4. Ergotisme

Ergotisme (ergotism) adalah nama penyakit yang menyerang hewan dan manusia yang diakibatkan oleh konsumsi tanaman yang mengalami Ergot of Rye dalam jangka panjang. Penyakit yang awalnya terlihat seperti keracunan ini bahkan dapat menyebabkan kematian yang sangat mengerikan, loh guys! Ergotisme juga dikenal dengan 'Penyakit dari Abad Pertengahan'.

Saat pengadilan penyihir Salem pada abad pertengahan, Ergot of Rye ini pernah mengemuka dan menjadi salah satu bukti yang dibahas pada persidangan itu, Loh!

Kok bisa? Penasaran kan? Penasaran donk wkwkwk maksa

Apakah ergotisme ada hubungannya dengan sihir dan para penyihir di abad pertengahan? Mari kita simak pembahasannya lebih lanjut.

Ergotisme

Ergotisme adalah efek dari keracunan jangka panjang yang dialami oleh hewan atau manusia akibat mengkonsumsi makanan yang tercampur alkaloid yang dihasilkan oleh jamur Calviceps Purpurea (Jamur Ergot/ Jamur Api). Ergotisme (ergotism) juga dikenal dengan sebutan ergotoxicosis, keracunan ergot atau Saint Anthony's Fire.

Gejala keracunan tergantung pada jumlah alkaloid yang masuk ke dalam tubuh. Semakin banyak yang masuk, tentunya kondisi keracunan akan semakin parah.

Namun ada beberapa kondisi yang paling sering terjadi pada orang-orang yang keracunan ergot, yaitu: kejang-kejang, diare, muntah, kurang tidur akibat kesulitan untuk tidur, perilaku maniak, berhalusinasi, mobilitas anggota gerak terganggu, sensasi terbakar pada kulit, warna hitam pada kulit, serta mati rasa pada tangan dan kaki.

Terdapat dua jenis ergotisme berdasarkan gejala yang diderita, yaitu:

1) Ergotisme yang ditandai dengan gejala kejang otot, demam, dan halusinasi. Penderita ergotisme jenis ini kemungkinan akan terlihat linglung, tidak dapat berbicara, maniak, mengalami kelumpuhan atau tremor, menderita halusinasi dan persepsi terdistorsi lainnya. Hal ini disebabkan oleh stimulasi serotonergik (sindrom yang mengatur siklus tidur, suasana hati, sistem pencernaan, sistem pernapasan dan nyeri) sistem saraf pusat oleh beberapa alkaloid jamur.

Berdasarkan penjelasan di atas, beberapa peneliti menyimpulkan, sangat besar kemungkinan, ergotisme menjadi penyebab beberapa insiden aneh dan sulit dijelaskan sepanjang sejarah.

2) Ergotisme jenis kedua ditandai dengan pembakaran yang hebat pada beberapa anggota tubuh, umumnya kaki dan tangan. Tangan dan kaki orang yang terinfeksi ergotisme jenis ini akan berwarna hitam seperti terkena luka bakar. Bahkan, pada kondisi yang sangat parah, orang yang keracunan dapat kehilangan anggota tubuhnya. Hal ini disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah saat manusia atau hewan terkena ergotisme.

Sebagai catatan, Ergot tidak mengandung zat yang membuat kecanduan. Jadi jangan berpikir jika sekali mengkonsumsi ergot, manusia akan ketagihan. Namun, akoloid ini mengandung ergotamine, yang dapat digunakan untuk mensintesis LSD. Ergotamine ini dapat meyempitkan pembuluh darah pada hewan dan manusia.

Ergotisme Pada Abad Pertengahan

Pada tahun seribuan di Eropa pernah muncul penyakit yang dianggap sebagai wabah pada manusia hingga menyebabkan kematian yang sangat banyak dan tak terelakkan. Orang-orang mengalami sakit dengan ciri-ciri kaki dan tangan yang menghitam, kulit mengalami bercak, ruam hingga kutil, dan halusinasi.

Hal ini disebabkan karena masyarakat yang dianggap miskin pada masa itu hanya mampu mengkonsumsi biji gandum yang terkontaminasi ergot. Ergot tidak akan hancur hanya dengan sekali giling, apalagi pada gandum hitam, kernel jamur ergot akan otomatis berbaur dengan biji gandum hitam. Sementara, gandum yang bersih disimpan untuk persediaan makanan kaum bangsawan. Akibatnya, banyak orang yang kemudian terkena penyakit mengerikan dan berhalusinasi.

Dokter dan tenaga kesehatan pada masa itu belum dapat mengenali dan mendiagnosa penyakit yang ditimbulkan akibat keracunan jangka panjang tersebut. Tanpa pengalaman dan ilmu, akhirnya mereka beranggapan jika penyakit itu disebabkan oleh para penyihir.

