01 :: Semua Kebingungan Karena Genesis

Suara antara garpu dan pisau yang berdenting menjadi satu-satunya musik pengiring di acara makan malam keluarga Henzeur. Bukan karena anggota keluarga Henzeur yang terlalu syahdu menyantap hidangan malam, namun disebabkan oleh percekcokan yang biasa kau jumpai di antara anggota keluarga besar.

Genesis Henzeur kemungkinan telah bertindak di luar batas pada malam itu. Sayangnya, gadis cilik itu tak sekalipun sadar kalau perbuatannya hampir membuat si jangkung Arveon hampir di ambang hidup dan mati.

"Saya sudah selesai." Genesis beranjak dari kursi, meninggalkan sebagian anggota keluarganya yang mati kutu karena perbuatannya beberapa menit lalu. Dari balik punggungnya, dia bisa merasakan gosip menjijikkan yang keluar dari bibir para bibi dan sepupunya.

"Sudah kuduga, ada yang tidak beres dengan anak Miklaus."

"Kemungkinan itu semua gara-gara darah orang Nerba yang mengalir dalam tubuhnya. Darah terkutuk yang diwariskan oleh ibunya!"

Dan berbagai macam caci maki serta bualan yang lain. Genesis biasanya tahan banting dengan segala komentar, namun sikap anggota keluarganya tadi sudah kelewatan batas untuk mencampuri urusan pribadinya. Dipaksa untuk kembali ke Akademi Greda, satu-satunya akademi di Grepolizh yang hanya menerima pengguna kesaktian, padahal mereka sendiri mengetahui bahwa dirinya tak memiliki kesaktian sejak lahir, melainkan memiliki kutukan. Hah, lucu sekali.

Pantulan rembulan dari kolam ikan yang terawat membuat Genesis menghentikan langkahnya sejenak. Dia berjongkok di tepi kolam, mengamati ikan-ikan yang hilir mudik. Iseng, jarinya telunjuknya dicelupkan, merasakan dinginnya air kolam.

"Hoi."

Genesis hampir tercebur jika saja dia tidak memegangi bebatuan besar di sampingnya. Dia cuma merengut seraya menghindari tatapan dari pemuda yang memanggilnya, Eliseo.

"Kau hampir membuat si jelek itu kehabisan darah, meskipun aku sendiri mengharapkan upacara pemakamannya. Tetapi, apakah kau ingin mencoreng nama Paman Miklaus dengan bertindak di luar batas seperti itu?" Rambut kepirangannya tertiup angin malam, menampilkan dahi lebar yang bagi Genesis lebarnya sudah keterlaluan. Dua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana. Mungkin, bagi gadis-gadis lain ketika berhadapan dengan Eliseo yang seperti itu membuat mereka kejang-kejang―bukan secara harfiah. Namun, berbeda dengan Genesis. Gadis cilik itu ingin sekali menggetok kepalanya menggunakan batu.

"Kalau saja dia dan para bibi yang sok ikut campur itu tak memaksaku untuk kembali menjadi murid di Akademi Greda, aku tak akan bertindak seperti itu."

"Nah, itu masalahnya. Kau tak bisa mengendalikan emosimu. Dan, apa pula tadi itu? Kau membuat Arveon mimisan hanya dengan menatapnya. Aku pikir, itu kesaktian barumu karena ketidakmampuanmu dalam mengendalikan emosi."

"Hah, kesaktian baru. Lucu sekali. Mendadak kau nggak bisa membedakan antara kesaktian dengan kutukan jika berada di dekatku," ejek Genesis.

Sorot dari manik abu-abu milik Eliseo menjadi sorot dingin. "Memang benar. Tahu tidak, berapa banyak aku hampir menggunakan kata kutukan ketika membicarakan kesaktianmu itu? Tak terhingga!"

