Bab 23

Bismillah

jangan di skip, jangan di skip, menantu idaman mau lewat wkwk

viral ya tuh cover vilter ig. eh tapi beneran jangan di skip aothor mau tanya.

sampai disini, kalian yang udah setia baca paham nggak sih sama cerita garing ini?

nyambung nggak? dapet nggak ini kisah apaan?

auto merasa gak sreg sama ini cerita, cuma yang penting nulis aja gitu, tamat sebulan udah. tapi harapan utamanya semoga bermanfaat ye bagi pembaca.



"Bisa kamu ceritain tentang Intan?" Ilham terperanjat.

Ini kesempatanku untuk tahu banyak soal Intan mumpung Mas Fhi sedang keluar.

"Ehm. Harus?" aku mengangguk sebagai jawaban. Kami bukan lagi di dalam ruangan, tapi aku memilih mengikuti Ilham yang memeriksa semua barang sesuai dengan data di computer. Dua hari lagi Mas Fhi dan Ilham akan pergi mengambil beberapa barang.

"Heuft," desahnya seperti berat mengungkapkannya.

"Simpelnya gini, kita bertiga teman dekat. Lo pasti paham apa yang terjadi antara pertemanan lawan jenis. Mustahil kalau ada yang bilang tidak ada perasaan antara persahabatan lawan jenis. Itu yang terjadi antara kami."

"Cinta segi tiga?"

"Sepertinya kisah itu sudah biasa ya? Semua orang pasti bisa menebak apa yang terjadi antara cinta segi tiga."

Aku mengangguk dan bilang, "Kenapa waktu itu kamu bilang Intan hanya teman?"

"Karena begitu pula anggapan Intan kepadaku."

"Oke. Lanjut."

"Yakin mau lanjut? Entar kepergok Yasfhi lho."

"Kenapa kalau kepergok Mas Fhi?"

"Parah lo, ya bisa cemburu dong Mas Yasfhi."

Aku tergelak. Mana mungkin Mas Fhi cemburu pada Ilham sedang pada Ilyas dia biasa saja.

"Lo nggak tahu seberapa terpuruknya dia?"

Seketika perihal Intan ingin ku kesampingkan. Mas Fhi sepertinya lebih membuatku penasaran dengan kalimat Ilham yang bilang 'terpuruk'.

"Terpuruk gimana?"

"Oke. Kita duduk di depan. Gue udah ngerekapnya."

"Kamu multi fungsi ya, harusnya yang lain yang kerja ini. Kamu kan tugasnya benerin."

"Ya, begitulah Yasfhi, dia tipe orang yang susah percaya. Sama gue aja kadang masih nggak percaya. Termasuk soal lo."

***

"Lo kenapa bro? kusut amat muka. Biasanya noh, manten baru ya seneng, berbinar-binar karena udah tahu rasanya surge dunia."

Plak.

Sebuah buku terbang tepat mendarat di jidat Ilham.

"Yaelah, ngomong bener salah, ngomong salah ya salah. Gak pernah bener gue."

Hening. Tidak ada respon sedikitpun dari Yasfhi, Ilham merasa di kacangin. Yasfhi sendiri sibuk mondar mandir di ruangannya, celingak-clinguk diantara tumpukan barang dan buku. Sedikit-sedikit rambutnya di gusarkan.

"Nyari apa sih, lo? Gue bantu nyari."

"Kertas."

"Kertasa apa?"

"Kertas yang udah gue kerasin."

"Maksud lo?"

Akhirnya Yasfhi menjelaskan bahwa kertas yang ia cari adalah catatan kecil yang dia dapatkan dari istrinya. Sebenarnya ini bukan inginnya untuk memberi tahu Ilham, tapi setidaknya ia terbantu.

"Udah malem. Pulang aja deh, Istri lo nunggu. Biar gue cari disini dan lo nyari disana. Siapa tahu ketinggalan dirumah, 'kan?"

Yasfhi membenarkan perkataan Ilham. Pasalnya kemarin ia membawanya kemana-mana.

***

"Tapi sebelum itu, Yasfhi sempat tanya gue bagaimana cara bikin cewek jatuh cinta. Waktu itu gue ngakak, sumpah. Dia tiba-tiba tanya begitu ke gue."

"Terus?" tanyaku penasaran sambil mendaratkan punggung di kursi panjang depan toko. Ilham ikut duduk. kursi sepanjang dua meter diduduki kami berdua bagian ujungnya. Ilham seolah paham kalau perlu ada jarak antara kita.

"Ya, Yasfhi kan bener-bener nggak ada pengalaman sama sekali soal cewek. Kebanyakan cewek nembak duluan. Sayangnya Yasfhi terlalu fokus sama mimpinya dan bahagiain ibunya. Dia nggak mau main-main sama kuliahnya. Jadilah ini." Ilham mengedarkan pandangannya pada sekitar, menatap pintu toko bertuliskan

"Gue tahu dia suka Intan Cuma dia nggak ada pergerakan meski Intan pasang kode dia tetep nggak peka. Intan sama sukanya, Cuma sebegitu sabarnya dia nunggu sampai orang tuanya milihin jodoh buat dia."

"Kamu?"

