#10


"Hey, Brother!!"

Mata Jimin menyipit, menelisik sosok yang baru menampakkan dirinya dari gerbang asrama. Sinar matahari yang cukup menyilaukan tak menghalangi keyakinan Jimin akan suara pria yang didengarnya. Tepat! Ibunya sungguh mendatangkan pengganti Taehyung. Oh. Bahkan Jimin jadi benci menyebut namanya.

"Hai, Hyung! Apa kabarmu?"

Mulut Jimin ternganga. Laki-laki remaja yang terus menempelinya dulu, sekarang berubah drastis menjadi pria yang menawan. Tangannya kekar, otot lengannya berkembang, dan postur tinggi badannya semakin menjulang.

"Wah! Kau benar-benar pria!"

Alih-alih menjawab pertanyaan orang itu, Jimin keasyikan menekan-nekan otot lengan si pria.

"Kenapa Hyung? Kau jadi kagum padaku?"

Laki-laki itu tersenyum. Menyebalkan! Meskipun ia beranjak dewasa, dengan senyumannya yang terlampau imut itu seketika umurnya menjadi anak sepuluh tahunan.

"Aish! Tentu saja! Lihat tubuhmu! Aku jadi kalah jauh.."

Jimin lalu menatap pada dirinya sendiri. Cukup menyedihkan.

"Hya, Hyung! Kau tetap jauh lebih sempurna! Kau ingat, kau adalah panutanku hingga sekarang, seorang Jeon Jungkook yang ingusan bisa jadi mematikan."

Pujinya dengan seringaian kecil di bibir.

"Oh, kau benar Jungkook! Aku adalah pelopor ke-ideal-an setiap pria!"

Kini seulas senyum tampak di wajah Jimin. Ikut menyembunyikan insomnianya tadi malam. Insomnia yang datang sebab seorang gadis menamparnya dan menjatuhkan pesonanya. Menginjak harga dirinya!

....................

"Jadi, kau kuliah disini juga? Kenapa aku baru tahu?"

"Tidak. Aku baru pindah ke kampus ini kira-kira sebulan yang lalu."

"Kenapa kau tak menemuiku? Aku pasti akan sangat senang bertemu denganmu!"

"Tidak secepat itu, Hyung! Aku sengaja memberimu kejutan. Sekarang, apa kau senang?"

'Senang?'

Butuh waktu beberapa detik untuk menanggapi pertanyaan terakhir Jungkook. Iya. Ia senang. Namun rasanya masih ada sesuatu yang kurang. Kesenangannya ketika melihat Jungkook sangat berbeda jauh dari kesenangan yang ia dapat pada saat menghabiskan waktu bersama sahabatnya, Kim Taehyung.

'Tidak Jimin!! Kau membencinya! Dia bukan lagi sahabatmu!'

Jimin menuntut pikirannya sendiri agar melupakan Taehyung. Sulitkah?

Rasanya pasti sulit ketika kau harus melupakan seorang sahabat yang setia bersamamu sejak kecil. Jimin dan Taehyung dulunya tidak terpisahkan. Tetapi, gara-gara wanita, semuanya sia-sia! Persahabatan sekian tahun lamanya jadi tidak lagi bermakna.

"Oh, Hyung! Ada ramai-ramai di sebelah sana. Apa kau tidak penasaran?"

Jimin tersentak dari lamunannya. Benar kata Jungkook, mengapa suasana lobi fakultasnya begitu ramai? Apakah mereka kedatangan tamu dari luar negeri? Ataukah seorang artis datang dan mendaftarkan diri di kampus tersebut?

Tidak mungkin. Jika hal itu terjadi, maka kesempatan Jimin mendapatkan Joy akan semakin kecil sebab akan ada pria yang lebih tampan dan terkenal yang menguasai hati wanita tersebut.

"Ayo kita lihat!"

.

.

.

'Wah! Benarkah itu dia?'

'Penampilannya berubah!'

'Kenapa jadi sangat keren??'

'Matanya berkilau. Bibirnya... Astaga! Aku ingin menciumnya!'

Jimin mengabaikan ocehan-ocehan para gadis di sekelilingnya. Tidakkah mereka sadar bahwa idola mereka sedang berada di tengah-tengah mereka saat ini?

