Ditinggal Memei
"Kak, Memei mau ke warung Bu Endang sebentar buat beli sayur. Adek lagi tidur, ditinggal boleh?" tanya Bila yang sedang kalut. Kekalutan yang disebabkan oleh si Bungsu sedang terlelap dan kakaknya yang tidak cukup meyakinkan untuk dipercaya. Sementara itu, isi kulkas sedang kosong dan tidak ada bahan makanan.
"Boleh, Mei. Tinggal aja," jawab Masha dengan santai. Dia yang sedang bersepeda di halaman bahkan tidak sudi untuk sekadar berhenti.
Bila menimang keputusan yang akan dia ambil. Bisakah Masha dipercaya?
"Beneran nih, Kak?"
"Iya, Mei!"
"Ya udah, Kak Masha ke dalam gih. Sepedanya di parkir terus kunci pintu. Adeknya tolong dijagain ya, Kak."
"Sip deh!"
Baiklah, sepertinya jawaban Masha cukup meyakinkan. Akan tetapi, Bila yang sudah hendak berangkat kembali berhenti.
"Kak, nanti kalau adek bangun terus bangun gimana?" tanyanya khawatir.
"Kan ada Kak Masha, Mei. Udah sana Memei berangkat."
Bila menatap Masha untuk terakhir kalinya, lalu benar-benar menutup pintu. Dalam hati, tak hentinya berdoa Naufal masih tenang dalam tidurnya. Manusia memang hanya bisa berencana, begitu pun Bila. Inginnya dia hanya berbelanja sebentar, estimasi memakan waktu sepuluh menit sudah dengan perjalanan mengingat warung Bu Endang tidak jauh dari rumah. Namun, ternyata sampai di TKP, antriannya ada empat orang. Huff, sayangnya dia tidak memerhitungkan antri sebelumnya.
Dilema. Di satu sisi ingin kembali ke rumah karena was-was, tetapi di sisi lain sudah sampai lokasi. Dia makin gregetan ketika ibu-ibu yang lebih dulu datangnya berbelanja cukup banyak, eh masih ditambah dengan mengobrol dengan pedagangnya.
Ya Allah, apa ibu ini nggak sadar masih ada dua antrian lagi?
Sabar, Bil.
Bila beristighfar dalam hati, sekaligus berdoa agar Ibu Ela yang datang lebih awal beberapa detik dengannya tidak akan demikian. Ingin sekali menyela dengan alasan meninggalkan Naufal, tetapi rasanya kurang sopan. Setiap orang, termasuk Bu Ela juga pasti punya kesibukan masing-masing.
Alhamdulillah...
Akhirnya ibu yang tidak dikenal Bila itu selesai berbelanja beberapa menit kemudian. Beruntung juga Bu Ela sudah memilih bahan makanan dan penjualnya tinggal menghitung saja.
**
Bila mengernyitkan dahi ketika Masha tidak menjawab salamnya. Sampai akhirnya, dia memutuskan untuk masuk rumah lewat pintu belakang. Begitu meletakkan belanjaan di dapur, segera melesat menuju kamar. Pemandangan yang terjadi di hadapannya, sukses membuatnya terdiam beberapa saat.
"Sssttt, Dek Nopal jangan nangis dong! Nanti Memei boleh buat Dek Nopal deh. Sekarang diem ya, Dek?"
Masha, putrinya itu terlihat sibuk menenangkan Naufal yang sedang menangis dengan sedikit menepuk-nepuk lengannya.
"Atau Ayah juga boleh deh buat Dek Nopal. Tapi, dipinjam aja sebentar ya Memei sama Ayahnya."
Naufal yang masih terlihat mengantuk sama sekali tidak mengindahkan kalimat kakaknya. Tangisnya masih terdengar nyaring. Bila menahan diri untuk masuk demi melihat tindakan Masha selanjutnya.
"Apa kamu haus, Dek?" tanya Masha lagi.
"Wahhh, ini udah disiapin susunya sama Memei," Masha terlihat berdialog sendiri, tangannya mengambil susu dot yang ada di dekatnya, lalu menaruhnya ke mulut Naufal.
Klep.
Hening. Tidak ada lagi suara tangisan yang beberapa saat lalu terdengar. Bila tersenyum puas melihat pertunjukan itu. Ah, ternyata putrinya Masha sangat bisa diandalkan.
"Oalah, kamu haus toh, Dek? Ngomong dong kalau haus, jangan nangis. Kalau nangis ya mana Kak Masha tahu."
Ucapan selanjutnya membuat Bila menggelengkan kepala geli.
"Adek kan masih belum lancar bicaranya, Kak. Kalau haus, lapar, kesal ya bisanya baru nangis aja."
"Lho, Memei udah pulang?" tanya Masha dengan mata berbinar.
"Sudah, Kak."
"Adek nangis dari tadi, Mei. Terus Kak Masha kasih minum baru diam," adunya.
Sudah tahu, Sha,
"Jadi, boleh nih Ayah sama Memei dipinjam adek sebentar, Kak?" goda Bila kemudian.
"Kok gitu, Mei?"
"Lha, tadi pas adek nangis Kak Masha bilang Ayah sama Memei boleh dipinjam bentar."
"Ndak jadi, Mei. Kan tadi adek ndak mau, masih nangis terus."
Masha menjawab cepat, senyum terukir di wajahnya.
Ngelesnya tetep ya, Sha.
Selamanya kita hanya akan menerka-nerka, tidak akan tahu hasil pastinya jika belum pernah mencoba.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top