✉️ surat diterima (2)
Kepada, Lee Felix,
Sebelumnya, aku mau bilang kalau aku enggak pintar menulis. Tapi kupikir, akan lebih bagus kalau aku membalasnya lewat tulisan. Sudah kubaca catatan harianmu. Omong-omong, Lix, rasanya kayak kamu cerita ke aku langsung mengingat namaku disebutkan berulang. Selama ini, kamu enggak pernah cerita ke aku, enggak peduli beberapa kali aku berkata kalau kamu selalu punya aku buat cerita. Tapi setelah aku baca ini, aku mengerti semuanya. Biarpun masih ada pertanyaan yang mengganjal. Ke mana Felix yang aku kenal? Ke mana Felix yang selalu menyemangati orang untuk enggak menyerah lewat tulisannya? Ke mana Felix yang masih sempat menyemangati aku saat aku putus asa dengan CSAT?
Dan aku akhirnya menyadari sesuatu. Felix yang kukenal adalah topeng. Dan Felix yang sebenarnya adalah pemuda yang tengah sekarat. Dan aku enggak keberatan menemaninya dan menguatkannya sama sekali.
Sayangnya aku enggak mengenalmu lebih dulu saat orientasi sekolah. Aku mengenalmu dari rak buku kakak sepupuku. Omong-omong, dia penggemar beratmu dan dengan semangat, dia meminjamkan semua novelmu padaku. Di saat itulah aku jatuh cinta pada orang di balik tulisan-tulisan itu. Dan aku mengenal siapa orang yang berada di balik tulisan-tulisan hebat itu. Orang itu ialah juniorku yang kikuk, juniorku yang selalu tersenyum. Felix yang sempurna. Lucu, aku malah menyangka kalau akulah pungguk dan kamu itu bulan, Lix. Aku menganggapmu enggak tergapai sampai akhirnya Minho memberikanku kesempatan itu. Kamu gugup, aku sebenernya lebih gugup. Tapi aku terus memberanikan diri karena kupikir, aku enggak akan dapat kesempatan ini dua kali. Aku mau pengakuan dosa: sebenarnya yang menguatkanku untuk jadi dokter adalah tulisanmu. Tentang seorang calon dokter yang ingin membantu sesama. Tulisanmu pun menguatkanku dalam banyak hal. Kamu, itu sebenarnya pahlawanku, Felix. Kamu itu sebenarnya menyelamatkanku dan aku berhutang budi padamu.
Bahkan ada masa bagi pahlawan untuk terjatuh. Aku maklum akan itu.
Semoga di sekolahmu yang baru, kamu bisa lebih mencintai dirimu sendiri. Aku tahu kalau enggak ada yang enggak mungkin—termasuk dalam perkara mencintai diri sendiri. Aku yakin kalau kamu cuma butuh waktu. Hidupmu masih sangat, sangat panjang, Lix. Waktumu itu masih sangat banyak, pun kesempatanmu. Selamatkanlah lebih banyak orang, Felix, tapi jangan lupa juga buat selametin dirimu. Percayalah, enggak ada orang yang enggak berarti di dunia. Mungkin buat orang lain, kamu cuma komponen kecil dari mesin yang kompleks. Tapi bagi beberapa orang, kamu itu roda gigi terbesar dari mesin mereka. Jika kamu hilang, jika kamu rusak, maka orang itu akan hancur dan merasakan kehilangan yang teramat. Ada sekian milyar manusia di muka bumi ini, Felix. Dan enggak mungkin kamu enggak berarti bagi semua orang.
Aku masih mencintaimu. Dan aku masih ingin kau jadi pacarku. Biar kutanya sekali lagi. Lee Felix, maukah kau menjadi pacarku?
Salam hangat,
Seo Changbin
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top