Bab 28


"Mas Fhi, Keylha minta maaf," ucapku saat Mas Fhi tiba di kamar dengan rambut basahnya. Pergerakan tangan yang mengusap rambutnya kasar dengan handuk terhenti.

"Maaf untuk apa, Key?" tatapannya tepat di mataku.

"Em ... untuk semalam, untuk kekanak-kanakannya Keylha."

"Semalam kita udah bahas dan udah janji gak bahas itu lagi, kan, Key?"

"Keylha childish banget ya, Mas? Kayak yang Keylha adiknya Aa'," keluhku tanpa memperdulikan pertanyaannya.

"Iya," jawabnya singkat sambil mengangguk dan memulai ulang kegiatan yang kutunda.

""Ish, jawabnnya gitu banget."

"Lha, semalem kamu marah karena mas gak jujur, gak terbuka sama kamu. Giliran mas jujur salah juga?"

Aku mikir, dan perkataan Mas Fhi ada benarnya. Sepertinya dia tidak pernah benar di mataku. Padahal nyatanya aku saja yang selalu mencari-cari kesalahan.

Aku menunduk dan bilang, "Maaf."

Tiba-tiba dua kaki tepat berada pada pandanganku yang mengarah ke lantai, kepalaku terasa di gusar lembut.

"Iya, kamu kayak anak kecil, lebih kecil dari Rayyan sikapnya. Tapi mas suka."

Akhirnya aku mengangkat kepala, menatap matanya lurus untuk melihat adakah kebohongan di sana. Tapi nihil.

"Mas Fhi belajar gombal dari mana?"

"Mas ngegombal? Kapan?"

Dan percakapan kami terhenti kala seseorang mengucap salam. Mas Fhi tanya siapa dank u jawab, "Kayak suaranya bang Farhan."

Aku bergegas keluar menemui Teh Ayna di kamar atas setelah menyambut abang iparku itu. Aku sudah meminta Mas Fhi untuk cepat-cepat keluar kamar jika sudah, dia harus menemui Bang Farhan dan menemaninya. Teteh sama mamah lagi bersantai. Hari ini niatnya kami sepenuhnya berada di rumah ini, pun Mas Fhi. Dia tidak akan pergi kerja.

"Mah, Bang Farhan datang!" sontak membuat Te Ayna terjingkat. Aku tidak bisa mendefinisikan dari ekspresi wajahnya, terlalu banyak jenisnya disana. "Takutnya kalau langsung teteh yang nemuin, Teteh belum siap."

"Mamah tunggu lima menit lagi di bawah dan bawakan teh jahe," seru mamah sambil menatap Teh Ayna penuh sayang dan harap. Tatapan mamah mendamaikan, tapi seolah ada penekanan di sana bahwa yang beliau katakana adalah harus, tidak boleh tidak.

"Teteh baik-baik aja?" dia mengangguk dan melepas Azka di pangkuannya yang menyusu.

"Teteh titip Azka, bawakan dia ke depan."

teteh turun melewati tangga pelan, seperti ada keraguan di setiap langkahnya. "Teteh harus menyambutnya," ucapku dan membuat langkahnya terhenti dan berbalik menatapku yang lebih tinggi darinya hingga membuat kepalanya terdongak.

"Abang Farhan baru dateng, dia pasti capek, nggak perlu ungkit-ungkit masalah dulu." 

Bukan aku sok menasehati seolah aku lebih dewasa darinya, bukan. ataau seolah aku lebih tahu banyak, nggak. aku hanya melihat diriku semalam bagaimana sampai membuat Mas Fhi marah dan akhirnya bikin aku tidak tenang untuk terlelap.

"Iya, teteh paham," ucapnya dan segera berlalu. paham katanya? apa kejadian seperti ini sering terjadi?

Aku melanjutkan langkah dengan tangis Azka yang di tinggal uminya. Segera aku mendekat ke ruang tamu, menunjukkan Azka bahwa ada abinya. seketika tangis Azka padam, hanya teriakan girangnya yang kemudia meminta lepas dari gendonganku. ia berlari dengan jalan tersandung menuju abi dan memeluknya.

