Ngaji


"Kak, udahan mainnya. Hari ini kan Kakak jadwalnya ngaji," ujar Bila yang melihat Masha masih sibuk bermain dengan pasir kinetiknya.

"Kak Masha ndak mau ngaji, Mei!"

"Lho, kenapa, Kak?"

"Abisnya dari kemarin ngajinya di tempat Mbak Lia. Terus di kartu Kak Masha nilainya ulangggggg terus, ndak jadi B atau lanjut. Daun aja lanjut kok, masa Kak Masha ndak."

Bila menggeleng takjub. Keluhan ini bukanlah aduan Masha yang pertama. Putri sulungnya itu beberapa waktu yang lalu juga mengadukan hal yang sama. Dia sudah mengecek pada kartu prestasi Masha, memang benar sudah mengulang halaman yang sama sebanyak tiga kali. Wajar saja jika Masha mulai bosan dan tidak bersemangat. Masalahnya memang ada pada Iqro dua, halaman 23, yaitu soal panjang pendek.

Ketika Bila mencoba menyimak, huruf yang seharusnya dibaca panjang tetap dibaca pendek oleh Masha. Sudah diingatkan, tetapi beberapa saat kemudian dia kembali lupa. Bila masih mencari solusi dalam hal ini dan belum menemukannya.

"Jadi masih di halaman yang masalah panjang pendek kemarin itu, Kak?" tanya suaminya yang sibuk memerhatikan si Bungsu bemain.

"Iya, Yah," adu Masha dengan tidak semangat.

"Kemarin bukannya sudah Ayah simak, ya? Udah benar panjang pendeknya. Kakak lupa lagi?"

"Abisnya Mbak Lia kalau dibaca panjang pulpennya nggak ditarik ke atas, jadinya Kak Masha lupa."

Masha dengan segala kemauannya.

Jadi, maunya Masha itu ketika ada tanda baca dua harakat pulpen guru ngajinya ditarik ke atas seperti isyarat kalau panjang. Ayahnya mencoba mengajari demikian. Akan tetapi, akibatnya Masha justru ketergantungan. Bila mencoba menghilangkan cara itu dan sangat berpengaruh padanya. Masalahnya adalah Masha tidak bisa memilih kepada siapa akan disimak dalam mengaji dan masing-masing gurunya punya cara berbeda.

"Coba ambil iqro-nya sana, Kak. Ayah coba simak lagi."

Masha mengangguk dan langsung bangkit berdiri.

"Ada cara lain, Yah?" tanya Bila kemudian.

"Jika pintu satu tertutup, masih ada pintu lain yang terbuka, Mei. Kamu sih, tidak sabaran kalau sama Masha."

Bila berdecak. Kurang sabar apa coba dia kepada putrinya itu?

Tidak lama kemudian, Masha muncul dengan Iqro di tangan. Pakaian bermainnya sudah berganti dengan gamis anak yang disiapkannya untuk mengaji, ditambah sekarang dilengkapi kerudung. Ah, Masha dengan kepolosannya memang paling bisa meluluhkan batinnya. Bila memang selalu mengajarinya untuk memakai pakaian rapi dan juga kerudung meskipun itu hanya sekadar mengaji di rumah. Yah, walaupun sekarang belum mandi.

Sambil memerhatikan Naufal, mata Bila awas mengamati interaksi ayah dan anak. Masha sekarang sudah duduk di pangkuan ayahnya.

"Jadi, Kak. Kenapa Mbak Lia tulis ulang terus di kartu Kakak? Itu karena panjang dan pendek pas baca iqro atau pun Al-Quran sangat penting. Tidak masalah kalau di kartu ditulis ulang terus, yang penting nanti Kakak bacanya tidak salah lagi. Sekarang Kakak perhatikan ini, ya.

Ini kan fathah biasa bentuknya kayak perosotan ya, Kak. Sama kayak di tamanan bermain, perosotan jadi bacanya cepat gitu. Ngebut! Nah kalau tanda ini kan garis lurus kayak pohon, Kak. Kalau manjat pohon kan lama, kudu hati-hati. Jadinya pelan-pelan. Nah kalau bentuknya kayak gini dibaca panjang. Jadi contohnya ini, Alif lagi naik pohon dibaca panjang, soalnya lama. Terus yang ini Dal main perosotan dibaca pendek aja, ngebut."

Masha yang menyimak dengan serius perkataan ayahnya membuat Bila penasaran akan hasilnya.

"Begitu, Yah?" tanyanya kemudian.

"Iya, sekarang coba Kakak baca."

"Bissmillahirohmanirrohim. Aa Da Ma, Aa Ma Na...."

Bila terdiam takjub. Sudah tiga kali pertemuan mengaji Masha mendapatkan nilai ulang. Dia pun sudah mencoba mengajari, tetapi ketika dikoreksi dengan sok imutnya Masha memegang kedua pipi, tersenyum, dan berkata 'lupa'. Terakhir, Masha belajar bersama ayahnya dengan metode pancingan pulpen, tetapi tidak berhasil karena cara mengajar yang berbeda.

Benar kata suaminya, tidak boleh menyerah jika satu usaha yang dilakukan menemui kegagalan. Seperti kata pepatah, ketika satu pintu tertutup masih ada pintu lainnya yang akan terbuka.

Baiklah, sore ini Bila akan menunggu hasil dari metode yang kali ini diterapkan untuk Masha.

**

Pulang dari mengaji.

"Memeiiiiii! Ayahhhh! Adekkkk! Assalaamu'alaikum!"

"Wa'alaikumsalaam. Semangat banget, Kak pulang ngaji?" tanya Bila yang melihat raut wajah Masha berbinar. Ah, pasti hasilnya tidak mengecewakan.

"Lihat, Mei! Kak Masha dapat nilai A. Kak Masha pinter ya, Mei! Kak Masha gitu!"

Iya deh, Kak. Iya....

Ketika gagal, bukan berarti kita boleh menyerah.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top