Part 2

Cahaya matahari menyilaukan mata Cassa. Ia mengerjapkan matanya dengan pelan. Berusaha untuk beradaptasi dengan cahaya itu.

"Ayo bangun sayang, nanti telat lho," ucap Lina, bunda Cassa.

Setelah sudah beradaptasi. Cassa langsung menyambar handuk dan membersihkan dirinya. Ia baru ingat bahwa hari ini dia harus melaksanakan TPA.

Sekitar 20 menit kemudian, Cassa sudah siap dengan baju putih birunya. Dikarenakan jam sekolahnya masih belum efektif. Ia masih harus mengenakan seragam SMP untuk sementara waktu.

Cassa mengambil tas sekolahnya. Lalu turun kebawah dan memakan sarapannya. Ia memeriksa barang yang ia bawa sebelum berangkat. Barangkali ada yang tertinggal.

"Sudah siap? Ayo berangkat," ajak Indra, papa Cassa.

Cassa memasang sepatunya. Lalu mengambil tasnya di kursi.

"Bunda, Cassa pamit. Assalamualaikum," ucap Cassa dengan mencium tangan Lina.

"Waalaikumsalam, hati-hati ya kalian."

Mobil hitam milik Indra melesat dengan cepat. Tak butuh waktu lama. Mereka sudah sampai di depan SMA Gemilang.

Disana sudah banyak anak yang datang. Semuanya mengenakan seragam putih biru dengan atribut lengkap.

"Pa, Cassa turun ya," ucap Cassa lalu mencium tangan Indra.

Indra mengangguk. Lalu menatap anak gadisnya itu. Tak terasa sekarang gadisnya itu sudah duduk di bangku SMA. Padahal kemarin rasanya masih ia gendong.

Cassa melambaikan tangannya dengan senyum lebar. Jujur saja, perasaannya tak karuan.

Indra membalas lambaian itu. Lalu melajukan mobilnya saat Cassa sudah masuk ke dalam pekarangan sekolahnya.

Sejak tadi, Cassa tak henti berdecak kagum. Sekolah ini sungguh megah. Bangunannya sangat besar dan terlihat elegan.

Ia melangkahkan kakinya menuju papan pengumuman. Mencari dimanakah ia seharusnya berada saat ini.

Kelas 02. Begitu yang ia lihat. Namanya jelas tertulis di barisan kelas itu. Dengan langkah cepat. Ia mencari dimanakah letak kelas itu.

Tepat di samping papan pengumuman. Tertulis kelas 01 di depan pintu. Cassa melangkah menuju kelas sebelahnya. Ya tepat sekali. Itu adalah kelas 02.

Ia langsung duduk di tempat kosong. Tak peduli dengan semua orang di ruangan itu.

Sekitar 10 menit kemudian, TPA dilaksanakan dengan tertib. Semuanya mengerjakan tanpa ada suara. Sangat tenang.

Semua soal sudah terjawab dengan baik. TPA pada hari itu selesai dengan tepat waktu. Cassa hanya tinggal menunggu hasilnya nanti.

"Terima kasih atas kerjasamanya adik-adik. Oh iya, kalian tunggu sebentar ya. Karena akan ada pengumuman sebentar lagi," ucap Kak Dian.

Kak Dian meninggalkan ruangan. Semua anak tetap diam. Hanya ada beberapa dari mereka yang mengeluarkan suara.

"Halo semuanya! Assalamualaikum dan selamat pagi menjelang siang," sapa seorang gadis cantik berkacamata.

"Waalaikumsalam," jawab seluruh anak diruangan.

"Kita perwakilan dari panitia MOS SMA Gemilang. Mengumumkan bahwa besok kalian akan melakukan kegiatan pra-MOS," ucap lelaki di sampingnya.

"Jadi diharap kehadirannya ya adik-adik. Dan juga, diharapkan kalian mengenakan atribut lengkap. Oh iya, tetap pakai seragam SMP ya," lanjut gadis itu lagi.

"Ada yang mau ditanyakan?"

Seorang lelaki diujung ruangan mengangkat telunjuknya, "kak besok itu pake seragam apa ya?"

"Seragam putih-biru ya dek. Ada lagi?"

Semua anak diruangan menggelengkan kepalanya.

"Sekian dari kami. Kurang lebihnya mohon maaf. Wassalamualaikum," pamit si lelaki.

"Waalaikumsalam."

"Sudah boleh pulang ya," ucap gadis itu.

Cassa langsung membawa tasnya keluar. Ia menelpon Papanya sejak tadi. Pasti sekarang Papanya sudah ada di depan.

Benar saja. Mobil hitam kesayangan Papanya sudah terparkir manis di depan sekolahnya. Cassa langsung berlari dan masuk ke dalam.

"Gimana?" Tanya Indra.

Cassa memaksakan senyumnya, "yah gitu Pa."

Indra memahami bahwa Cassa masih butuh waktu untuk beradaptasi. Ia memilih untuk tidak bertanya pada anaknya itu.

°°°

"Abang mulai sekolah kapan?" Tanya Lina saat sarapan pagi.