Mas Fhi yang terduduk de samping Bang Farhan menatapku sambil tersenyum. Duh, aku baru sadar bahwa kadang senyumnya bikin aku gerogi. 

Teteh datang dengan nampan berisi teh jahe dan gorengan yang pagi tadi Mamah goreng. teteh menyalami suaminya dan duduk di samping kanan mamah. aku baru sadar bahwa aku belum duduk dari tadi. gara-gara senyum mas Fhi nih. heuft. akhirnya aku ikut duduk di samping kiri mamah, memutari sofa panjang yang muat tiga orang. Akhirnya aku berhadapan dengan Mas Fhi.

Teringat bahwa terjadi sesuatu antara Bang Farhan dan Teteh, maka aku menemukan ide untuk jalan-jalan hari ini. tidak jauh, cukup ke Galaxi yang bisa kita tempuh tiga sampai lima menit dari sini.

Dan semuanya setuju, termasuk mamah. "Kamu panggil Rayyan, dia belum tahu abangnya datang sekalian kasih tahu biar langsung berangkat."

Awalnya mamah tidak ingin ikut dengan alasan biar mamah jaga rumah saja. Tapi aku dan Teteh tentu saja protes bahwa kita kesini mau menghabiskan waktu sama mamah, kalau mamah tidak ikut, apa bedanya? Azka yang belum mengerti pun ikut girang.

usai memanggil Rayyan, kami benar-benar berangkat. Tidak jauh jaraknya dari rumah. kita cukup ikuti jalan ke timur dari rumah, lalu belok kiri. sepanjang jalan akan di suguhi dengan persawahan yang asri dan hijau, apa lagi musim padi seperti sekarang. Bumi Allah indah.

Betapa aku benar-benar kurang bersyukur atas nikmat yang tak pernah putus Allah suguhkan untukku. 

Setelah sampai, aku mengajak berpisah dari Teteh dan Abang dengan membawa Azka. Mereka berdua butuh waktu untuk berdiskusi menyelesaikan dengan kepala dingin. Itu kenapa aku ajak ke sini, selain tempatnya nyaman dan luas, masuknya pun gratis. 

Azka awalnya menangis, tapi Mas Fhi pandai sekali membujuknya, menjajikan melihat burung-burung di ujung sana. Dia papa able banget. Aku jadi teringat babah yang begitu penyayang dan tegas pada anak-anaknya.

Akhirnya kami berlima termasuk Azka berjalan menuju sekumpulan hewan yang di kurung. Lelah berkeliling, kami memilih untuk membawa Azka melihat ikan-ikan di Aquarium sekalian kami istirahan dan memesan sesuatu di sana. 

Ya, tempatnya seperti kafe dan di tembok-temboknya di kelilingi Aguarium besar dengan berbagai jenis ikan yang aku tidak tahu apa namanya. Sambil menunggu pesanan, Mas Fhi kembai menggendong Azka dan membawanya berkeliling melihat ikan-ikan berenang dengan lincahnya.

"Bang Yasfhi kayak ayahnya aja," gumam Rayyan dan membuat mamah ikut memperhatikan apa yang Rayyan perhatikan. Aku jadi ikutan memeprhatikan tapi tidak lama, karena beberapa detik kemudain handphone Mas Fhi yang aku pegang berdenting, menunujukkan ada pesan.

[Ilham: Apa kabar Yasfhi junior?] 

begitu yang terbaca di papan layar yang memunculkan nitifikasi pop up. Apa maksudnya? ku coba alihkan denagn pikiran yang lain, dan pikiranku jatuh pada lulusnya Rayyan di Universitas Jember.

"Aa' kenapa bisa lulus?" bahasku tiba-tiba membuat perhatian Rayyan beralih padaku. "itu salah satu universitas favorit loh A', sedang Aa' gak pernah menempuh sekolah menengah atas," 

"Teteh meremhkan Aa'?"

