Diary Ramadhan 7

Tarawih

"Mei, nanti kalau pas shalat adek nangis kayak kemarin gimana?" tanya Masha ketika akan berangkat tarawih.

"Kalau adek nangis, kamu buat diem, Kak," jawab Ayahnya yang menggendong Naufal.

"Kakak kan shalat juga, Yah."

Bila yang sedang mengunci pintu memilih menyimak obrolan keduanya. Daripada menanggapi, berujung makan hati ketika Masha mulai membuat Alibi.

"Katanya dua hari kemarin kamu capek shalatnya, terus istirahat. Kenapa adeknya tidak diajak main biar diam?"

"Oh, itu. Kakak udah bilang sssttt, diem, Dek. Lagi pada shalat. Eh, malah makin kenceng nangisnya."

Jelas saja makin kencang menangisnya karena Masha menasehati dengan nada galak. Bagi Naufal, seperti sedang dimarahi.

"Adek itu kemarin nangis karena haus, Kak. Makanya pas dikasih minum diem kan kemarin?" ujar Bila menjelaskan.

Masha menatapnya tidak setuju. "Kemarin juga ditanya gitu, tapi ndak jawab adeknya."

Bila menghela napas. "Adeknya ndak jawab karena ndak dengar kali, Kak. Kalah sama suara tangisnya. Nanti kalau nangis coba langsung kasih dot aja, ya."

"Oke," jawab Masha cepat.

"Makanya cepetan ngomong toh, Dek. Bisanya kok nangis aja. Disuruh manggil Kakak juga cuma bilang Caaaa terus," gerutu Masha selanjutnya. Kemudian, anaknya itu mengangkat baju terusannya hingga nyaris menyentuh lutut agar leluasa berjalan cepat.

"Banjir, Kak?" sindir ayahnya.

"Enak begini, Yah. Gampang jalannya, bisa lari juga."

Begitu selesai berkata demikian, Masha langsung berjalan cepat meninggalkan ketiganya.

"Rasanya, kalau bukan demi Masha mendingan aku sama Naufal di rumah aja deh, Yah. Nggak enak sama jamaah lain." ujar Bila dengan mata tak lepas melihat Masha yang sudah berteriak memanggil Daun.

"Justru sejak kecil kita harus mengenalkannya pada masjid kan, Mei. Jadi pas sudah besar, tanpa disuruh mereka mau ke masjid. Omong-omong soal tidak enak tadi. Kamu tahu tidak cerita Rasulullah SAW, yang waktu itu sengaja mempercepat shalatnya. Ketika ditanya sama sahabat kenapa shalatnya cepat, ternyata karena ada suara bayi yang menangis. Terus ada juga ketika Beliau memanjangkan waktu sujudnya. Kamu tahu kenapa?"

"Kenapa, Yah?" tanya Bila dengan penasaran.

"Makanya sesekali lihat kajian di youtube nggak ada salahnya, Mei. Minimal karena nggak bisa ikut kajian langsung karena mengurus anak-anak kan masih bisa dapat ilmu juga. Kamu setiap kosong, malah pantengin cookpad terus."

"Demi anak-anakmu juga," protesnya tak terima.

"Iya juga, ya. Jadi, kukasih tahu, alasannya karena waktu itu kedua cucu Beliau sedang bermain di punggung ketika sujud. Jadi, ketika cucu-cucu ini sudah puas bermain, barulah Beliau berdiri."

"Ini kamu dapat cerita dari youtube, Yah?"

Suaminya itu tertawa. "Lebih tepatnya diingatkan, Mei. Dulu banget ternyata pernah dengar cerita yang sama, tapi udah lupa. Kemarin anak-anak dalam rangka edisi Ramadhan bukan Dilan lagi yang jadi topik pembicaraan. Mereka suka buka ceramah ustad-ustad populer di youtube."

"Lah, baru sekali nyimak aja sombongnyaaa," cibir Bila.

Yah, dipikirnya selama ini suaminya sudah menyimak banyak kajian. Ternyata baru juga. Pantas saja dia belum pernah memergokinya.

"Bukan sekali atau tidaknya, aku kan menyarankan. Oh iya, intinya masjid di jaman Rasulullah SAW itu tidak sepi dari anak-anak. Begitu, jadi kamu tidak perlu sungkan, tidak enak, dan sebagainya."

Bila mengangguk paham. Dengan   mendengar kisah ini, dia tak lagi sungkan mengingat tidak ada anak sekecil Naufal yang dibawa ke mushola.

"Baiklah. Oh iya, besok-besok Ayah yang nyimak youtube, terus bagi ke aku intinya, ya," ujar Bila setelah mendapatkan ide yang menarik.

"Ibumu mah mau enaknya ya, Nak."

Suami yang seakan mengadu kepada si Bungsu pun membuat Bila tertawa.

❤❤❤

"Mei, Kakak capek, udahan ya shalatnya."

Bila tersenyum sambil mengangguk. Padahal ini baru dapat empat rakaat pertama shalat tarawih, tetapi Masha sudah menyerah.

"Ya udah, Kakak tolong jagain adek, ya."

Masha yang mengangguk, membuat Bila lebih tenang dalam melanjutkan shalatnya. Setidaknya Naufal tidak akan menangis seperti malam sebelumnya.

Ketika empat rakaat selanjutnya berakhir, Bila menemukan Masha sudah terlelap dengan mukena masih terpakai. Dia tidur miring menghadap Naufal. Sementara itu, Naufal tampak tenang bermain motor-motoran. Sesekali dia menjadikan bahu kakaknya sebagai medan jalan.

Kalau ini sih bukan capek, tapi ngantuk, Kak.

Ketika tiga rakaat witir berakhir, Naufal menirukan kakaknya yang tidur miring. Matanya sudah sayu, khas mengantuk. Bila mengusap kepalanya dengan lembut. Biarlah mereka tidur selagi menunggu ceramah. Nanti dia bisa berbagi tugas dengan suaminya untuk membawa keduanya pulang.

❤❤❤

Apa yang kita rencanakan tak selalu berjalan sesuai keinginan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top