Chap 1 : Terdampar di CHS (Cartensz High School)

"Tidak peduli bagaimana awalnya, yang penting hasil akhir tidak pernah mengkhianati."

***

"APA!!!" teriak Daka & Bening bersamaan. Memuntahkan kemarahan atas perintah dari sang Ayah seorang pemegang kekuasaan di rumah besar ini.

"Papa tidak boleh seenaknya begitu! Memutuskan semuanya sendiri tanpa diskusi dulu kepada kami," ucap Bening prustasi mendengar permintaan ayahnya, yang menurut dia tidak masuk akal.

"Please! Kalau mau nghancurin masa depan anakmu jangan seperti ini caranya," ucap Daka kesal memandang ayahnya.

"Hahaha ..." gema tawa mengumandang di ruang keluaga Tafalas malam Itu. "Permintaan Papa tuh ringan, gampang sekali. Tapi reaksi kalian seperti Dunia akan runtuh saja," jawab Madani -Ayah Daka & Bening- tertawa terbahak-bahak tapi tetap bisa terlihat apa yang baru saja ia katakan kepada kedua anaknya itu tetaplah serius.

"Oh ayolah papa, berhenti menyiksa Putri kesayanganmu ini. Aku pulang ke sini dengan prestasi yang membanggakan tapi reaksi Papa seperti ini. This all nonsense, your request is like killing me slowly! is that what you want? If so why not just take a knife and stab this heart, Papa!" ucap Bening kesal memandang ayahnya. Dari intonasi ucapannya terlihat dia begitu terluka & juga marah dengan permintaan ayahnya.

"What do you mean, my dear daughter. Request your father is not going to kill you, Papa just ask you to keep the mandate of your grandfather, that's all," ucapnya sambil menatap sayang putrinya Bening.

Bening pun terdiam melihat tatapan ayahnya, bahkan tubuhnya sedikit bergidik melihatnya, tatapan yang pernah ia rasakan bertahun-tahun lalu saat sang Ayah memutuskan mereka bersekolah di luar negeri dan tinggal di asrama sejak dari SMA. Tatapan itu mengisyaratkan "Titahku wajib! Dan tidak butuh dibantah."

"Hah ... Dasar diktator!" ucap Bening pelan tapi sungguh dapat didengar semua orang. Yang membuat sang ayah tersenyum penuh kemenangan yang artinya satu telah menyerah tinggal satu lagi dan itu sangat gampang ditaklukan. Tatapannya pun mengarah ke Daka kali ini.

"What do you see Pap, I Keep NOT will follow your wishes even though the World to collapse!" ucapnya sambil membuang pandangannya ke arah lain. Sungguh ia pun tak berani melihat tatapan ayahnya.

"Benarkah? Hmm.." Madani tampak pura-pura berpikir, "What if all the facilities you have now, i would stop everything, what would you do?" ucapnya sambil tersenyum.

"Oh God! You not my father. Mana ada seorang ayah suka menyiksa anaknya seperti ini!" ucap Daka kesal.

Fix. Keduanya sudah madani dapatkan, "Lalu apa keputusan kalian berdua?" tanya sang ayah penuh ketegasan kali ini.

Daka dan Bening hanya diam tak ingin menjawab pertanyaan itu. Percuma saja mereka berdebat! Mereka sudah kalah. "I want my mom," ucap Bening mencari keberadaan Mamanya.

"Sure ... Mama kalian sedang dirumah oma. Besok pagi juga sudah pulang," jawab Madani santai.

Di saat seperti ini malaikat pelindung mereka malah tidak ada. "Benar-benar sudah direncanakan dengan baik," ujar Daka kemudian.

Madani kembali terkekeh pelan melihat reaksi anak kembarnya ini. "Oh ayolah kids, kalian hanya harus mengajar di sekolah itu. Cari tahu dan pelajari apa yang terjadi dengan Cartenz High School. Gunakan kemampuan kalian, papa yakin untuk kalian hal ini pasti mudah, sangat mudah."

"Okey baiklah! Jika ini selesai biarkan aku bekerja di manapun aku mau, deal?" ucap Bening memberi opsi ke ayahnya.

"Okey, Deal," jawab ayahnya senang. "Bagaimana denganmu Daka?"