"Bukan gitu, teteh cuma mikir logikanya dimana, sedang yang di pelajari kan kitab-kitab dan tesannya bukan cuma kitab, banyak pelajaran umum lainnya."

"Itu semua karena doa mamah, Teh."

Tatapanku beralih pada mamah yang tersenyum bangga pada Rayyan. Apa mamah pernah menatapku bangga seperti itu? astaghfirullah, harusnya aku bersyukur dengan diriku sendiri.

Pesanan datang dan Mas Fhi kembali. Teteh mengirimiku pesan sedang berada di mana. tak lama kemudian tampak dua orang dewasa yang sepertinya telah melepas beban-bebannya. terlihat sekali dari senyum girang dan tautan tangan keduanya. Yang satu terlihat lelah tapi penuh bingar bahagia dan syukur, yang satu lagi tampak girang seolah rindunya terobati.

Azka yang sedari tadi di pangku Mas Fhi turun dan berhambur memeluk abinya. Teh Ayna protes kenapa uminya nggak di peluk. tentu saja anak yang belum genap dua tahun itu belum mengerti dan akhirnya Bang Farhan yang merangkul umi Azka penuh sayang, mewakili Azka menjawab protesan uminya.

Setelahnya kami pulang. seharian penuh kami benar-benar menghabiskan waktu bersama. Masak bersama, makan bersma, ngemil bersama, main sama Azka, pun bahas apa pun dan tentu saja ada sedikit singgunagan perihal baby. Yang pada akhirnya membuat perasaan bersalahku muncul ke permuakaan. 

Kebersamaan ini rasanya tetap ada yang kurang. Tidak ada Teh Ilana dan Iya di sini.

***

"Kamu beneran siap?" tanya mas saat kami sedang berdua di kamar. bukan di kamarku, tapi di kamar Mas Fhi.

tepat pukul 19.00 kami sampai di rumah dengan keadaan Ibu yang di temani sepupu Mas Fhi.Ya, sepupu yang pernah aku bahas dulu, yang aku bandingkan usiaku dengannya. Dan benar dia masih gadis yang hendak menuju usia remaja. Aku sudah bertemu dengannya berkali-kali, bahkan kami seperti sepasang teman bermain. dai memang masih kecil, tapi kecakapannya dalam bidang masak-memasak membuatnya terlihat lebih dewasa dariku. Aku jadi malu.

"Si, siap apa, Mas?" tanyaku ragu.

"Siap jadi ibu dari Yasfhi junior." Aku tercengang, mengingat-ingat kata itu. aku seperti pernah mendengar atau membacanya. ah, pesan Ilham di handphone mas Fhi.

Aku terbahak dan membuat Mas Fhi bingung. "Istilah Ysfhi Junior pasti diajarin Ilham ya, Mas?" tanya setelah tawaku reda.

"Eh?" Mas Fhi menggaruk tengkuknya dan menampilkan pagar putih di belakang bibirnya. "kok kamu tahu?"

"Tahu dong, nggak biasanya Mas Fhi begitu, pakai istilah-istilah lucu begituan." Padahal aku tahu karena sempat mebaca pesan dari Ilham tadi siang.

"Jadi gimana?" seketika jantungku terpompa lebih hebat. Aku memilih duduk dan menggantungkan kedua kaki di kasur untuk menetralisir keadaan jantung.

Aku menatap Mas Fhi yang masih berdiri dengan ragu. "Mas, sebenarnya--" kalimatku tergantung dan membuat Mas FHi ikut terduduk di pinggiran kasur. aku tak menatapnya lagi, yang ku tatap kaki-kaki yang sengaja ku ayunkan.

 "Sebenarnya kalau Mas Fhi mau, gak perlu nunggu Key siap. yang Key pelajari dalam kitab Uqudullujjain tentang hak suami yang harus di lakukan istri salah satunya ini.

"Jika seorang saumi menginginkannya sekalipun diatas tunggangan unta, seorang istri tidak boleh menolaknya. Maka jika Mas mengingnkan, mau tidak mau aku harus siap. Karena Key nggak mau kelak di akhirat akan di geret dengan rantai dan belenggu bersama para syaitan. 