Jimin menaikkan dagunya dan membenarkan jaket denimnya.

'Dasar gadis-gadis centil!'

"Wah Hyung! Siapa pria itu? Dia sangat memukau!"

Sekarang giliran Jungkook yang terpesona. Memangnya siapa sih yang bisa menandingi visual seorang Park Jimin? Jimin sangat penasaran.

"Mana? Aku tidak bisa melihatnya! Siapa sih orangnya??"

"Aduh, Hyung! Makanya, naikkan tinggi badanmu sedikit saja. Sebaiknya kau menyelinap ke depan lebih jauh!"

Salahkah Jimin terlahir dengan tinggi rata-rata? Bukan kemauannya mendapat tinggi badan seperti itu. Jimin sedikit kesal pada dirinya sendiri.

'Baiklah, Jimin. Tenangkan dirimu!'

Jimin menelusup lebih jauh hingga terbebas dari kerumunan dan bisa dengan jelas melihat pemandangan di hadapannya.

Pemandangan seorang pria dengan rambut merah, ia memakai sweater sebagai outter pakaiannya. Lengkap dengan celana chinos warna netral dan jam tangan yang terkesan mewah.

'Taehyung?'

Secara dingin, Taehyung melintas di depan Jimin. Ekor matanya hanya menengok sepintas keterkejutan Jimin akan perubahan penampilannya.

Di seberang Taehyung, rupanya berdiri seorang wanita. Wanita cantik yang selama ini Jimin kejar.

Joy.

"Wow. Ada apa ini? Kim Taehyung yang biasa-biasa saja berubah menjadi bongkahan permata?"

Taehyung diam dan hanya tersenyum. Tangannya ia masukkan ke dalam saku celana. Tas kuliahnya ia gantungkan di bahu kiri. Ia berjalan tanpa merespon si ratu kampus.

"Jadi dia berani menolakku? Menolak pesonaku?"

Gumam Joy.

Jimin mengepalkan tangannya. Rencana apalagi yang ingin Taehyung buat?

Melihat Joy yang tak melepaskan pandangan dari Taehyung, Jimin jadi semakin yakin kalau wanita itu secara terang-terangan mulai tertarik pada mantan sahabatnya.

'Setelah kau menyakiti sepupuku, tak akan kubiarkan kau mengambil Joy dariku, Kim Taehyung!'

'Jadi ini rencanamu? Kau mulai menunjukkan kekayaanmu demi mendapatkan Joy untuk membalas dendammu padaku?'

'Aku terima tantanganmu!'


...............................

Hari mulai malam. Langit jingga berpamitan dan jam menunjukkan pukul enam petang.

Seorang pria duduk di halaman depan mini market. Sesekali ia menyesap soda yang ia beli. Nafasnya tampak tak teratur, mencerminkan betapa banyak kegelisahan di dalam benak pria tersebut. Sedikit penyesalan juga rasa takut yang mendalam.

"Jadi kau mengikuti saranku?"

Perhatiannya teralihkan saat seorang gadis datang.

"Kau lagi?"

"Kenapa, Taehyung? Apa kau kaget melihatku?"

"T-tidak. Hanya saja senang bertemu denganmu kembali."

"Duduklah. Aku akan belikan kau minuman."

"Terima kasih."

.

.

.

.

.

"Aku takut. Bagaimana kalau Jimin semakin membenciku? Kulihat matanya memerah menatapku ketika Joy datang dan secara terbuka memuji perubahanku."

"Kenapa kau takut? Kau harus memberinya pelajaran. Dia salah paham terhadapmu. Laki-laki sepertinya tak pantas menjadi temanmu!"

"Dia bukan hanya teman. Dia sahabatku. Rasanya kami seperti saudara sedarah. Hatiku sakit saat dia memukulku demi membela sepupunya yang berselingkuh di belakangku! Aghh!"

"Tenanglah. Aku akan membantumu menyadarkan pria itu! Jangan khawatir dan teruskan usahamu!"

"Tunggu. Aku lupa namamu.."

"Sohyun. Kim Sohyun."

"Ooh.. terima kasih, Sohyun. Kau membuatku semakin percaya diri."

'Karena aku tau bagaimana perasaanmu, Tae. Sakit sekali saat kau ditinggalkan kekasihmu hanya gara-gara orang lain.'

