Mind-Blown

"Wah, lihat ini ... kendaraan di dalam Plate banyak yang tidak butuh ditarik hewa. Aku ngin coba sekaliii saja melihat yang seperti itu. Kau juga, kan ... Rene?"

Tanya Sophie membuka-buka halaman majalah yang dibeli sahabatnya dari toko buku terbesar di Kota Calamus.

"Kapal udara juga tidak ditarik hewan," gumam Rene. "Kita baru melihatnya kemarin."

"BEDA, DONG!" sergah Sophie. "Masak kau tidak tahu, kapal udara itu bergerak dengan teknologi dan tenaga sihir ... Di dalam Plate, sihir mana bisa bekerja?"

Rene tahu itu, tetapi dia memutuskan membiarkan Sophie terus berceloteh tentang berbagai hal yang dianggapnya menarik, dari majalah yang baru saja dia baca. Karena, kalau sampai Sophie tahu, bukan hanya dia pernah menaiki Kapal Udara menuju dan pulang dari Plate, Rene juga pernah menaiki beberapa kendaraan tanpa kuda.

Yang kecil itu disebut automobile, yang dinaiki Rene adalah kendaraan pribadi milik teman pamannya. Setelah itu dia sempat juga diajak berkeliling kota dengan kendaraan besar. Kalau tidak salah namanya autobus. Seperti kereta kuda ukuran sangat besar, kusirnya duduk di dalam, mengendalikan kendaraan dengan roda yang seperti setir kapal laut dan kapal udara.

Berbeda dengan kapal udara, getaran mesinnya sangat terasa. Untung tempat duduknya empuk. Perhatian Rene juga teralihkan oleh banyak hal menarik di luar sana. Di kursi paling belakang bus itu juga Rene bertemu dengan sesorang yang mengubah pandangan hidupnya.

Seorang anak perempuan, mungkin sedikit lebih tua darinya karena cukup tinggi, terlihat duduk sendiri. Gaun belacu bermotif bunga, pita satin di topi jeraminya, dan sepatu kulit merah mengkilap, menunjukkan bahwa dia gadis dari keluarga berada. Kedua tangannya yang terlipat rapi di atas pangkuan, terbungkus sarung tangan pendek berenda.

Hendak pergi ke mana dia gerangan. Mengapa gadis dengan penampilan sepertinya menaiki bus sendirian. Apakah dia kabur dari pengawasan—mungkin pengasuhnya atau pengawalnya, entahlah ... Rene tidak tahu bagaimana cara kerja sosial di dalam Plate. Ataukah keamanan dalam plate sangan baik hingga tak masalah baginya untuk berjalan-jalan tanpa pengawalan. Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam benak Rene kecil.

Sejak Rene menginjakkan kaki di lantai bus, gadis itu sudah duduk di kursinya, pandangan menghadap ke luar jendela. Dia jadi penasaran bagaimana wajah gadis berambut pirang sebahu itu. Lengan dan kakinya terlihat kurus, lehernya juga sesekali terlihat saat helai rambutnya berkibar oleh angin dari jendela bus, jadi tak mungkin wajahnya bulat seperti boneka matryoshka.

Kondektur selalu meneriakkan nama halte setiap kali bus akan berhenti, jadi para penumpang bisa segera bersiap-siap bila hendak turun. Ketika halte tempat Rene dan pamannya akan turun terdengar, dengan berat hati Rene melompat turun dari kursinya. Dia berpikir tidak akan pernah tahu bagaimana wajah gadis misterius itu.

Bruk!

"Ah, maaf!" gumam pemuda yang baru naik, karena bersenggolah bahu dengan Rene.

"Tak apa," Rene membalas.

"BWAHAHAHAHAH!"

Suara tawa sangat kencang terdengar.

"KAMU BENERAN PAKE ROK?!" seru suara yang sama.

Rene menoleh dan tertegun. Pemuda tadi sedang menertawakan 'gadis' bergaun bunga-bunga yang mati-matian mempertahankan topi jeraminya, untuk menutupi wajah yang semerah tomat. Sedikit sulit dengan keributan yang mereka timbulkan, tetapi Rene bisa melihat jakun menyembul di leher 'gadis' itu.

Dari kursi lain, pemuda lain datang mendekat untuk bergabung bersama dua yang lain—mungkin bertugas sebagai pengawas sekaligus pengawal. Sebelum bus kembali berjalan, Rene sempat mendengar dari percakapan ketiga pemuda itu, salah seorang dari mereka kalah taruhan lalu menjalani hukuman dengan berpakaian seperti perempuan lalu berkeliling beberapa halte.

Sejak saat itu, Rene bersumpah tidak akan pernah menilai seseorang hanya dari apa yang pertama terlihat saja.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top