𝑪𝒂𝒓𝒓𝒚 𝒎𝒆
Carry me to my love over the sea to the clouds above
.
Sesungguhnya saat sepasang netra saling memandang di bawah langit malam, persamaan warna dengan genangan lautan saling bertemu secara tidak terduga. Mereka saling jatuh cinta--- mengindahkan biru walaupun sebenarnya saling memiliki. Tetapi selalu terdapat perbedaan pada hal sama melalui kata hati lawan jenis, bukti konkrit tentang kemegahan emosional menuju ketertarikan.
'Ah, ia memiliki netra yang sangat indah, bahkan lebih indah daripada milikku. Bisakah diriku bertemu dengannya lagi seperti ini? Biru megah dibanding kepunyaanku, diberkati oleh cahaya rembulan dan ombak lautan.'
Mereka masing-masing saling bersuara di dalam hati dengan siratan harapan. Walaupun tak termakan oleh putus asa atas kesadaran identitas; dua kerajaan yang saling bermusuhan karena dendam seorang nenek moyang akibat perang, hingga salah satu kerajaan memberikan kutukan abadi kepada rakyatnya sendiri. Maka bergantung kepada takdir, mungkin takdir itu sendiri bisa saja membuka jalan sama seperti memberi momentum atas pertemuan mereka tepat pada batasan tersembunyi.
.
Carry Me
"Take me away to the shining light over the waves peaceful at night."
Pairing: Luc Nathan Lawson x Courald D'Bacle
Genre: Historical Fantasy & Historical Romance & Slight!Tragedy
Rating: R-15+
Note: Happy birthday Swanrovstte_11! Hadiah oneshot ini adalah hal yang bisa kueffort dan berikan untuk ulang tahunmu. Of course, aku juga minta maaf jikalau hasil karya ini ternyata kurang memuaskan. GBU!
.
Courald D'Bacle benar-benar tidak pernah mendapatkan istirahat teratur nan nyaman setelah sesosok kakak angkat telah dijadikan seorang raja terpilih pada Kerajaan Dentrolypi, membawa garis absolut dengan memberikan status tuan putri kepadanya beserta tanggung jawab guna membantu menjalin kejayaan sebelum sosok ratu ditemukan. Kerajaan tanpa garis keturunan pemimpin ini selalu bergantung kepada keberadaan satu pohon besar dengan energi kebajikan di mana sosok raja selalu tergantikan dengan orang berbeda sesuai petunjuk arah mata angin sebagai jawaban. Mau tidak mau membuat masyarakat harus menerima dan memang setiap pilihan selalu memberikan kemakmuran dengan cara khas tersendiri. Tetapi, kentara, terdapat satu hal yang tidak bisa diubah oleh raja manapun akibat kutukan dari seorang nenek moyang. Mengenai kebencian terhadap kerajaan seberang, sihir selalu merasuki masyarakat; mengalahkan pengampunan bahkan kebaikan atas usaha mengubah ikatan. Sang wanita tahu menahu, sebab dari kutukan berasal dari faktual bahwa seluruh garis keturunan raja dibantai tanpa sisa. Berakhir memancing sihir peninggalan di mana seluruh masyarakat akan selamanya mengingat kejadian tersebut sampai mati.
Courald jelas menghela napas secara diam-diam agar tidak menarik perhatian. Pemimpin dari kerajaan seberang, Kerajaan Elpizofos, merupakan sosok lelaki mapan yang sangat baik hati hingga membawa perubahan drastis; dari Kerajaan Elpizofos yang terkesan kejam kini menjadi kerajaan yang hendak membawa kedamaian. Ambisi Raja Elpizofos selalu terkalahkan dengan kutukan melekat, membuat kakak angkat dan dirinya memberi pesan untuk berhenti berusaha karena masalah terdapat pada dalam kerajaan yang mereka tinggali. Anehnya, mereka memang pernah pada posisi demikian saat masih hidup di dalam masyarakat, tetapi secara ajaib berubah cara pandang setelah menerima takdir tak terhindarkan guna menggantikan raja sebelumnya untuk mengurus masyarakat sampai ajal menjemput. Ya, bisa dibilang juga, sang wanita kini telah dikenal sebagai Courald Dentrolypi, Satu-satunya tuan putri yang membantu sosok kakak sebagai penerus kemakmuran.
