7. Sungai

______
Enjoy
____

[Castie Pov]

"Sudah lama sekali"
Ucap pria ini dengan tiba-tiba.

"APA?"
Tanyaku bingung.

"sudah lama sekali aku terkurung dalam lukisan. Kau melepaskan segel yang mengurungku. Trimakasih."

Aku menatapnya bingung. Apa apaan? Segel? Terkurung? Maksudnya?

"HAH? Apa maksudmu?"
Ucapku penuh penekanan. Aku bisa merasakan kedua keningku yang kini telah menyatu.

Ia hanya menatapku.

Kami saling menatap.

"BUG!"
Aku memukul dadanya.

"awwh"
Erangnya.

"aku bertanya padamu! Jawab pertanyaanku bukan malah menatapku sialan!"

Sembari meringis kesakitan, pria ini menatapku. Lagi-lagi menatapku.

"Si z koup naen erwaaij jjaa"
Katanya.

Tunggu, aku mengingat sesuatu, sepertinya aku pernah membaca tulisan itu.

"Tulisan yang kubaca tadi?"

"Benar"

"Jadi maksudmu, karna aku membacanya membuatmu terlepas dari.....?"
Aku ragu melanjutkan ucapanku.

"kurungan"
Lanjutnya.

"iya itu maksudku"

"iya"
Jawabnya singkat.

"IYA APA?"

"iya, kau melepaskanku"

Waw keren sekali.

"jadi maksudmu, aku sudah menyelamatkanmu?"

Ia mengangguk.

"Kau serius?"
Tanyaku sekali lagi meyakinkan.

Dan sekali lagi ia mengangguk.

"waaw"
Kagumku memikirkan betapa kerennya diriku yang sudah menyelamatkan seseorang.

"tapi, siapa yang mengurungmu?"
Tanyaku.

Ia tak menjawabku.

Wajah tenangnya seketika berubah. Saat ini aku melihat sebuah kemarahan dimatanya.

Apakah aku salah bicara?

Melihatnya yang seperti itu, membuatku ikut membisu.

"kita bersihkan lukamu terlebih dahulu. Lalu, akan kuceritakan semua padamu"

Aku mengangguk.

—•

Hingga akhirnya kami sampai di sebuah sungai. Disini cukup berkabut.

Ia menurunkanku pelan di bibir sungai.

"astaga, coba kau lihat gaunmu."
Ucapnya meledekku.

Aku hanya memandangnya datar.

Aku membersihkan lukaku, gaunku, merapikan rambut anehku yang tiba-tiba berubah warna. Akan ada banyak sekali pertanyaan yang akan kuberikan pada pria ini.

—•

Sekarang, kami berdua duduk ditepi sungai.

"Tulisan tadi, yang katamu adalah mantra pengurung itu dari bahasa apa?"

"Bahasa?"

"Iya bahasa"

"Aku tak mengerti maksudmu"

"Heeh?!"

Ia hanya menatapku.

"Apa artinya?"
Tanyaku sekali lagi.

"Mana kutau"
Jawabnya.

"Sialan"

"berhenti berbicara dengan kata kata yang aneh."

"KAU YANG ANEH!"
Ucapku tegas

Aku memalingkan wajahku darinya, pria ini menyebalkan sekali!

"hey"

Aku tak menghiraukannya, walau aku tahu pria ini sedang menoleh padaku sedari tadi.

"emosimu layaknya cuaca."
Ia melanjutkan ucapannya.

"aku mau pulang."
Ucapku cepat.

"pulang?"

"aku mau pulang! Mau pulang mau pulang mau pulaaangg!!!!"

"ada apa denganmu?"
Tanyanya terlihat bingung.

"apa? Kau bertanya ada apa denganku?
Apa kau tak bisa melihat apa yang sedang terjadi padaku sekarang? Dimana aku? Siapa kau hah? Aku tak mengenalmu juga tempat ini!"
Ucapku dengan emosi.

"kau sendiri yang meminta untuk kemari, berhenti menyalahkanku."
Jawabnya.

"hey orang aneh! Apa yang kau tau tentangku hah?! Kau pikir untuk apa aku meminta pergi kemari! Aku sama sekali tidak mengingi—"

Tiba tiba aku mengingat sesuatu

"Yatuhan tolong ubah hidupku ini"

"ASTAGA!"
Bolamataku membulat sempurna, alisku menyatu memperlihatkan lipatan yang sangat jelas diantara kedua alis, refleks kedua tanganku menutup mulut. Aku sangat terkejut. Apakah ini benar benar salahku?