Hari ini, Cassa akan melaksanakan tes peminatan lalu dilanjut dengan pra-MOS. Cassa sudah berulang kali memastikan atributnya lengkap.

"Besok Bun. Kenapa? Cassa gak ada yang nganter?" Tanya Bram

Abraham Putra Anrezy. Abang Cassa. Sekaligus kakak kelasnya di SMA. Ini juga merupakan salah satu alasan Cassa menghindar untuk masuk di SMA itu.

"Papa kamu harus luar kota nanti jam 7. Kasian kalo harus anterin Cassa dulu, bang."

Bram lalu mengambil sepotong roti, "yaudah, Bram anter."

Cassa hanya diam dengan melahap sarapannya. Entah mengapa pagi ini ia memiliki sedikit minat untuk melakukan kegiatan pra-MOS.

Bram mengambil jaket jeansnya saat melihat Cassa sudah selesai dengan sarapannya. Ia memanaskan motor terlebih dahulu.

"Tunggu depan ye," ucap Bram.

Cassa mengangguk. Lalu ia mengambil tasnya dan memeriksa atributnya sekali lagi.

"Bunda, Cassa berangkat. Assalamualaikum," pamit Cassa sembari mencium tangan Lina.

"Hati hati ya. Waalaikumsalam," jawab Lina.

Bram sudah siap dengan motornya di depan pagar. Cassa menghampiri Bram lalu menutup pagar rumahnya.

"Bang."

"Apa Ca?" Tanya Bram.

Cassa mengusap wajahnya dengan kasar, "Cassa ngerasa gak cocok di sekolah itu bang."

"Dicoba dulu Ca, lagian asik lho. Smage¹ itu terkenal karena kepinteran muridnya. Harusnya kamu bangga," ucap Bram.

Cassa menatap kosong kearah jalanan. Harusnya ia tahu. Abangnya itu pasti mendukung keputusan Papanya. Ini semua agar Cassa tetap dalam pengawasan.

Tak terasa, mereka sudah sampai di sekolah. Cassa langsung turun dan pamit dengan Bram.

Ia kembali masuk ke kelasnya kemarin. Berdasarkan apa yang ia baca di papan pengumuman seharusnya begitu.

Tes peminatan dilaksanakan 5 menit kemudian. Lagi-lagi semuanya terlaksana dengan sangat lancar.

Pak Imam pamit untuk meninggalkan kelas saat tes peminatan sudah selesai. Tetapi anak yang ada di kelas disuruh untuk menunggu pengumuman.

'Semua peserta didik baru, diharapkan melihat papan pengumuman. Disana sudah tertulis kelas kalian selama kegiatan MOS, terima kasih.'

Semua anak berhamburan keluar menuju papan pengumuman terdekat mereka. Untung saja di dekat kelas 02 ada 2 papan pengumuman.

Cassa langsung melihat. Dimanakah ia akan melaksanakan kegiatan MOS-nya ini?

Cassandra Davina Anrezy. Berada di barisan ke 6 dari ruangan 10.

"Dek yang sudah segera ke lapangan ya," teriak seorang gadis dengan jas osis.

Cassa mengikuti arahan dari gadis itu. Ia menuju ke lapangan. Disana sudah banyak sekali peserta didik baru sepertinya.

"Langsung ke belakang kakak yang pegang ruangan kalian ya. Dilihat dari kertas yang dipegang dek."

Matanya mencari tulisan ruangan 10 dari semua panitia itu.

"Yang ruangan 10 ke aku ya dek!" Teriak seorang gadis dengan kacamata dan senyum manis.

Cassa yang mendengar hal itu langsung menghampiri gadis itu. Dilihatnya dengan teliti kertas yang dipegang gadis itu. Ia takut jika salah mendengar.

Ketika barisan sudah banyak. Gadis itu langsung mengarahkan mereka semua ke atas untuk menuju ke ruang kelas.

Disana Cassa bingung harus duduk dengan siapa. Ia hanya menoleh ke kanan dan ke kiri. Barang kali ada yang ia kenal.

"Ca! Duduk sini," ucap seorang gadis dengan melambaikan tangannya pada Cassa.

Dengan langkah senang, Cassa duduk di samping gadis itu.

"Aulia kan?" Tanya Cassa.

Aulia Putri Azzahra. Tetangga salah satu sahabat Cassa saat SMP. Mereka memang tidak begitu dekat. Namun, saling kenal.

Aulia mengangguk cepat. "Maaf ya tadi tiba-tiba manggil. Soalnya bingung mau duduk sama siapa, hehe."

Cassa tersenyum. Ia memahami perasaan Aulia. Karena itulah yang ia rasakan sejak tadi. Untungnya ada yang ia kenal.

"Anak SMP Pelita 2?" Tanya seseorang di sampingnya.

Cassa menoleh lalu melihat name tag orang itu. Dina Purnamasari. Ah, ia sepertinya pernah mengenal gadis itu.

"Eh iya," ucap Cassa.

Tiba-tiba suasana menjadi canggung. Tidak  ada obrolan lagi diantara mereka. Namun, suasana canggung itu tak berlangsung lama.

