Lebaran - 3

Bonus gambar Kak Masha sebelum dipublish di IG @catatanmasha

"Om Di, Om Di, Om Di!" panggil Masha berulang kali. Dia tidak mau berhenti memanggil ketika Didi masih sibuk berbicara dengan kakak iparnya, ayah Masha.

"Iya, Kak." Didi menjawab tanpa memalingkan wajah.

Masha langsung memanyunkan bibir ketika omnya hanya menengok sebentar dan kembali mengobrol dengan seru. Dia terabaikan.

"Om Diiiiiii!" panggil Masha lagi.

"Iya, kenapa Kak?" tanya Didi dengan menatap Masha sekilas, dia masih seru berbicara dengan Kak Daffa, "Jadi begitu Kak Daffa, kerja bareng orang itu ternyata rasanya nano-nano, ya."

"Ommmmm!" rengek Masha lagi.

Didi akhirnya mengangkat bahu, tanda kalau sudah menyerah dengan rengekan keponakannya.

"Dia kangen tuh, kangen dimanjain sama omnya. Aku ngalah, Dek. Ke depan dulu nemenin Ayah, kamu lanjut aja sama Masha."

Didi tak urung ikut tersenyum melihat Masha yang terlihat senang ketika ayahnya mengalah. Kali ini, dia menang atas kakak iparnya dalam hal menarik perhatian Masha.

"Opo toh, Kak? (Apa sih, Kak?)

"Kakak kesel sama Om Di."

"Beneran kesel? Ngambek dong?" goda Didi sambil tergelak.

"Iya, kesel terus ngambek."

"Ya udah, kalau gitu Om ke depan ya. Di sana ada Kakung sama ayahmu."

Didi baru akan berdiri ketika Masha langsung menahannya. Meskipun ceritanya lagi ngambek, tetap saja tidak mau ditinggal.

Ini anak memang minta dikarungin, gemasnya.

"Jadi, Kak Masha itu mau bicara apa? Hm?"

Bukannya menjawab, Masha justru membuka rit tas kecilnya. Tas khusus yang digunakan untuk menampung uang THR.

"Lihat, Om. Uang Kakak ada banyak. Tadi dikasih sama ibu-ibu di rumah sebelah, sebelahnya lagi, sebelahnya lagi," ujar Masha melaporkan.

Ini semacam kode dari keponakannya minta dikasih THR bukan, sih? Atau Masha hanya sekadar memberi tahu saja?

"Boleh dong Om Di pinjam?"

Masha menggeleng cepat. "Ndak."

"Kok gitu?" Didi bertanya sambil menahan tawa. Menggoda Masha memanglah hal yang menggemaskan dan hiburan tersendiri baginya.

"Om Di kan kerja kayak Ayah, jadi punya uang. Kemarin Kakak dikasih Ayah uang."

"Terus?"

"Ya udah, ndak terus. Kak Masha kan cuma cerita. Kata Memei, Kakak ndak boleh pengen dikasih uang atau minta uang sama Om. Tapi, kalau dikasih ya Alhamdulillah gituuu."

Ini semacam kode keras minta dikasih THR bukan sih, Kak?

**

"Meiii!" teriak Masha heboh dari depan.

Bila yang tadinya sibuk mengobrol dengan Bunda Alya tak urung berhenti. Dilihatnya Masha membawa amplop lebaran berwarna putih.

"Lihat, Mei. Om Didi kasih amplop ini ke Kakak. Kakak nggak minta lho, Mei. Tadi, pas Om Didi keluarin amplopnya dari saku udah ada nama Kak Masha. Terus Kakak bilang alhamdulillaah."

"Wah, uangmu banyak, Kak? Mau buat apa?" tanya Bunda Alya menimpali.

"Banyak, Ti. Kakak mau beli sepeda baru."

Jawaban dari putrinya tak urung membuat bibir Bila tersenyum simpul. Jika kemarin alasan Masha hanya mengumpulkan uang tanpa tujuan, kini beda lagi. Ayahnya sudah mengarahkan agar segala sesuatu yang dilakukan Masha itu tidak hanya sekadar ingin, melainkan ada target yang memang ingin dicapai. Target yang tidak begitu muluk-muluk, tetapi ketika berhasil membelinya, akan ada kepuasan tersendiri bagi putrinya. Namun, kalaupun target belum tercapai, suaminya sudah mewanti-wanti agar Masha tidak kecewa. Jika kurang, tinggal menabung lagi, sesederhana itu.

"Mau Uti tambahi?" tanya Bunda Alya menawarkan.

Bukannya menjawab, Masha justru menatapnya, seakan meminta ijin sebelum mengiyakan.

"Ini ditawarin kan, Mei? Bukan Kakak yang minta? Boleh bilang iya?"

"Boleh."

"Asikkkk. Alhamdulillah. Boleh, Ti kalau mau nambahi. Yang warna biru apa yang merah ya, Ti! Jangan yang ijo."

Lha, Kak! Masih nawar juga?

Ketika kita mempunya target yang ingin dicapai, maka harus ada usaha di dalamnya.

-quotenya maksa-😂😂😂

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top