Diary Ramadhan 5
Sahur Perdana
"Kak, bangun, Kak."
Wajah pulas di depannya, membuat Bila nyaris menyerah. Akan tetapi, mengingat kejadian kemarin membuatnya menepuk kembali pipi Masha dengan lembut. Lebih baik sekarang susah payah daripada besok seharian terus diungkit.
"Kakkkk," panggilnya pelan.
"Kakak masih ngantuk, Mei," jawab Masha setengah sadar. Tangan kecilnya tergerak menjauhkan tangannya.
Fuhh, membangunkan Masha memang tidak mudah. Anaknya itu justru membetulkan selimutnya hingga dada.
"Yah, anakmu nggak mau bangun ini, ehh malah benerin selimut," lapor Bila yang mulai menyerah.
Suami yang sedang menggendong Naufal pun menghampiri. Dia menepuk pipi Masha dengan lembut.
"Bangun, Kak."
Tidak berpengaruh. Bila yang melihat hal itu tersenyum geli.
"Kak...."
"Kakak masih ngantuk, Yah."
Jawaban Masha sama seperti ketika Bila membangunkannya. Namun bedanya, di sini suaminya tidak menyerah. Dia berbisik tepat di telinga Masha.
"Sahur, Kak, sahur! Bentar lagi waktunya abis, udah mau adzan Subuh."
Seperti disengat lebah, Masha yang tadi malas bangun begitu mendengar kata sahur langsung bangkit duduk. Anaknya itu mengusap matanya dengan malas.
"Udah waktunya sahur, Yah?" tanyanya dengan pelan.
"Iya, ayo cuci muka terus maem."
"Gendong. Kakak masih loyo."
Bila akhirnya mengambil Naufal dan membiarkan suaminya menggendong Masha. Begitu di ruang makan, diletakkannya Naufal ke stoller.
Masha dan ayahnya menyusul kemudian. Basuhan air tidak membuat Masha berhasil mengumpulkan nyawa. Dia masih menggelendot pada ayahnya.
"Suapin, Yah," ujar Masha dengan mata tak sanggup terbuka.
Akhirnya, Bila terpaksa menyuapi dengan posisi sama. Masha yang masih dipangku ayahnya mengunyah makan dengan mata terpejam. Beruntung Naufal yang ikut bangun sejak awal bisa diajak kompromi dengan mobil-mobilan di tangan.
Ketika selesai, Masha kembali ditidurkan ke kamar. Dua puluh menit kemudian adzan berkumandang. Naufal yang senang sekali dengan suara adzan berteriak dengan bahasa bayinya seakan menirukannya. Tak lama, muncul Masha yang sudah membuka matanya lebar. Berbeda 180° saat sahur tadi.
"Udah bangun, Kak?" tanya Bila menyapa.
"Iya, Mei. Kan udah adzan, mau Subuhan. Ayah mana?"
"Lagi ambil wudhu."
"Kakak susulin, ya."
Bila mengangguk mengiyakan. Ah, jadi masalah sahur ini pun akan teratasi dengan kebiasaan. Masha yang terbiasa bangun ketika adzan subuh, nanti juga akan terbiasa bangun ketika panggilan sahur terdengar. Mereka tinggal memajukan waktunya selama tiga puluh menit. Semoga.
Jangan ditiru, ya Masha yang habis sahur tidur lagi.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top