"Keylha takut, Mas. Keylha juga takut ibadah yang Keylha lakukan sia-sia. Dalam kitab itu juga di jelaskan bahwa seorang istri tidak bisa menolak jika suaminya menginginkan, bahkan menunda satu jam pun tidak di perbolehkan. Begitulah hukum istri harus taat kepada suaminya dan surga akan menjadi jaminannya." [note: 1]

Mas Fhi memutar bahuku, mengangkat daguku agar  menatap matanya. Dia tersenyum sambil berkata, "Terimakasih, Key. terimakasih untuk pengetahuan yang kamu bagi. Mas sayang kamu, apapun yang kamu lakukan mas Ridha, termasuk jika kamu tidak siap."

aAku menggeleng. "Tidak apa-apa, Mas. kalau nunggu Key siap, sampai kapanpun Key nggak akan pernah siap. Jadi lakukanlah."

"Kamu serius?" aku mengguk lagi berulang-ulang untuk meyakinkan bahwa apa yang aku katakan benar-benar serius.

"Tapi kita belum solat isya, Mas. Kita solat dulu sekalian solat sunnah. Mas tahu doa sebelum melakukannya, Kan?" tanyaku ragu dengan suara yang tentu saja bergetar karena dadaku juga berdebar keras seperti dentuman Bedug.

Mas Fhi mengangguk. "Aku sudah belajar sama yang sudah pengalaman." 

"Ha?"

"Mau dibaca sekarang?" ku pukul lengannya yang masih sempat saja bercanda. Dia tidak tahu kalau dadaku tidak baik-baik saja.

"Maksud mas untuk membuktikan bahwa doa yang mas hafal adalah benar." [Note: 2]

.

.

.

.

[note: 1] dalam syarah kitab Uqudullujain fashal  ke dua.

Hadits di riwayatkan IBnu Abbas.ra "Aku mendengar Rasulullah bersabda bahwa seandainya seorang perempuan tidak tidur sepanjang malam untuk beribadah, siangnya berpuasa terus-menerus, tapi di suatu waktu saat suaminya memanggilnya untuk memenuhi hajatnya, kemudian si istri telat satu jam, maka perempuan tersebut  akan datang di hari kiamat dengan di geret menggunakan rantai dan belenggu bersama para syaitan menuju tempat paling bawah di Neraka.

karena seorang istri telah berdosa kepada tuhannya tersebab dia telah berdosa kepada suaminya karena tidak memenuhi haknya. dengan syrat dirinya dalam keadaan suci. namun jika dalam keadaan hadast (tidak suci) dari haid, nifas, atau sebelum adus(mensucikan diri dari hadast besar) boleh seorang istri menolak bahkan harus karena berhubungan dalam keadaan haid atau nifas tidak di perbolehkan.

[note 2] dalam syarah kitab Uqudullujain fashal ke dua.

Seorang laki-laki sebelum menjamah istrinya disunnahkan membaca basmalah terlebih dahulu kemudian mebaca doa yang di ceritakan dalam hadits.

doanya: Allahumma Jannibnaa as-syaithaan (Dibaca: Jannibnassyaithaan) wa Jannibi As-Syaithaan (dibaca: Jannibissyaithaan.)  maa razaktana.

artinya: semoga Allah menjauhkan syaithan dari diri kami dan apa-apa yang di berikan kepada kami.

Nabi bersabda, barang siapa yang membaca doa tersebut kemudian di peroleh anak dari hubungan tersebut, maka anak tersebuat tidak akan di mudharatkan oleh syaitan. kemudian ketika hampir keluar sperma doa tersebut dibaca kembali dan di lanjut dengan,

 Alhamdulillahilladzi khalaqa minal ma'i basyaran faja'alahu nasaban wa shihran wa kaana rabbuka qadiiran (segala puji bagi Allah tuhan semesta alam yang mencipatkan manusia dari air mani dan menjadikannya untuk manuisa bernasab kepada keturuanannya. sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa.)


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top