"berhenti berfikir terlalu jauh, Epha mendengarkan keinginanmu.

"HAH?!"
Lagi lagi aku dibuat serangan jantung mini. Epha? Siapa Epha?

Pria sialan ini, entah siapa namanya, bukan urusanku!

"hey!! apaaaaa sebenarnya maksuuuut muu!!"

Ia memandangiku seperti orang kebingungan.

Aku memelototi matanya.

"bukannya berterimakasih, kau malah memarahiku."

"apa katamu? Wohoho enak saja. Memangnya apa yang kau lakukan? Berterimakasih padamu? CK! Bawa aku pulang sialan!"

Kami berdua berdebat.

"Siapa yang membukakan kau pintu dikastil tua itu? Aku. Siapa yang menggendongmu hingga kita sampai disungai? Aku. Siapa yang membalut lukamu? Aku."
Ucapnya dengan begitu bangga.

Aku menatapnya geram. PRIA SIALAN!

Mendengar itu membuatku tak terima. Dengan cepat aku bangkit dan berdiri didepannya.

"HEYYY!!!"
Teriakku kencang diwajahnya, memecah kesunyian hutan.

"kau pikir siapa yang membuka kurunganmu? Ikan lele?! Jika saja aku tidak membaca tulisan aneh itu kau pikir kau bisa ada disini?!"
Lanjutku.

Sesungguhnya kakiku masih sakit. Tapi pria ini sudah membuat emosiku pecah.

"sayang sekali"
Ucapnya singkat

Aku memandangnya yang duduk dibawahku, menatapnya dengan aneh.

"bibir mungilmu itu, jika saja kau tidak terlalu banyak bicara—kau terlalu banyak mengoceh. Tutup mulutmu, itu akan membuatmu terlihat tidak begitu buruk."

Mendengarnya membuatku mengepalkan kedua tanganku kuat. Mengapa sekarang dia yang banyak bicara? Ingin sekali rasanya menampar mulutnya itu.

Aku berjalan menjauh darinya, dan duduk, masih dibibir sungai.

Dia menoleh padaku, begitu juga denganku.

Kubalas dengan tatapan sinis.

Dia tersenyum.

"YA! APA KAU GILA?!"
Teriakku.

"namaku, Hee Arthur Hades."

Aku terdiam, tak berkata apapun untuk beberapa saat.

"aku tak pernah bertanya padamu"

"panggil saja aku Arthur."

"apa kau seorang tunarungu?"

"berhenti mengucapkan kata-kata aneh castie."

Aku terkejut.

"kau tau namaku? Mm—maksudku, apa kau seorang.."

Dia menatapku bingung penasaran.

"KAU SEORANG PENGUNTIT! PENGUNTIT MESUM!"

"BERHENTI MEMBICARAKAN HAL YANG ANEH CASTIE!"
Teriaknya dengan keras.

Aku terpaku mendengarnya. Teriakan pria itu, siapa tadi namanya? Arthur? Ya Arthur. cukup menyeramkan.

Arthur bangkit dan berjalan mendekatiku, aku mencoba tak peduli.

"kau marah padaku?"
Tanyanya dengan tiba-tiba setelah duduk disamping kiri ku.

"maafkan aku."
Ucap pria bernama Arthur disampingku.

Aku menoleh padanya.

"Sudah lama sekali, aku terkurung dalam lukisan. Sebelum akhirnya kau datang dan melepaskanku."

"Kau sudah memberi tahuku soal itu"
Ucapku malas.

Arthur tak memedulikan ucapanku, ia berdiam sesaat untuk menarik nafas.

"Kau bertanya siapa orang yang mengurungku? Yang mengurungku adalah adikku, Pitter. Pitter juga yang telah mengacaukan semua, ia menyihir istana dan melenyapkan Raja, ayahnya sendiri."

Aku tertegun mendengarnya. Ini benar-benar tak pernah terfikirkan.

"DUAARR!!"
Terdengar ledakan dari barat, diikuti kepungan asap lebat terukir dilangit.

Aku terkejut bukan main, tapi tidak dengan Arthur, ia memandangi asap dilangit yang tercipta dari ledakan tadi dengan tenang

"Itu pasti ulah Pitter dan Fairy."
Ucap Arthur.

Hah apalagi ini? Tadi Pitter sekarang Fairy, siapa mereka?

✨_____

****

_____✨


—•

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top