"Ya baiklah ... teserah papa saja, lagipula aku tak akan menang melawan papa sendirian," rutuknya kesal.

"Okey kalau kalian sudah setuju, besok kalian mulai datang dan mengajar di Cartenzs High School," ucap ayahnya bersemangat.

"BESOK!!" ucap Daka & Bening serentak.

"Iya, besok. Semakin cepat, semakin baik 'kan?" ucap sang ayah santai.

***

Akhirnya setelah perdebatan panjang malam itu mereka terdampar di sekolah ini. Sebuah sekolah yang memiliki prestasi sangat buruk di negeri ini, sekolah yang sudah masuk dalam kata "krisis" di karenakan sekolah yang hanya mementingkan uang di setiap aspeknya bukan nilai, sebuah sekolah yang tidak akan dilirik oleh siswa-siswi berprestasi, sebuah sekolah yang terkenal dengan kelakuan buruk setiap siswa-siswinya, sebuah sekolah yang tak patut dibanggakan!

Seperti permintaan mereka di akhir perdebatan, ketika mereka berada di Cartenzs High School tidak ada yang boleh mengetahui identitas mereka sebagai anak pemilik sekolah ini. Mereka hanya seorang Guru baru bagian Bimbingan Konseling.

"Are you ready Daka?" tanya Bening saat mereka sudah berada di pelataran parkir sekolah.

"Tahu ahh," jawab Daka ketus. Sungguh ini bukan sesuatu yang ia inginkan. Membayangkannya saja TIDAK.

"Sudah nikmati saja Daka, kita bakalan selesaikan semuanya dengan cepat, tepat dan akurat! Biar segera pergi dari sini," ucap Bening asal dan berlalu mendahului Daka yang berjalan tanpa semangat sama sekali.

***

Di depan Ruang Kepala Sekolah, Bening dan Daka berdiri menghadap pintu. Mereka tampak enggan dan saling memberi pandangan agar segera membuka pintu.

"Hayo ketuk pintunya," ucap Bening ke Daka saat mereka sudah di depan ruang Kepala Sekolah.

Dengan rasa malas Daka pun mulai mengetuk pintu Kepala Sekolah tersebut.

Tok.. Tokk.. Tookkk..

"Masuk," terdengar suara seorang pria dari dalam ruangan tersebut.

Mereka pun membuka pintu dan bergegas masuk ke ruangan tersebut. Ruangan berukuran 4x5 meter. Terlihat rapi dan bersih. Dinding bercat putih hanya terdapat sebuah lukisan bergambar kucing. Di salah satu pojok ruangan terdapat lemari berisi beberapa piala prestasi. Terlihat longgar. Hanya terdapat tak lebih dari 10 buah piala.

Seseorang yang berada di dalam dan sedang duduk menghadap tumpukan berkas itupun melirik ke arah mereka dan langsung berdiri. "Oh kalian Guru BK baru yang diutus pak Tafalas. Silahkan duduk. Selamat datang di Sekolah Cartenzs High School," ucapnya ramah sambil menunjuk kursi yang bisa kami duduki.

Kenapa Kepala Sekolahnya pria? Kupikir wanita dari berkas yang kuterima dari papa semalam, ucap Bening bingung dalam hati melihat pria yang kini duduk di bangku Kepala Sekolah.

"Saya lupa memperkenalkan diri. Nama saya Lukas Iriansyah, panggil saja Bapak Lukas. Saya Wakil Kepala Sekolah di sini," kenalnya ramah.

"Wakil KEPSEK? Lalu kenapa anda duduk di ruangan ini?" tanya Daka tanpa basa-basi yang membuat pria paruh baya di hadapannya tersipu malu.

"Hmm.. Anu.. Saya cuma menggantikan Ibu KEPSEK sementara. Soalnya beliau sedang bertugas keluar kota," jawabnya singkat tapi terlihat gugup. "Saya sudah menerima berkas kalian, kami merasa terhormat seorang lulusan terbaik dari Universitas Oxford mau mengajar di sekolah seperti ini."

Bening hanya tersenyum ramah mendengar penjelasan Pak Lukas, sedangkan Daka seperti biasa hanya bisa bersikap dingin.