"Boleh aku bertanya?"

"Tentu. Tanyakan saja apapun yang kau mau."

"Sepertinya kau sangat mengenal Jimin. Melihat bagaimana responmu tentangnya, kau seolah-olah pernah terlibat masalah dengannya."

'Iya. Aku membenci laki-laki itu! Aku sangat membencinya semenjak kejadian kemarin malam! Rasanya aku ingin menampar kembali pipinya! Bisa-bisanya dia menggoda dan menciumku!'

"Sohyun?"

"Eh, iya. Maksudku.. tidak. Aku tidak kenal dengannya. Bagaimana mungkin kami bisa terlibat masalah kalau aku tak mengenalnya? Hanya saja, aku pernah punya kasus yang sama sepertimu. Dalam tanda kutip, aku ini berpengalaman."

Taehyung memanggutkan kepalanya pertanda paham.

"Dimana kau tinggal? Aku akan mengantarmu pulang. Maaf karena aku ada urusan, jadi tidak bisa menemanimu lebih lama."

"Eem.. tidak perlu! Aku juga harus menemui seseorang. Kau pulang saja duluan."

"Baiklah, Sohyun. Sampai jumpa lain waktu!"

Taehyung melambaikan tangannya sebelum masuk mobil. Sohyun membalasnya dengan kaku.

'Fyuh...'

................................

"Kenapa kau minta padaku? Aku tidak ada uang dan waktu untuk menemaninu berbelanja baju!"

"Ayolah, Namjoon! Aku tidak mungkin mengenakan pakaian yang sama sampai berhari-hari ke depan! Bagaimana orang akan menilaiku nanti?"

"Orang? Siapa yang kau maksud dengan kata orang? Memangnya kau punya kenalan?"

"Setidaknya aku pernah bertemu dengan majikan menyebalkanku itu tiga kali. Belum lagi, aku mulai bertemu dengan sahabat malangnya yang bernama Taehyung. Aku harus tampil berbeda! Kalau tidak mereka akan curiga."

"Curiga apa? Curiga kalau kau jelmaan Sassy?"

"Curiga kalau aku gelandangan! Mau ditaruh mana mukaku nanti?!!"

Namjoon terbahak-bahak. Beginilah gengsi seorang wanita. Mereka harus terlihat sempurna di mata pria. Namun Namjoon tak dapat memungkiri kalau Sohyun berkata apa adanya. Sebaiknya, penampilannya juga harus diurus supaya tidak dicap sebagai gelandangan.

"Baiklah. Aku akan membelikanmu beberapa setel."

"Yeay! Terima kasih..."

Sohyun tersenyum bahagia sembari mengatupkan kedua tangannya di depan Namjoon. Baguslah. Ia masih beruntung bisa bertemu dengan orang seperti Kim Namjoon. Tanpanya, hidup sebagai Sassy pasti akan terasa sulit. Hanya saja, sampai kapan ia harus merepotkan lelaki itu? Ia juga punya kehidupannya sendiri. Sohyun tak mungkin terus merecokinya.

.............................

"Pilih saja sesuka hatimu. Aku akan pergi ke toko buku sebelah."

Sohyun mengangguk. Kepalanya mengikuti kemana arah Namjoon melangkah. Beberapa menit kemudian, ekspresi bersemangat muncul di wajahnya. Memperhatikan begitu banyak pakaian mewah, matanya berbinar-binar.

Ia bingung harus memilih yang mana!!

"Wah!! Dress merah itu terlihat indah! Aku harus mencobanya!"

Sohyun menetapkan untuk mengambil sebuah lace burgundy selutut berwarna merah maroon.

Tangannya sudah mencekal tekstur kain dari dress yang membuat hatinya terpikat. Namun, disaat bersamaan sebuah tangan lain juga memegangnya. Sohyun buru-buru menyadari dan menatap orang tersebut dengan nada mengancam. Gaun itu adalah miliknya! Miliknya!




"Kau?!"








Serunya bersamaan dengan seseorang yang juga tampak menginginkan gaun tersebut berada di jangkauannya.






























To be Continued...

Siapakah dia??


Anyeong! Maaf baru up..😊😊

Selamat menikmati.

Next (?)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top