Raut muka Genesis langsung berganti. Anak itu diam seribu bahasa. Perkataan Eliseo jelas-jelas menohoknya. Sebenarnya, Genesis tak mengira jika Eliseo akan mengatakan hal seperti itu, tapi setelah dipikir-pikir kembali, Eliseo tetaplah Eliseo. Pemuda sok berwibawa yang tak memperdulikan hati lawan bicaranya.

Maka, anak itu pun beranjak, dengan sengaja menabrakkan bahunya keras-keras kepada Eliseo.

Eliseo pun mengernyitkan dahinya. "Mau kemana kau?"

"Mau pulang!" balas Genesis dengan suara menggelegar. Kemudian, dia berjalan seraya menghentak-hentakkan sepatu botnya, tak lupa melontarkan berbagai macam umpatan dengan keras-keras.

"Dasar bocah keras kepala."

Eliseo sama sekali tak berminat untuk menghentikan aksi nekat adik sepupunya. Dia tidak khawatir kepada Genesis yang akan pulang ke rumah mereka hanya dengan berjalan kaki. Dia hanya khawatir kepada orang-orang yang akan bernasib apes ketika bertemu dengan Genesis si pemarah di perjalanan nanti.

Genesis mungkin anak yang penuh kenekatan. Akan tetapi, bagi Dani ini sungguh kelewatan. Pasalnya, ketika wanita berambut kemerahan itu akan menutup gorden, indra pendengarannya menangkap suara sepatu bot yang begitu familiar. Alangkah terkejutnya dia. Begitu membuka pintu, sosok Genesis menjinjing gaunnya tinggi-tinggi.

Sesaat Dani akan mengoceh panjang lebar, namun hal itu tak jadi dilakukan olehnya begitu melihat hidung Genesis yang kembang-kempis. Dani paham, jika dia menanyakan keadaan Genesis pada saat ini hanya akan memperparah keadaan. Maka, satu-satunya pengasuh yang berada di kediaman Henzeur itu menyuruh Genesis untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum beristirahat.

Suasana yang begitu hening pun membuat indra pendengaran Dani menangkap ketukan pintu dengan jelas. Bukan berasal dari luar, tapi ketukan itu berasal dari ruang tamu, ada di balik rak buku yang berjejer. Dengan sekali lambaian tangan Dani, salah satu rak tersebut bergeser, menampilkan lorong di balik lemari yang diterangi oleh pelita. Di lorong itu pula sosok Eliseo tengah menunggu, dengan pipi kanannya berhiaskan cap tangan.

"Tuan Eliseo, pipi Anda ..." Dani sungguh tak habis pikir dengan anak-anak muda Henzeur. Sepertinya, membuat masalah adalah hobi baru bagi mereka.

"Terima kasih sudah khawatir, tapi itu bukan masalah besar. Besok pasti sudah baikan." Eliseo menempati sofa yang tak jauh dari jangkauannya. "Yang terpenting adalah, apakah bocah merepotkan itu telah kembali?"

"Sudah daritadi, Tuan. Ngomong-ngomong, Anda ingin saya buatkan minuman hangat?"

"Tidak perlu. Aku cuma ingin menceritakan apa yang sebenarnya terjadi di kediaman utama Henzeur. Duduklah."

Setelah Dani duduk di hadapan Eliseo, barulah Eliseo bercerita mengenai Genesis dimulai dari keluarga besarnya yang mendesak Genesis untuk mengikuti Akademi Geev dan aksi penuh kenekatannya. Termasuk juga perkataan Eliseo terhadap Genesis serta alasan mengapa Eliseo bisa mendapatkan cap tangan secara cuma-cuma.

"Tuan Eliseo, maaf jika saya kurang ajar tetapi Anda pantas mendapatkan tamparan itu dari bibi-bibi Anda," komentar Dani seraya mencengkeram roknya.

Eliseo tersenyum kecil. "Aku tahu, Dani."

Wanita yang mengabdi sebagai pelayan di salah satu keluarga Henzeur tersebut tersentak. "Maaf, Tuan Eliseo. Anda bisa melanjutkannya."