"Assalamualaikum, selamat pagi adek semuanya. Sebelum acara pra-MOS dimulai. Ada baiknya saya memperkenalkan diri dahulu," ucap seorang gadis yang memegang kertas saat di lapangan tadi.

"Saya Ning Sih,"

Kemudian dilanjut dengan seorang gadis di sampingnya, "gue Ning Ndi."

"Cak Ra," lanjut seorang cowok di sampingnya.

"Nah, kita semua akan menjadi PJ kalian selama 3 hari kedepan. Mohon kerjasamanya ya adek," ucap Ning Sih.

Mereka memang menggunakan nama samaran. Cassa tak paham apa tujuannya. Tetapi, ia hanya menuruti saja.

Menurut Cassa, Ning Sih memiliki wajah yang cantik dan kalem. Hal itu juga bisa dilihat dari cara berbicaranya.

Sementara Ning Ndi, memiliki wajah manis namun ia terlalu cuek. Sehingga menghasilkan kesan jutek.

Nah, kalau Cak Ra memiliki wajah yang imut. Sangat. Ia terlihat seperti anak yang pendiam.

"Almamater sekolah kalian harus dilakban dulu ya." Ning Sih langsung membagikan pada kedua temannya itu lakban lalu mereka berputar untuk menutup almamater setiap anak. Entah apa tujuannya.

Setelah semua sudah terasa aman. Ketiga PJ itu menjelaskan peraturan MOS mereka dan tak lupa juga memilih Raja dan Ratu disetiap kelasnya.

Mereka juga disuruh menyiapkan lagu yel-yel dan jargon untuk ditampilkan nantinya.

Saat mereka lagi asik-asiknya berbincang. Tiba-tiba suara deringan terdengar. Suara itu disusul dengan masuknya ketiga orang ke dalam kelas.

"Halo semuanya!" sapa seorang cowok yang berada diujung.

"Halo."

"Nah, udah kenal kita belum?" tanya seorang gadis di sampingnya.

"Belum kenal kan? Jadi aku Ketua 1," lanjut gadis itu.

"Aku ketua 2," ucap cowok tadi.

Dilanjutkan dengan seorang gadis di sebelah cowok itu,  "aku ketua 3."

"Kalian bisa panggil kita 3K, tapi kalo mau panggil satu satu ya boleh," ucap Ketua 2.

"Udah dikasih tau peraturannya apa aja?"

"Sudah Ketua 1," jawab seluruh anak.

Ketua 1 mengangguk pelan, "berarti harus ditaati ya."

"Intinya dari kita kalian harus taati peraturan. Sampai ketemu besok," pamit Ketua 3 tepat saat deringan itu berbunyi lagi.

Entah mengapa suasana tiba-tiba mencengkam. Terlihat dari balik jendela. Seorang cowok berjalan dengan tegap dan wajahnya sangat serius.

Cowok itu masih mengenakan jas osis. Sama seperti yang lainnya. Namun, terpasang sebuah kain yang mengelilingi lengannya. Di kain itu tertulis 'KOMDIS'.

Hal ini, cukup membuat Cassa merasa ketakutan. Entah mengapa ia malah menjadi gugup. Ia takut melakukan kesalahan.

Cak Ra langsung berlari ke pintu dan membukanya dengan lebar. Mempersilahkan orang untuk masuk ke dalam kelas.

Sekitar 5 orang masuk ke dalam kelas. Semua wajah mereka terlihat serius. Tak ada senyuman yang dilontarkan.

"PJ gimana hari pertama?" Tanya seorang gadis berkuncir satu.

Itu pasti Komdis 4. Ah ya, sebelumnya memang mereka sudah diberi tahu ciri-ciri dari Komdis 1 hingga 5.

Ning Sih maju dengan menundukkan kepalanya, "baik, Komdis."

"Bawa motor gak?" Tanya seorang gadis pendek di samping Komdis 5.

Cassa menduga itu adalah Komdis 2 dan di samping Komdis 2 adalah Komdis 3. Sementara itu Komdis 1 dan 4 berada di pojok dan mereka berdua adalah seorang cowok.

"Tidak Komdis," jawab Ning Ndi.

Komdis 3 langsung melotot ke arah Ning Ndi, "tanyanya itu ke adik kalian. Bukan kalian!"

Semua anak langsung tersentak ketakutan. Suasana semakin menegang.

"Ada yang bawa motor?" Tanya Komdis 1.

Hening. Tak ada jawaban.

"PJ, ada yang bawa?" Tanya Komdis 1.

Ning Sih menoleh kepada seluruh anak di kelas itu, "ada, ini kuncinya sudah dikumpulkan."

Komdis 3 langsung tertawa mengejek, "kalian gak baca peraturan ya? Udah jelas gak boleh bawa motor masih aja dibawa. Berani juga."

"Udahlah pokoknya besok jangan diulang lagi."

Itu semua menutup kegiatan pra-MOS. Sungguh Cassa tidak menyadari bahwa semuanya akan seperti ini.

Ia harus memastikan dirinya tidak terkena masalah. Dengan hal itu, ia harap nama baik keluarganya atau nama baiknya tidak akan tercoret.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top