"Apa kami sudah bisa mulai mengajar hari ini?" tanya Daka kemudian.

"Tentu saja, saya sudah mempersiapkan semuanya dari kema--" ucapannya terputus saat seseorang dari luar mengetuk pintu dan segera masuk kedalam ruangan.

"Maaf, Bapak mencari saya?" ucap seorang siswi perempuan yaang masuk dengan tiba-tiba.

"Kau sudah datang Arumi, Ibu Rahayu dan Bapak Arya perkenalkan ini Arumi, dia Ketua OSIS sekolah ini. Dia akan menemani kalian hari ini berkeliling mengenal sekolah ini."

"Selamat Pagi. Nama saya Arumi Dasmaniar, saya siap menemani anda berkeliling sekolah ini," ucapnya ramah sambil membukukkan badan.

"Baiklah kalau begitu kami permisi dulu Pak," ucap Bening sambil tersenyum ramah dan meninggalkan ruangan diikuti langkah kaki Daka juga Arumi.

"Okey Arumi, bisa antarkan saya segera ke ruangan BK? Mungkin kelilingnya kapan-kapan saja," tanya Bening kepada Arumi. "Bagaimana pendapatmu Pak Ar-ya? Atau kau ingin berkeliling berdua dengan Arumi?" goda Bening kepada Daka.

"Aku setuju!" ucap Daka menatap Bening dengan wajah yang dimanis-maniskan dengan maksud menggoda balik Bening. Yang membuat Bening terdiam dan membuat Arumi terbatuk pelan melihat mereka berdua. "Hayo Arumi, antarkan saya segera ke ruang BK," ucapnya lembut sambil menarik tangan Arumi dan meninggalkan Bening di tempatnya.

"Hei, kau!" teriak Bening dari belakang. Awas ya tuh anak. Lihat saja nanti, rutuknya dalam hati.

***

"Ini ruang Bimbingan Konselingnya Pak, Bu," tunjuk Arumi kepada ruangan yang berada di hadapan mereka. Ruangan yang berada paling ujung dari deretan ruang guru. Berhadapan langsung dengan Masjid sekolah dan bersebelahan dengan ruang UKS.

Arumi membuka pintu. Terlihat jelas ruangan ini biasa saja. Cat yang berwarna putih dan terdapat tiga meja. Ternyata ruangan ini mempunyai dua pintu keluar dan dua jendela besar. Satu jendela di dekat pintu masuk yang baru kami lewati. Satu jendela lagi menghadap taman belakang sekolah ini.

"Bapak sama Ibu bisa pilih meja kosong yang sudah disediakan, yang ini dan yang itu," sambil menunjuk dua meja yang sama-sama dekat jendela.

Bening langsung memilih meja yang ada di dekatnya dan menduduki kursi yang telah disediakan. Cukup nyaman, ucapnya dalam hati.

"Kalian sudah datang," sapa seseorang yang memasuki ruangan. "Hmm ... Desas-desus yang beredar ternyata memang benar. Kalian masih sangat muda."

"Anda siapa?" tanya Daka penasaran.

"Aku pemilik meja ini," katanya sambil menduduki bangku di meja tengah yang memang tampak digunakan seseorang. "Perkenalkan nama saya Fahlevi Wijaya, aku juga guru BK di sekolah ini," ucapnya mantap sambil memandang Bening dan Daka secara bergantiaan.

"Hallo Pak Levi, saya Rahayu Bening guru BK baru," Bening angkat bicara sambil menjulurkan tanganya sopan yang disambut hangat oleh Pak Levi.

"Ok Bu Rahayu selamat mengajar di sekolah ini. Semoga betah," sambil mengedipkan satu matanya ke arah Bening.

Ning hanya tersenyum kecil melihat guru muda di hadapannya. Mungkin umurnya di atas mereka lima atau enam tahun. Mata bulatnya berbingkai. Fostur tubuh yang tak begitu berisi dengan wajah yang lumayan berkharisma, terlihat sekali dia seorang guru yang rapi. Setelah menjabat tangan Ning, Levi pun mendekati Daka dan menjulurkan tangannya. Seperti bisa ditebak, reaksi Daka bersikap dingin seperti biasa. Berkata seperlunya saja "Daka," jawabnya singkat.

