✉️ surat terkirim

Kepada, Seo Changbin.

Selamat pagi/siang/malam, Kak Changbin! Kalau Kakak baca surat ini, artinya aku lagi enggak ada di sini. Tenang aja, Kak. Aku dengan Seungmin dan Kak Wonpil. Kami akan pindah ke lingkungan yang lebih baik, masih di Seoul juga kok, cuma daerahnya pinggiran. Jisung juga ikutan di sini—sst, dia baru aja pacaran sama Seungmin, makanya enggak mau ditinggal gitu deh. Dan kebetulan juga tempat kami tinggal dekatan dengan dorm baru Hyunjin (biarpun orangnya sibuk banget, persiapan debut katanya). Yang pasti, aku enggak akan kembali ke rumah lamaku. Tapi nomorku masih sama, enggak berubah.

Dengan surat ini, aku juga turut memberikan catatan harianku. Atas permintaan sahabatku, aku nulis semua perasaanku dan apa yang kualami di sini. Catatan harian ini lebih kenal aku dibandingkan siapapun. Catatan harian ini lebih tahu aku yang sebenarnya seperti apa. Aku mau Kakak tahu aku lebih dulu daripada ini sebelum aku menjawabnya.

Maafkan aku, Kak Changbin. Aku belum bisa jawab pernyataan cinta Kakak. Kalau aku boleh jujur maka jawabannya adalah: ya. Aku cinta Kakak. Aku cinta banget sama Kakak sampai rasanya dada ini mau meledak. Aku bahagia tiap kali aku dengan Kakak, di saat yang sama, aku takut kalau setelah ini kebahagiaanku akan berakhir. Tapi aku enggak mau kalau Kakak menyesal denganku. Aku enggak seindah yang Kakak pikir. Aku buruk rupa, aku racun, aku negatif, aku penakut, dan seterusnya, dan seterusnya. Enggak ada yang mau dekat-dekat dengan orang negatif, nanti kamu bisa ketularan negatif. Kadang aku masih suka mikir, "Apa Kakak akan menyesal nanti kalau jadi pacarku?".Jadi aku mikir, aku akan menyerahkan catatan harianku dan membiarkan Kakak membacanya. Sebelum aku menjawab, aku mau kakak tahu siapa aku yang sebenarnya. Dan andai Kakak masih menginginkanku, Kakak bisa balas surat ini ke alamatku yang baru.

Setiap orang mempunyai topeng. Setiap orang mempunyai sisi palsu yang mereka tunjukkan kepada orang lain demi bertahan hidup. Dan pada beberapa orang, topeng itu terlalu lekat. Jika mereka melepaskannya, maka lapisan kulit wajah mereka akan turut tercabut paksa. Kalau menurutku, tanda-tanda bahwa topeng itu telah menyatu dengan kulitmu adalah saat kau tidak tahu siapa dirimu sebenarnya. Sebelum menulis surat ini, aku sekali lagi memandang cermin dan berpikir. Siapa aku? Siapa bayangan yang kulihat di depan cermin? Mengapa bayangan itu terasa begitu jauh dan asing? Mengapa bayangan itu jelek sekali?

Aku enggak kenal diriku sendiri. Bagaimana Kakak mau mengenaliku? Bagaimana Kakak mau mencintaiku? Aku saja enggak tahu aku itu siapa. Felix yang mana? Felix yang juara umum di tiap semester sekolah? Felix yang tulisannya dipublikasikan di mana-mana? Felix yang tariannya indah? Felix yang enggak bisa tidur? Atau justru Felix yang kena serangan jantung dan lambungnya berdarah karena dia ketakutan?

Apa Kakak tahu jawabannya? Aku itu siapa?

Apa aku pantas bersama Kakak? Apa aku pantas menyayangi Kakak? Enggak ada orang yang mengaku 'sayang pada dirinya sendiri' tapi bikin badannya sendiri serusak ini. Aku sayang Kakak, aku sayang teman-temanku, tapi aku enggak sayang sama diriku sendiri, enggak bisa. Aku tahu monster apa yang ada di dalam diriku dan aku tahu kerusakan apa yang sudah dia perbuat ke orang-orang di sekitarku. Karena itulah aku enggak bisa, aku enggak bisa ikut menjinakkan dan sayang juga dengan monster ini. Apa Kakak akan kecewa? Aku enggak bisa bilang banyak ke Kakak, tapi intinya, aku menuai apa yang sudah kutanam. Aku menerima apapun jawaban Kakak, biarpun Kakak nolak aku atau bahkan Kakak memintaku mencintai diriku sendiri dulu (yang kayaknya—terdengar seperti penolakan halus soalnya mungkin seumur hidup aku enggak bisa, aku enggak tahu caranya, Kak). Atau kalau Kakak masih menerimaku. Aku akan menerima apapun itu.

Dan apapun jawaban Kakak, biarkan aku tetap mencintai Kakak tanpa mengganggu.

Maafkan aku, Kak. Aku takut kalau aku menyakiti Kakak seperti aku menyakiti sahabat-sahabatku. Aku enggak mau itu terjadi. Aku harap Kakak memahami keputusanku.

Salam hangat,

Lee Felix

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top