Berikut ini beberapa kisah tragis yang terjadi akibat ergotisme pada abad pertengahan.

Pada tahun 1095 Masehi, sebuah ordo biksu menjadikan tempat peribadatan mereka sebagai tempat perawatan khusus untuk korban ergotisme pada masa itu. Mereka merawat korban ergotisme dengan balsem yang mengandung ekstrak tanaman penenang dan perangsang sirkulasi. Hai inilah yang menjadi cikal bakal disebutnya ergotisme sebagai Saint's Anthony Fire.

Sebuah kisah tragis lainnya terjadi pada tahun 1951 Masehi, di Pont St. Esprit di Rhone Valley. Peristiwa itu memakan korban sebanyak kurang lebih 300 orang. Lima orang akhirnya meninggal, sedangkan sisanya mengalami cacat seumur hidup.

Mereka yang cacat mengaku, telah mengalami halusinasi mengerikan. Salah satunya pengakuan dari seorang pria yang merasa seolah-olah segerombolan ular merah hendak melahap otaknya.

Ada pula orang yang merasa dirinya sangat kuat hingga sanggup membebaskan diri dari jaket pengikat orang gila dengan cara mengginggitinya. Akibatnya gigi orang tersebut sebagian besar mengalami kerusakan. Halusinasi lainnya terjadi pada seorang pria yang memiliki kemampuan membengkokkan dua batang teralis besi pada jendela rumah sakit karena merasa ia dikejar-kejar harimau.

Pada tahun 1518 Masehi, sebuah peristiwa menggemparkan terjadi di Strasbourg yang dikenal dengan peristiwa The Dancing Plague. Setidaknya terdapat 400 orang dikabarkan tewas pada rentang waktu yang nyaris bersamaan di Strasbourg setelah menari selama berhari-hari selama lebih dari sebulan. Kematian tersebut disebabkan oleh kelelahan. Namun, tentu saja penyebab dari orang-orang yang menari saat itu adalah ergotisme.

Ergotisme dan Para Penyihir Salem

Pada tahun 1976 Masehi, seorang ilmuwan bernama Caporel akhirnya mengungkapkan sebuah penjelasan medis tentang "teori penyihir" di dalam artikelnya. Caporel mengungkapkan jika gejala dari gandum hitam yang tercemar ergot (ergotisme) mungkin menjadi sumber dari tuduhan tak berdasar yang menyebabkan kematian ribuan "penyihir" dan "tukang sihir" di tiang pancang pada abad pertengahan.

Caporel menjelaskan mengenai perkembangan jamur ergot pada abad pertengahan di Amerika. Amerika merupakan tempat yang cocok sebagai wilayah tumbuhnya gandum serta kondisi iklim yang dapat mendukung gandum gandum hitam untuk tumbuh.

Menurutnya, hujan yang sering terjadi pada masa pra-panen berkontribusi pada penyebaran jamur ergot. Terlebih lagi jika para petani menyimpan gandum yang telah mereka panen pada tempat yang lembab. Sedikit jamur ergot yang tercampur di dalam tepung sudah sangat cukup untuk menyebabkan keracunan parah.

Dalam artikelnya, Caporel juga mengemukakan bahwa
bahwa gejala kejang-kejang, seperti gangguan sensasi menyakitkan dan serta gejala-gejala psikologis seperti halusinasi, semuanya merupakan gejala yang dilaporkan dalam catatan yang diangga sebagai ilmu sihir Salem. Gejala-gejala tersebut juga telah dilaporkan pada persidangan penyihir Salem.

Caporel menyimpulkan bahwa kemungkinan besar gandum hitam yang tercemar ergot di Amerika menjadi sumber tuduhan tak berdasar atas keberadaan penyihir dan ilmu sihir di Salem.

Akibat mayoritas penduduk suatu tempat (desa atau kota) yang memiliki gejala penyakit sebagaimana yang tersebut di atas, maka orang-orang mulai bertanya-tanya dan berusaha mencari penyebabnya karena takut tertular penyakit yang sama. Dengan minimnya ilmu dan pengetahuan pada masa itu, mereka kemudian menganggap wabah yang menimpa mereka sebagai ulah dari ilmu sihir.

Seperti pada kasus-kasus yang sering terjadi, fenomena alam seperti ini akhirnya ditimpakan pada seorang wanita lanjut usia, yang sebenarnya tidak berdosa. Namun, karena wanita sangat miskin dan dianggap tidak mampu lagi untuk memiliki keturunan, tidak memiliki keluarga yang dapat memberikan dukungan, wanita ini menjadi sasaran kambing hitam yang sangat tepat. Terlebih jika wanita seperti itu tinggal di pinggiran desa dan mungkin hidup hanya dari mengumpulkan rempah-rempah, sisa-sisa gandum di kebun dan tidak punya cukup uang untuk membeli tepung dari pabrik penggilingan. Wanita seperti ini kemungkinan akan terselamatkan dari ergotisme, tapi justru karena inilah ia akan menjadi tertuduh penyihir.