"Gue emang suka Intan, tapi gue gak bisa maksa kalo Intan sukanya Yasfhi. Dari situ Yasfhi juga gak mau bergerak. Mungkin gue alasannya." aku paham tipe seperti apa Mas Yasfhi.

"Sejak kapan kalian berteman?"

"Sejak kenal Intan."

"Maksudnya?"

"Ya pokoknya kita berteman semenjak ketanrak sama Intan, semester dua kalo nggak salah. Iyya semester dua, waktu itu mata kuliah pak Parman, inget banget gue kita terburu-buru karena nggak ada tolerans bagi yang telat."

"Jadi Intan udah nikah?" Ilham mengangguk. "Tapi kenapa masih suka nyariin Mas Fhi?"

Ilham menepuk jidadnya. "Soal itu gue kurang tahu. Soalnya Intan datengnya baru-baru ini dan Yasfhi emang nggak pernah menyambutnya. Kayak ruang yang pernah ada buat Intan udah ketutup banget, udah nggak ada."

"Kalo kamu?"

"Gue? Ehe jangan di pikirin mah kalo gue, gue tahu mana yang harus di pertahankan dan mana yang nggak. Sejak Yasfhi suka intan dan gue juga tahu Intan suka Yasfhi, hati gue udah perlahan menghapus namanya."

"Semudah itu menghapus nama seseorang?"

"Emm ... enggak semudah menyimpannya."

Lagi-lagi aku harus teringat Ilyas. Bagaimana kabarnya? Bagaimana keadaannya? Dan untuk apa aku peduli? Bukankah semuanya sudah berlalu? Thanks Ilyas pernah menjadi bagian cerita dalam hidupku.

Kalau Mas Fhi menutup rapat masa lalunya, harusnya aku pun sama. Aku telah memilih pernikahan ini, maka aku harus menjalaninya sepenuh hati. Tapi, kenapa Mas Fhi tidak cerita soal Intan? Bukankah aku sudah membuka perihal Ilyas?

"Hey, malah bengong?"

"Eh, em ... Mas Fhi beneran udah lupain Intan?"

"lKalo lupa sih mungkin enggak, tapi kalao bilang udah nggak ada rasa, iyya. Yasfhi udah sepenuhnya ke lo, Key. Bayangin dia sampe bela-belain searching cara bikin cewek jatuh cinta.

"Dan lo inget nggak kapan pertama Yasfhi ngasih bunga ke elo?" tentu saja aku ingat. Bagaimana tidak, bunga pertama kali yang ia bawakan dalam keadaan patah patah. Sontak membuat ujung bibirku tertarik jika mengingat itu. Dia memang bukan tipe lelaki yang bisa berlaku manis, hanya bisa berlaku lembut.

"Lo tahu apa yang dia lakuin? Bolak balik keluar ruangan, abis itu lontang-lanting di depan gue. Pas gue tanya kenapa, ternyata dia Cuma bingung mau di kasih kartu ucapan apa nggak. Hahaha. Kalo inget mah, sumpah dia kayak ABEGE.

"Terus nih, gue saranin pakek dan dia nanya balik mau dikasih apa. Ya, gue kasih 'buat istriku tercinta'. Yasfhi bilang alay, dihapus lagi, diganti 'my love' di hapus lagi, terus aja begitu sampe gue kesel dan akhirnya Cuma di tulis nama lo doang.

"Gue nih yang dimintain saran dan solusi kesel. Bayangin dia yang minta pas di kasih gak di terima. Manusia macam apa coba?"

Aku tertawa melihat muka Ilham yang benar-benar kesal seolah kejadian yang dia ceritakan adalah sekarang.

"Innallaha ma'asshobiriin," kataku sambil tersenyum menatapnya—bukan matanya. karena bagaimanapun mata ketemu mata yang bukan mahram sesuatu yang benar-benar dilarang. kecuali ada kepentingan seperti belajar, itu pun masih di anjurkan kalau bisa cari pengajar yang sesama jenis.

Jadi sedari tadi kami berdua, tepatnya bukan berdua, sih,  karena banyak motor berlalu lalang di depan kami, terlebih ada Andro yang tiba-tiba benerin motornya di depan toko.

"Sabar sih sabar, tapi ya ... auk ah kezzel Iam sama sahabat ndiri."

"Kesel itu yang biasanya paling di sayang, Mas," Andro menimpali.

"Eh elu, burung kutilang nyambung aje. Perasaan dari tadi kayak penguin bisu gak ade suaranye."

Lalu seseorang datang dengan printer ditangannya yang kemudian meraih meja jalan. Apa sih namanya? Intinya itu, aku nggak ngerti namanya apa. Ilham dan Andro saling dorong kemudian Ilham yang mengalah karena Andro beralasan dia tidak akan bisa pulang jika motornya tidak di perbaiki sekarang. Pasalnya matahari sudah condong ke arah barat.

Sebelum beranjak Ilham membisiki sesuatu. "Kalo lo ingin tahu penuh soal Intan, lo cari buku kecil se genggaman di ruangannya. Itu rahasia banget. Gue aja dilarang sampe diberikan beberapa pasal kalo gue sampe nyentuh. Tapi kalo lo yang buka mungkin nggak masalah."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top