Romance


Pemuda itu membuka mulut, tetapi tidak ada kata yang terucap. Akhirnya dia hanya menggigit bibir dan menggenggam tangannya sendiri erat-erat. Alisnya bertaut, sementara pandangan mata tersangkut di ujung bot kulit yang mulai terlihat usang.

Gadis berambut pirang keperakkan di hadapan pemuda itu memandang sendu. Ujung jemari putihnya menyentuh sebentuk cincin perak dengan sebongkah permata berikilau. Sudut-sudut ukirannya terasa kasar dan menyakitkan. Kekang yang disematkan oleh lelaki yang akan memperistrinya, minggu depan.

"Sebenarnya, aku sama sekali tidak punya kesempatan, bukan?" gumam gadis itu. Suaranya bergetar, tetapi berusaha tegar.

"Tidak, kau salah. Kau pernah punya, sekali."

Mata zamrud gadis itu terbelalak, berkaca-kaca. Dia tak menyangk-

BRUAKKK!!!

Suara pintu terbanting membentur dinding, membuatku terlonjak belasan sentimeter dari permukaan kasur.

"SOPHIE THEODORA DAWSON!!!" raung ibuku, dengan ekspresi wajah bagai gargoyle penjaga atap-atap kuil. "BERAPA KALI AKU HARUS MEMANGGILMU, BARU KAU TURUN, HAH?!"

Namun aku terlalu sibuk mencari buku novel yang terlempar entah ke mana dari tangan untuk mempedulikan amarahnya. Selimut kukibaskan, begitu juga dengan bantal-bantal tidur. Sama sekali tak ingat kalau aku masih mengenakan piyama.

Tentu saja setelah itu, rentetan omelan dan hukuman menanti. Ah, padahal bacaanku sedang seru-serunya. Apa tidak bisa ibuku menangguhkan tugas menghapal sepuluh ayat dan menuliskan ulang hingga seratus kali?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top