Puasa Kak Masha
"Kak Masha gimana puasanya kemarin?" tanya Caca ketika berkumpul untuk bersiap ke acara trah keluarga.
"Kakak udah bisa puasa beneran lho, Kak. Bukanya pas Maghrib!" jawab Masha dengan semangat.
"Wuihhh, keren. Jadi kemarin puasanya bener semua, Kak?"
Masha yang tak langsung menjawab seperti sebelumnya membuat Caca heran.
Apa yang salah dengan pertanyaannya?
"Kakak kemarin masih latihan puasa juga?"
"Iya. Kakak kan masih kecil."
Giliran begini ngaku masih kecil ya, Sha.
"Lha itu tadi udah puasa beneran, sampai Maghrib. Udah gede dong, udah pinter."
"Iyalah, Kakak udah gede, pinter."
Caca berdecak melihat keponakannya menjawab dengan percaya diri. Ah, tapi anak-anak, tetap saja plin plan.
"Dia tuh, Kak Ca. Awalnya puasa sampe bedug. Abis itu Ayahnya bilang kalau dia juga bisa sampai Asar. Akhirnya dia belajar dari jam 1 dulu seminggu, jam 2 seminggu, akhirnya minggu ketiga sampe Asar," jelas Bila yang ikut bergabung dengan menggendong Naufal.
"Terus minggu terakhir bisa langsung sampai Maghrib, Kak? Kenapa gak dari awal aja belajar begitu?"
"Dia sampai maghribnya gara-gara diiming-imingi mukena baru sama Kak Didi tuh, Kak Ca,"
Ken yang melintas ikut menimpali.
"Duh, risih banget sih manggil nih bocah Kakak," lanjutnya sambil lalu, kemudian bergabung para lelaki di teras rumah.
"Kak Ken tahu dari mana?" teriak Caca penasaran.
"Nggak percaya tanya aja Kak Bila tuh."
Selepas kepergian Ken, Caca kembali beralih pada Bila. Masha yang tadi ada di sampingnya kini sudah menempel pada ibunya. Permen di tangan Naufal diambilnya hinggak anak itu berteriak lantang.
"Kak," tegur Bila sebelum akhirnya Masha mengembalikan permen Naufal. Meski begitu, diulanginya lagi.
"Iseng banget sih, Sha," Caca ikut gemas seperti Naufal.
"Eh, jadi gimana tadi ceritanya, Kak? Mukena baru?"
Bila tersenyum, kejadian yang ditanyakan Caca seperti baru terjadi kemarin.
🏠🏠
"Ayah! Ayah!" teriak Masha heboh ketika ayahnya datang menjemput ke rumah Uti.
"Kenapa, Kak?"
"Kakak hari ini puasa beneran lho, Ayah."
"Beneran? Puasa penuh, Kak?" tanya Daffa menegaskan.
"Iya, Yah. Coba tanya aja sama Memei."
"Kakak pinter, sholehah kan, Yah," lanjut Masha lagi sebelum ayahnya sempat menanggapi.
"Iya... pinter, sholihah."
"Ayah, Kakak ke tempat Om Di bentar ya, tadi katanya mau beli es krim habis tarawih."
Tanpa menunggu jawab, Masha langsung pergi begitu saja. Bagi anak itu, sekarang Om Di adalah favoritnya, ayahnya nomer dua. Efek Didi yang merantau lama.
"Jadi, gimana ceritanya tuh Mei bisa puasa penuh? Gak loyo dia?"
"Jadi, tadi tuh Didi kan abis ngajakin Masha belanja baju baru. Didi bilang bajunya hadiah karena Masha pinter latihan puasa. Terus sampai rumah Didi bilang, kalau puasa sampai Maghrib nanti dikasih hadiah lagi, mukena baru. Lhah, anaknya jadi semangat gitu. Pas Asar udah loyo, tetap nggak mau buka. Alhamdulillah sampai juga Maghrib, yahh walaupun dia udah kaya nggak punya energi gitu. Ditanya cuma jawabnya angguk sama geleng."
"Jadi puasanya demi mukena baru, ya? Anak itu."
"Aku udah omelin Didi tadi, takut Masha puasanya jadi nggak ikhlas, ngarep hadiah."
"Bukan itu masalahnya, Mei."
"Terus?"
"Kemarin anak baru ada yang jualan mukena, terus aku pesan satu buat Masha. Ceritanya nanti kalau sudah selesai puasa buat hadiah. Eh, jadi sayang kan."
Bila menyipitkan mata, tak setuju dengan ide suaminya.
"Nanti anaknya tahun depan jadi ngarep gimana? Lelaki-lelaki ini ya sama aja, gak tahu apa Masha itu matanya langsung blink2 kalau denger mau dapet hadiah."
"Ya kita tetap kasih tahu kalau puasa itu beribadah, harus ikhlas karena Allah Swt, bukan hadiah. Pas awal puasa nanti, kita bilang nggak siapin hadiah buat tahun ini."
🏠🏠
"Harusnya Kak Di pulangnya lebih awal tuh. Jadi, Masha puasanya lama, nggak cuma seminggu."
Caca yang mendengar cerita tentang puasa Masha ikut gemas sendiri. Sayang, kan.
"Kak Caca mau kasih Kakak hadiah juga nggak?" tanya Masha dengan mata masih fokus menganggu adiknya.
"Kak," tegur Bila cepat.
"Cuma nanya, Mei. Kakak nggak berharap kok."
Nanyanya itu kode keras ya, Sha!
"Soalnya Kak Caca kan belum kerja, Mei. Duitnya minta sama Papa Alvin. Kalau Om Di, Om Ken, Nte Najwa tuh, udah kerja, punya duit. Suka beliin es krim," lanjut Masha kalem.
Glek. Sindiran telak.
Caca langsung bungkam, sementara Bila tergelak.
💕💕💕
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top