Martabak

"Mei, dulu Om Rangga sama Dek Raffa beli martabak di mana toh, Mei?" tanya Masha ketika Bila masih sibuk menyuapi Naufal.

Bila menatap putrinya heran. Apalagi ini? Tidak ada angin dan hujan tiba-tiba membicarakan martabak dan omnya? Ini bukan semacam kode Masha minta diantar ke tempat adiknya, bukan?

"Martabak, Kak?"

"Iya. Martabak, Mei. Itu lho, Om pernah bawa yang dalemnya coklat meses sama keju. Rasanya enakkkkk banget."

"Oh, kamu pengen martabak, Kak?" tebak Bila.

Masha mengangguk cepat. Anak itu tersenyum lebar, seakan ada martabak di depannya.

"Martabak yang itu jualnya malam, Kak."

Bila menjawab aman. Martabak di dekat rumah mereka memang baru buka malam hari. Yah, walaupun martabak yang dibawa adiknya saat berkunjung beda merk. Daripada Masha heboh minta dibelikan sekarang, bisa repot urusannya.

"Yahhh, kok malem, Mei? Kak Masha ndak bisa beli dong kalau malam. Kan waktunya di rumah, terus tidur," ujar Masha dengan kecewa.

Bila tak sampai hati melihatnya, "Kamu kok tiba-tiba pengen martabak sih, Kak? Pengen banget?"

"Iya, Mei. Kakak pengen deh, tadi pas di tempat Daun di tv ada kakak-kakak makan martabak. Kayak enak banget gitu, Mei. Terus kan kemarin Kakak dikasih uang sama Mbah Eja to, uangnya bisa buat beli. Tapi malah malam bukanya."

Kekecewaan Masha membuat Bila tersenyum kecil. Soal malam, dia memang membiasakan Masha di rumah dan tidak boleh keluar malam, kecuali ke masjid atau berpergian dan pulang kemalaman.

Suara mainan yang dilempar mengalihkan perhatian keduanya. Ups, Naufal yang terabaikan meminta perhatian.

"Maaf, Dek. Udah habis ya makannya? Ini maem lagi," ujar Bila sambil menyuapkan bubur. Dia kembali fokus dengan Naufal ketika Masha kembali bersuara.

"Mei, memangnya Memei ndak bisa bikin martabak?"

"Alhamdulillah, ndak bisa, Kak."

Kalau bisa, nanti bisa-bisa kamu request dibuatin martabak. Sama persis seperti request lemper sesuka hati.

"Terus gimana dong, Mei? Om Rangga kan ndak bisa ke sini malam soalnya ada Dek Raffa. Coba aja ada Om Didi, pasti mau beliin malam-malam."

"Ya udah, makan martabaknya tunggu Om Di pulang," jawab Bila dengan tenang.

Ah, Masha ini tipe-tipe sekali dituruti, nagih lagi. Kalau sekarang dibelikan, nanti pasti minta hal yang sama. Karenanya, dia memilih jawaban paling aman lagi.

"Om Didi itu lupa jalan pulang apa ya, Mei? Kok pulangnya lama banget, pas lebaran aja. Kalau lebaran kan jalannya rame, ya. Jadi, Om Di ikutin jalan orang-orang."

Ndak gitu juga kali, Kak.

"Assalaamu'alaikum!"

"Wa'alaikumsalaam. Ayah pulanggg!"

Masha bersorak riang. Wajah kecewa karena martabak sudah sirna. Anak itu membuka pintu dengan semangat. Naufal yang mendengar suara ayahnya pun ikut bersorak dengan suara bayinya.

Begitu pintu terbuka, Masha mencium tangannya. Diikuti ayahnya yang bersimpuh untuk menyejajarkan tinggi mereka. Lalu, Masha mengecup pipi ayahnya dan juga sebaliknya. Pemandangan yang selalu membuat hati Bila menghangat saat melihatnya.

"Ayah bawa apa itu, Yah?" tanya Masha yang melihat goodie bag di bawa ayahnya.

"Oh ini, tadi dikasih martabak sama teman ayah, Kak."

"Martabak, Yah?" tanya Masha dengan mata berbinar.

"Iya."

Masha mengambil goodie bag, lalu membawanya ke ibunya.

"Mei, lihat! Tadi kan Kakak pas lihat di tv berdoa sama Allah, Kakak bilang mau martabak ya, Allah. Terus pas tahu bukanya malam, memei ndak bisa bikin, Kakak sedih. Terus Allah ndak mau lihat Kakak sedih. Allah kasih martabaknya sekarang. Allah baik ya, Mei."

MasyaAllah, Kak. Bila menatap putrinya dengan takjub. Dia tidak menyangka kalau Masha akan berpikir demikian. Masha yang paling bisa membalas perkataannya. Masha yang mempunyai banyak alasan pada setiap tindakannya. Masha yang selalu menyiapkan pertanyaan yang tak terduga. Kini, Masha membuatnya tak bisa berkata-kata.

"Mei, lihatnya biasa aja. Anaknya sudah makan kamu masih takjub saja."

Bila mengerjapkan mata. Dilihatnya Masha yang sudah duduk di lantai dan menikmati potongan martabak manis.

Jika doamu belum terwujud, bisa jadi memang sekarang bukanlah waktu yang tepat. Dia lebih tahu apa yang terbaik buat kita. Teruslah berprasangka baik, semua akan indah pada waktunya.

Nb.
Wahh, ternyata banyak yang mau tahu puasa Kak Masha ya😍😍. Berdasarkan vote kemarin, diary Ramadhan Masha tetap di lapak ini, ya. Jadi nanti nggak ribet nyari lapaknya. Oh iya, ini postingan terakhir sebelum Ramadhan tiba, harusnya semalam diupdate, tapi belum sempat. Kita bertemu lagi dengan Kak Masha Ramadhan nanti, InsyaAllah.
-Alya-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top