Masha tidak punya ibu

"Yah, Kak Masha siram bunga, ya!" panggil Masha kepada ayahnya yang sedang merapikan pot bunga. Dia sendiri sedang sibuk menarik selang yang sudah tersambung pada kran di halaman.

"Kak, nggak usah disiram. Nanti juga hujan kok, sekarang kan sering hujan," tegur Daffa ketika Masha sudah akan memutar kran.

Masha mendongak, ditatapnya langit sore yang hari ini cerah. Awan biru terlihat di sana.

"Ndak mendung kok, Yah. Terang. Kasihan, bunganya haus mau minum."

"Ya sudah, tapi jangan banyak-banyak siramnya, ya."

"Iya."

Selanjutnya, ayah dan anak itu sibuk dengan tanaman di depan rumah. Tidak banyak sebenarnya, hanya ada beberapa pot bunga kamboja dan krisan. Namun, kebetulan minggu lalu Masha baru menabur benih bunga matahari yang beberapa waktu lalu sedang hits di kotanya. Benih itu kini sudah bertunas setinggi telunjuk.

"Yah, Ayah," panggil Masha kemudian.

"Kenapa, Kak?"

"Memei itu ibu kan, ya?"

"Iya."

"Kok kata Daun bukan, Yah?"

"Bukan gimana?"

--

"Masha kan ndak punya ibu. Kalau aku punya ibu, Mas Deni punya mama, Delia punya bunda. Kamu ndak punya kan, Sha?" ujar Daun, teman bermain Masha. Dia adalah anak penghuni rumah baru di komplek rumah Masha.

"Aku punya memei."

"Memei tuh apa?" tanya Daun datar.

"Memei tuh ya ibu, bunda, mama, umi."

"Mana ada memei, Sha? Memei itu nama orang kayak di ipin upin, jadi memei itu siapa kamu, Sha?" tanya Daun tak kunjung berhenti.

Masha terdiam. Setahunya, memei Bila itu ya ibu, bunda, mama, umi, sama saja.

"Tuh kan, kamu ndak punya ibu kan, Sha?" olok Daun lagi.

"Aku mau pulang, Un. Aku punya ibu kok, ibuku itu ya memei. Assalaamu'alaikum."

Enggan berdebat, akhirnya Masha memutuskan pulang untuk mengonfirmasi kepada orangtuanya.

---

"Jadi, begitu, Yah. Kata Daun, Kak Masha ndak punya ibu. Bukannya memei itu sama aja ibu toh, Yah? Kayak mamanya Mas Deni, bundanya Delia?"

Daffa menatap sulungnya dengan tersenyum. Dia ingat betul ketika dulu Masha enggan diajarkan panggilan lain oleh siapa pun. Masha hanya mau memanggil ibunya dengan sebutan 'Memei'. Lalu, sekarang anak itu ribut sendiri karena panggilan yang dulu dia cetuskan.

"Ya udah, sekarang panggil memeinya ibu, mama, atau bunda juga boleh kok, Kak. Sama aja," ujarnya pada akhirnya.

Masha menggelengkan kepala.

"Beda ah, Yah. Kak Masha suka memei. Eh, Yah, tapi kenapa dipanggilnya memei, ya?"

"Emmmm... kenapa, ya? Ceritanya panjang, Kak. Coba Kak Masha tanya sama Memei, ya. Udahan siram bunganya, sekalian mandi terus ganti baju. Biar Ayah yang beresin selangnya."

"Oke!" jawab Masha dengan semangat. Lalu, berjalan mematikan kran dan langsung berjalan menuju rumah.

"Meiiiii!"

"Memeiiii!"

"Sssttt, sebentar, Kak. Dek naufal baru tidur. Kak Masha tunggu di sini, memei bobokin dulu, ya," jawab Bila dengan suara nyaris berbisik.

Masha menganggukkan kepala sambil menutup mulut sebagai jawaban. Dia tahu benar jika Naufal terganggu tidurnya, memei ataupun ayah akan menjadi milik adiknya. Huh.

"Kenapa, Kak?" tanya Bila setelah menidurkan Naufal.

"Sini, Mei. Kak Masha mau tanya," jawab Masha sambil menepuk tempat kosong di sampingnya.

Bila nyaris terbahak melihat tingkah anaknya. Gaya Masha sudah seperti anak dewasa saja.

"Iya. Ada apa?"

"Tadi Kak Masha cerita, Mei. Kata Daun, dia tidak punya ibu, sementara yang lain punya ibu, mama, bunda atau umi. Nah, waktu aku bilang mulai sekarang panggil saja memei itu ibu, dia tidak mau. Kata Kak Masha, suka manggil Memei. Terus tanya kenapa Kak Masha bisa manggil Memei," jelas Daffa yang baru saja masuk rumah.

"Kok nggak Ayah aja yang cerita?"

"Aku mau mandi dulu, kotor. Cerita sama Kak Masha kan nggak cukup hitungan menit."

Masha langsung memegang kepala begitu mendengar jawaban ayahnya.

"Kak Masha lupa, tadi kan disuruh mandi. Kak Masha juga belum mandi, Yah," ujarnya sambil menyeringai.

"Sudah sore. Ya udah, sekarang Kak Masha mandi dulu yuk sama Memei. Ayah juga mandi. Nanti selesainya bareng."

"Oke! Ayuk, Mei!"

Masha berkata dengan semangat dan langsung bangkit dari duduknya. Dia langsung berjalan menuju kamar mandi meninggalkan ayah dan ibunya.

"PR banget jelasin nama panggilan ke Kak Masha, Yah," ujar Bila kepada suaminya.

"Memang, makanya aku minta tolong ke kamu buat kasih penjelasan. Bingung mau jawab apa waktu Masha nanya tadi."

"Coba kalau dia udah gede ya, Yah. Aku tinggal kasih aja novelnya kita –BILA- , terus biar dia baca sendiri," gumam Bila pelan.

Daffa tertawa. "Boro-boro nunggu gede, Mei. Selesai mandi juga pasti dia nagih penjelasan lagi."

"Ah, siapa tahu dia lupa," jawab Bila berharap.

**

Postingan ini dibuat untuk kepentingan promo (LAGI), heheu. Promosi terselubung, tapi efek kangen Masha juga, sih. Jadi, buat teman-teman yang penasaran dengan panggilan memei bisa dipesan novel Bila ya. Pssst, ada paket buku DIA-CALONIMAM-BILA juga. Sila cek di shopee akun (at)pojokcollection. Terima kasih.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top