Terlihat dahi Pak Levi sedikit mengkerut melihat kelakuan Daka. Seolah tahu apa yang dipikirkan pak Levi, Bening menyela mereka berdua. "Namanya Arya Kamandaka, Pak Levi."

"Oh oke. Pak Daka dan Ibu Raha--" sambil melihat ke arah Ning.

"Ning Pak, just call me Ning," sergah Bening memotong pembicaraan pak Levi.

Pak Levi hanya tersenyum dan kembali berkata "Oke. Pak Daka dan Ibu Ning, selamat datang di ruangan BK sekolah Cartenzs High School. Kuharap kalian bisa bertahan lama di sini," ucapnya sambil tersenyum memandang Ning dan Daka bergantian.

Ada arti tersembunyi di kalimat terakhir yang diucapkan pak Levi 'bertahan lama di sini' separah itu kah sekolah ini, pikir Bening menelaah ucapan Pak Levi.

"Maaf Pak, Bu. Jika saya tidak diperlukan lagi saya ingin kembali ke kelas," ujar Arumi sopan.

"Iya silahkan Arumi, terimakasih sudah mengantar sampai ke ruangan ini," ucap Bening ramah.

"Permisi Pak, Bu." Arumipun segera meninggalkan ruangan.

***

Setelah beberapa menit kepergian Arumi terdengar suara kehebohan di Ruang Guru yang memang berada bersebelahan dengan ruangan BK. Bening sedikit penasaran dengan apa yang terjadi di sebelah tapi untuk mencari tahu apa yang terjadi dia tak berani sama sekali.

Bening melihat ke arah Daka, tapi yang ia lihat hanya seseorang yang sedang berpura-pura sibuk dengan gadget di tangannya. Lalu Beningpun menoleh ke Levi, ternyata tak jauh beda dengan Daka, Levi pun hanya menyenderkan kepalanya ke kursi dengan memejamkan matanya. Bagaimana sekolah ini mau beres kalau kinerja guru disini seperti mereka berdua, keluhnya dalam hati.

Saat Bening berdiri hendak menghampiri Daka, tiba-tiba seorang siswa berpakaian olahraga dengan tergesa-gesa memasuki ruangan. "Pak Levi, anda dipanggil Ibu Linda sekarang di sebelah."

Begitupun suara speaker yang menggema seantero sekolah. "Perhatian. Kepada siswi bernama Alicia Anggraini, harap menghadap ruang guru segera."

Pak Levi yang mendapat laporan bergegas pergi ke ruang guru. "Kali ini apa lagi yang terjadi!" rutuknya kesal meninggalkan ruangan BK.

Setelah Pak Levi pergi, Bening menghampiri Daka yang masih asyik memainkan gadget di tangannya. "Daka, nggak ke sebelah? Aku penasaran apa yang terjadi."

"Emoh. Kalau mau kamu pergi aja sendiri," jawabnya tanpa melihat Bening dan tetap memainkan gadget.

Sebelum sempat Bening membalas ucapan Daka, mereka dikejutkan dengan sebuah teriakan dari luar. Karena penasaran ia berlari keluar melihat apa yang terjadi.

"LEPASKAN! LEPASKAN! APA YANG KALIAN LAKUKAN!" Seorang perempuan berpakaian seragam sekolah sedang meronta-ronta karena dibawa paksa oleh dua orang satpam.

"Pak Asep! Apa yang kalian lakukan?" teriak Bening di kejauhan. Ia sadar jika satpam itu adalah Pak Asep satpam CHS (Cartenzs High School). Mereka sempat berkenalan saat akan memarkirkan mobilnya di area parkir guru tadi pagi.

"Maaf Bu, kami harus membawanya paksa, Nona Alice tadi ingin kabur lewat pagar belakang sekolah. Permisi Bu Ning," ucapnya sopan ke arah Bening dan berlalu meninggalkan tempat itu.

Apa yang diperbuat siswi tersebut, hingga bisa membuat heboh satu sekolah ini. Aku harus segera mencari tahu, ucap Bening dalam hati dan segera mengikuti mereka masuk ke ruang guru.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top