Selain Caporel, pada tahun 1982 Masehi, sejarawan Mary Matossian juga mengangkat teori Caporael dalam sebuah artikel. Ia mendukung artikel Caporel sebelumnya. Matossian berpendapat bahwa gejala "penyihir" mirip dengan yang diperlihatkan pada mereka yang menderita keracunan ergot.

Dugaan bahwa ergotisme dapat menjelaskan kasus-kasus aneh yang dianggap sebagai ulah penyihir telah diperdebatkan dan telah dikritik oleh beberapa sarjana. Dalam satu tahun setelah artikel Caporel dipublikasikan, sejarawan Spanos dan Gottlieb membantah gagasan itu dalam jurnal yang sama.

Spanos dan Gottlieb menyimpulkan bahwa ada beberapa kekurangan dalam penjelasan Caporel. Salah satu diantaranya adalah pendapat mereka tentang persediaan makanan yang terkontaminasi, maka gejala akan muncul pada seluruh anggota rumah tangga, bukan individu.

Sejarawan Leon Harrier membantah pendapat Spanos dan Gottlieb. Ia lebih lanjut mengungkapkan bahwa meskipun makanan pokok telah dimasak dengan benar, penduduk yang menderita sakit maag memiliki risiko menyerap racun melalui lapisan perut lebih tinggi.

Ergot tidak akan bertahan dalam lingkungan asam lambung manusia yang khas, terutama dalam makanan yang dimasak dengan benar. Tetapi jika terdapat penduduk yang kekurangan gizi hingga menderita sakit maag berdarah, mereka dapat terkena dampak dengan menelan biji-bijian yang terkontaminasi. Hal ini menjelaskan mengapa ergotisme tidak terdeteksi sebelumnya.

Spanos dan Gottlieb lebih lanjut menyatakan bahwa keracunan ergot memiliki gejala lain yang sama sekali tidak terkait dengan kejadian di Salem. Mereka mengungkapkan jika sangat sedikit kemungkinan anak-anak menderita ergotisme, sementara pada persidangan penyihir Salem, anak-anak dan remaja yang menderita cukup banyak.

Antropolog H. Sidky menambahkan sebagai pendukung pendapat Spanos dan Gottlieb, mencatat bahwa ergotisme sebenarnya telah dikenal selama berabad-abad lalu bahkan sebelum persidangan penyihir Salem. Ia berpendapat bahwa harusnya gejala penyakit ini pasti sudah dikenali selama persidangan penyihir Salem, jika memang itu adalah ergotisme.

Sebuah penemuan pada tahun 2003 menunjukkan bahwa jamur ergot yang diproduksi oleh Claviceps purpurea yang berbeda serta tumbuh di tanah yang berbeda, dapat menghasilkan komposisi alkaloid ergot yang berbeda juga. Hal ini mungkin menjelaskan berbagai bentuk ergotisme dalam wabah yang berbeda. Sebagai contoh, suatu alkaloid yang hadir dalam konsentrasi tinggi dalam ergot dari Eropa timur Rhine mungkin menyebabkan ergotisme kejang, sementara ergot dari barat menyebabkan epidemi ergotisme gangren (jaringan tubuh yang mati).

Sumber:

Wikipedia

https://translate.google.com/translate?u=https://en.wikipedia.org/wiki/Ergotism&hl=id&sl=en&tl=id&client=srp

https://www.techno.id/science/benarkah-dinosaurus-pernah-nge-fly-karena-memakan-jamur-ini-1503310.html

https://brainly.co.id/tugas/4258967

http://haiyulfadhli.blogspot.com/2016/02/ergot.html

https://yp32.ru/id/grib-parazit-sporynya-chem-opasen-vozbuditel-ergotizma-sporynya/

Pinterest

Author note:

Gimana gengs apakah kamu masih percaya kalau peristiwa Salem Witch Trial akibat ulah penyihir? Atau kamu mau nyobain Jamur Ergot dulu dan gimana rasanya mengalami ergotisme? Ngehehehe bercanda. Well, terserah kamu sih mau percaya yang mana. Sebagai calon penyihir, aku hanya menyampaikan pelajaran yang aku dapat di kelas apa adanya. Silakan putar multi media dibatas barangkali suka dan menginspirasi.
Terima kasih sudah mampir yaa 🧙❤️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top