kekasih yang mungkin akan menjadi milik orang lain dalam sekejap.

Kenapa hidupnya harus berakhir seperti ini? Dan sampai kapan?

"Hei.. kau masih marah padaku?"

"..."

"Oke. Aku minta maaf. Tapi sungguh.. aku tak ingin pulang ke rumah. Selain adikku, Eomma adalah alasan utamaku. Dia ingin melihatku hidup mandiri. Bagaimana perasaannya kalau tiba-tiba saja aku dikirim pulang? Apa kau mau dia merasa gagal menjadi ibuku?"

"Mengertilah.. aku yakin kau juga punya ibu."

Sohyun terhanyut dalam kenangannya kembali. Ibu? Tentu dia punya, tetapi beliau pergi bertahun-tahun yang lalu.

Sohyun mendesahkan nafasnya.

Ia sudah terlalu jauh dari rumah. Apa orang rumah tidak berniat mencarinya? Apa mereka telah melupakan Sohyun? Secepat itukah?

Kalau ibunya pun masih hidup, pasti beliau tak akan terlalu mempedulikan Sohyun.

"Sohyun? Maaf.. aku tak bermaksud mengingatkanmu pada ibumu.. maaf.."

"Kau itu keterlaluan. Kenapa menyerahkanku seenaknya kepada pria itu?"

"Aku.."

"Aku takut.."

Saat ini Sohyun menghadap kepada Jimin secara langsung. Kedua butir mata mereka bertemu dan saling tenggelam satu sama lain.

"Aku takut dia mempermainkanku."

"Jangan takut.. aku tak akan biarkan dia memainkanmu. Selagi ada aku.."

"Sejak kapan kita dekat?"

"Eh?"

"Kau baru mengenal identitasku tadi siang. Kenapa sekarang kau bicara padaku seperti bukan orang asing? Bahkan aku kira ini seperti sahabat yang saling mengobrol."

"Kenapa kau seperti ini?? Katakan padaku!"

"Aku?... Aku.."

"Bodoh, Park Jimin! Kau terlalu baik!!"

"Eh.. kok nangis?"

"Kau memungutku dari jalanan. Kau mengizinkanku tinggal di rumahmu. Kau menjagaku agar aku tidur nyaman setiap malam. Kau beri aku makan meskipun itu selalu dihabiskan Christian.. dan sekarang.. kau mau menjamin kalau si keparat Yoongi tak akan mempermainkanku. Apa lagi setelah ini?"

"Tadi kau bilang aku keterlaluan.."

"Kau keterlaluan baik.. tak ada orang yang mencariku di rumah. Sementara kau yang baru kukenal, sudah berani membuat janji yang dalam artian lain mau melindungiku. Kau juga baik pada ibumu meski dia sering membela adikmu yang mengesalkan itu. Kau terlalu baik, Park Jimin..."

Mendadak Sohyun merengek dan menangis seperti anak kecil. Jimin sampai terheran. Perubahan emosi yang mendadak tersebut membuat Jimin merinding ketakutan. Apakah Sohyun dirasuki makhluk halus?

"Tapi aku juga mau bebas.. aku mau keluar dari tubuh Sassy dan menjadi Sohyun kembali.. dan setelah itu.. kita mungkin tak akan bisa bertemu lagi??? Huaaaa..."

"Kenapa sih? Kok jadi aneh?"

"Tolong jangan kasih aku makanan kucing. Jangan beri aku minum susu yang sama dengan Christian, jangan paksa aku buang air besar di pasir-pasir... Aku ini masih manusia.. ma-nu-sia..."

Sohyun kembali berteriak seperti orang yang kehilangan waras.

"Aduh.. jangan berisik!"

"Kok jadi tiba-tiba begini?"

"Park Jiminiiee..."

Lagi dan lagi Jimin dibuat kaget. Sohyun berlari dan memeluk tubuhnya erat. Dan dari sanalah Jimin tahu, Sohyun bau alkohol.

"Uh.. bau alkohol? Kau minum darimana??"

Memang mencurigakan. Jimin sempat meninggalkan Sohyun sendirian saat Sohyun marah. Itu pun tak lebih dari 10 menit. Bisa dikatakan, kamar Jimin steril dari yang namanya alkohol. Kemudian, darimana Sohyun mendapatkannya? Apakah selain kutukan yang dibawanya, Sohyun juga punya sihir sehingga bisa mengeluarkan sebotol alkohol dari tangan kosongnya??

"Jimin.."

"Apa??"

"Kau imut sekali.."

"Aku tahu."

"Tampan.."

"Oh, jelas dong.."

"Penyayang.."

"Sudah pasti."

"Tapi.."

"Tapi apa?"

"Tinggimu bukan tipe idealku.."

"Sudah kuduga.."

"Tapi......"

"Tapi apa lagi?? Kau mau bilang aku gendut, kebanyakan lemak, bontot dan tidak seatletis Jungkook?? Apa?? Apa??"






"Bibirmu seksi.. aku ingin.. menciumnya.."

"Hah?? Jangan bercanda. Yang satu itu aset paling berhargaku. Aku hanya akan memberikannya pada Joy."

"Tak akan kubiarkan.."

"Huh?"

















































"Hyung!! Aku pulang.. tadi itu---"

Cup...

"Jeon Jungkook.. tolong aku!!"









































To be Continued..

Maaf yg menunggu lama untuk cerita ini. Terima kasih karna selalu setia nunggu author update.. hehe

Sebenernya ini masih capek karena banyak tugas. Jadi biar ga bosen, author nulis aja..

Next (?)



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top