"Aku melihat bocah itu menatap tajam si jelek Arveon. Lama kelamaan, si jelek mimisan. Ini asumsiku semata, namun sepertinya itu ku―maaf, maksudku kesaktian baru Genesis." Eliseo meralat perkataannya seraya menggerutu. Dani mengerti. Mengatakan kutukan adalah hal yang sangat pantang di rumah keluarga Henzeur, terutama jika hal itu telah menyangkut dengan Genesis.

"Jadi bukan insting yang hampir mencelakai Tuan Arveon, namun kesaktian baru Nona Genesis?"

Eliseo mengangguk. "Kupikir begitu. Selama ini, yang kuperhatikan dari Genesis ialah insting yang dia miliki berhubungan dengan fisik, katakanlah seperti menghajar dengan tangan kosong atau kelihaiannya dalam menggunakan pisau. Kali ini jelas berbeda. Yang ini jelas-jelas nonfisik. Hanya menggunakan tatapan matanya maka lawannya akan hancur."

"Kalau begitu, keberadaan mengenai kesaktian baru Nona Genesis haruslah dirahasiakan, terutama dari keluarga Novak dan keluarga Yenzena."

"Benar sekali. Selain salah satu dari keluarga Novak yang sialnya bertetangga dengan kita, keluarga Yenzena adalah opsi paling berbahaya dari Holos Heptana. Eksistensi mereka terutama pasca Ledakan Zatikaur sudah tidak bisa dipandang sebelah mata kembali." Kedua tangan Eliseo dijadikan sebagai bantalan kepalanya. "Tapi kurasa, hal itu tidak berbahaya amat seperti yang kita kira, mengingat jika seluruh bangsawan sudah mengira jika insting Genesis adalah itu."

"Maksud Anda, bukan kesaktian?"

Eliseo mengangguk. "Iya, yang itu. Kan mereka ngotot kalau insting Genesis itu bukan kesaktian."

"Ooh ... Saya mengerti. Akan tetapi, kita juga tidak boleh menyepelekan hal tersebut dengan tetap merahasiakan kesaktian baru Nona Genesis. Benar begitu, Tuan?"

"Benar sekali, Dani."

Selanjutnya hening menerpa keduanya. Dani memikirkan nasib-nasib yang akan terjadi apabila keluarga Novak maupun keluarga Yenzena mengetahui kesaktian yang dimiliki oleh Genesis. Ditambah dengan sifat pemarah Genesis, sepertinya mereka harus ekstra dalam menjaga sang Nona. Akan tetapi, keluarga-keluarga bangsawan lain yang tergabung dalam Holos Heptana juga telah beranggapan bahwa Genesis telah memiliki kutukan sejak kemampuan instingnya terlihat, bukan baru-baru ini. Terlebih, kesaktian Genesis yang baru-baru ini muncul harus dirahasiakan.

Tiba-tiba Dani menyerngit. Seketika dia merasa ada kejanggalan. "Tuan Eliseo."

"Ya, Dani?"

Sang pelayan yang sekaligus merangkap sebagai pengasuh Genesis itu terlihat ragu-ragu. "Anda tadi pergi bersama Nona Genesis menggunakan lorong. Pulangnya juga. Sementara itu, Nona Genesis nekat berjalan kaki dari Vorya ke Noezeuk. Mengapa tidak menggunakan lorong saja?"

Tampak kekehan tersungging di wajah Eliseo. "Lorong di sini tersambung dengan lorong ruang makan keluarga Henzeur, Dani. Kau tahu kan, bocah itu gengsinya sebesar gajah. Jelas sekali dia tak ingin menjatuhkan harga dirinya dengan menggunakan lorong tersebut."

a/n :

kalo kalian bingung antara kesaktian dan kutukan, gambaran kasarnya begini :

kesaktian : elemen

kutukan : non-elemen, bukan kesaktian

bukan kesaktian sendiri bisa dibilang versi halusnya dari kutukan, versi lebih sopannya begitu. 

sampai segini paham?

cheers,

ekuivalent

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top