Diary Ramadhan 11
"Fattah kamu puasa ndak?" tanya Masha kepada teman barunya
"Puasalah."
"Beneran?" tanya Masha dengan takjub.
"Iya."
"Kamu seharian ndak makan, kuat? Ndak laper?"
Pertanyaan Masha beruntun. Dia membandingkan dengan dirinya sendiri. Di saat menjelang siang saja dia sudah mulai kelaparan, kenapa Fattah kuat? Padahal usia mereka sama.
"Kamu sahur pakai apa?" tanya Masha lagi.
"Ya, pakai nasi."
"Berapa piring?"
"Kamu penasaran banget, Kak?" tanya Daffa yang duduk tak jauh dari mereka.
"Abisnya Kakak jam segini aja udah mulai laper, Yah. Tapi, kok Fattah ndak laper?"
Daffa mengangkat bahunya. Benar pertanyaan Masha, dia juga bisa mengajarkan belajar puasa versi Fattah nantinya. Kini perhatiannya, teralih dari obrolan para bapak kepada dua anak yang menyusun lego.
"Aku juga lapar kok," jawab Fattah begitu saja. Anak itu menjawab singkat satu pertanyaan Masha dan mengabaikan pertanyaan lainnya.
"Hebat!" puji Masha dengan tulus.
Obrolan tentang puasa berlalu, berganti dengan keduanya yang berunding soal lego. Daffa pun kembali ikut bergabung dengan obrolan para bapak. Obrolan yang tak jauh dari, Papa Alvin cerita tentang Caca, Ayah Reffi curhat tentang Didi yang masih santai-santai membujang, sementara dirinya dan Fadli sebagai bapak muda menjadi pendengar.
Waktu terus berlalu, adzan berkumandang.
"Sha, aku pulang dulu, ya. Udah adzan."
Masha mengangguk mengiyakan.
MasyaAllah, anak soleh, batin Daffa terpesona.
Masha, kalau sibuk bermain suka mengabaikan panggilan shalat. Sementara Fattah, langsung berdiri tanpa diingatkan. Anak itu kini langsung menghampiri ayahnya.
"Pa, ayo pulang! Udah adzan, Fattah mau buka, mau makan pakai ikan."
Zonk.
Daffa speechless, ternyata pemikiran sok tahunya tidak tepat. Fattah bukan berdiri karena panggilan shalat, tetapi untuk makan. Tapi, bukannya tadi puasa, ya?
"Kok buka puasa, Tah? Kan ini baru jam duabelas. Kalau buka puasa jam enam. Katanya kamu puasa."
"Fattah;nya puasa bedug, Kak Masha," jawab Fadli menjelaskan.
Oh, setengah hari.
"Itu namanya bukan puasa, Om. Kata Ayah, kalau puasa itu ya sampai Maghrib. Kalau buka pas bedug namanya belajar puasa. Beda! Kalau begitu Fattah ndak jadi hebat, masih sama kayak Kakak juga, buka pas bedug," protes Masha tidak terima dengan Fattah yang menyebut dirinya puasa.
Daffa tersenyum melihat Masha yang protes. Itu artinya, apa yang dia dan Bika ajarkan pada Masha sudah dipahami. Mereka tidak ingin Masha menilai kalau buka di tengah hari itu disebut puasa atau puasa setengah hari. Puasa itu yang sehari, hingga sore nanti.
"Ah iya, Kak. Maaf ya, Fattah tahunya setengah hari itu puasa. Terima kasih ya sudah diingatkan," ujar Fadli menjawab protes Masha.
"Iya, Om."
"Kami pulang dulu, ya. Assalaamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalaam."
"Pa, jadi Fattah dari kemarin nggak puasa?"
Samar terdengar pertanyaan Fattah kepada ayahnya. Daffa yang melihat hal itu merasa bangga. Boleh nggak sih dia menyombongkan diri atas hal ini? Skornya ada di atas Fadli dalam mendidik anak. Kalau dia menceritakan pada Bila, istrinya pasti akan semakin bersyukur telah mengikhlaskan Fadli dan memilihnya.
Bagaimana seorang anak tumbuh, tak lepas dari bagaimana cara mendidiknya.
❤❤❤
Sekali-kali Pak Daffa narsis boleh, ya.
😂😂😂
Maaf kemarin Masha absen🙏🙏 InsyaAllah kalau memungkinkan nanti update lagi menjelang buka.
Oh iya, untuk buku Calon Imam yang kondisi spesial sudah sold out, ya. Buat Bilanya masih ada 5pc. Kamu yang sudah dapat totalan + No rekening berarti sudah dihitung. Kalau belum dapat, berarti belum.
Kuy, sila dipesan sebelum kehabisan.
Buat teman-teman yang sudah ditotalin, kalau lewat tanggal 1 Juni belum bayar, nanti bukunya dikasih yang waiting list, ya.
Terima kasih.
Alya
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top