"Kau tahu tidak seberapa besar kehendakku untuk tidak ingin menjadi seorang raja? Lebih baik diriku dipilih masuk ke dalam militer dan menjadi ksatria." Courald dapat mendengarkan sebuah keluhan yang setidaknya sudah menjadi makanan sehari-hari. Tepat setelah kedua kaki berbalut alas mahal menyentuh permukaan ruang makan, ia bisa menangkap rupa sang kakak angkat yang telah duduk pada kursi utama pada ujung sebelah kiri. Melepas komplen kepada pengawal pribadi di sampingnya, bersandar dengan salah satu kaki bergoyang tidak tenang. "Bagaimana jika kau mengganti posisiku, Savion? Kau, kan, anak dari raja sebelumnya."
Courald kali ini membiarkan helahaan napas terhembus dengan sempurna seiring mulai menduduki kursi pada ujung meja lainnya setelah pelayan pribadi menarik mundur. Sedikit menaikkan sisi gaun semi transparan agar tidak menginjak sisi bawah--- memerhatikan kelakuan dari sosok raja yang seharusnya sudah bekerja selama tiga tahun. Kedua tangan berpindah, mengibas helai rambut putih panjang miliknya ke arah belakang. Menunggu momen untuk menyela dan sedikit memberikan simpatik kepada Savion Moshe, anak dari raja yang bekerja untuk raja baru setelah pohon keramat tidak memilihnya. Sosok pengawal tersebut kali ini mencekat napas agar tidak memberi cetusan kepada sosok raja, mereka memang teman dekat, tetapi sisi kasual harus dihilangkan pada tempat seperti ini. Maka kedua tangan tetap terlipat rapi di belakang punggung, tetap pada posisi berdiri tegap berpenampilan khas seorang pekerja kerajaan.
"Pilihan alam tidak pernah salah, Yang Mulia." Savion memberikan lirikan dan juga tekanan pada sebutan yang ia gunakan. Jelas sekali seharusnya merupakan panggilan terhormat dan kini dipakai untuk menyalurkan sedikit ancaman. "Jika saja Anda tidak membuang urin di samping pohon keramat saat berusia lima tahun, mungkin Anda tidak akan didatangi oleh arwah yang mengatakan Anda akan menjadi pengganti raja saat sudah besar. Maka saya sendiri bisa saja menanggung beban pekerjaan Anda."
"Oh, jangan ingatkan itu! Anak kecil tidak pernah berpikir soal aturan. Lagipula diriku yang dulu sudah cukup sopan dan mengatakan permisi sebelum melakukan pembuangan."
Courald melepas tawaan pelan setelah menyimak interaksi singkat mereka. Menemukan ekspresi jengkel dari air wajah Savion, setidaknya lelaki bersungguh-sungguh itu tidak pernah berpikir hal bengis setelah mengetahui pilihan dari pohon keramat bahwa ia bukanlah pengganti ayahnya. Justru mendukung dengan baik, tetap bekerja pada ranah kerajaan dengan status lebih rendah tanpa ada rasa dengki di dalam diri.
"Lihatlah, Tuan Putri sudah datang dan menunggu Anda, Yang Mulia. Sesuai dengan keinginan privasi kalian, kami akan meninggalkan ruangan dan hanya masuk jikalau bunyi bel diperdengarkan."
Savion menemukan keberadaan Courald dengan perubahan ekspresi datar walaupun tetap sopan, membungkuk dalam setelah meninggalkan percakapan terakhir sebelum pergi bersama dengan pelayan lain guna keluar dari ruang makan. Membiarkan sosok raja dan tuan putri menjalankan sarapan dengan tenang tanpa harus membatasi topik privasi. Maka setelah pintu besar ditutup dari arah luar dan meninggalkan suara temporer, Courald sepenuhnya memberikan atensi kepada sosok raja di hadapannya. Tersenyum, bisa saja diibaratkan sebagai menyambut atau meledek secara tersembunyi. Sedangkan sang raja sedikit membungkuk--- menopang samping pipi setelah sikut menyentuh permukaan meja. Helai rambut kecokelatan memberi sentuhan poni samping, sedikit menurun dan agak berantakan karena spontan akan diacak pada keadaan frustasi, sisi samping lain rambut ditata rapi dengan model slicked back. Mengenakan pakaian berpakaian rapi khas raja; kali ini sudah tidak lagi rapi setelah jemari nakal melepas dua buah kancing teratas setelah merasakan sesak. Netra hijau membalas pandangan dari netra biru dan pada akhirnya melepas samar senyuman miring dan dengusan geli sebagai respon.
"Setidaknya kita selalu makan enak di sini. Bukankah begitu?" Sang raja melepas topangan dan mulai menegap, bersiap menikmati sarapan dengan beberapa buah roti beserta irisan daging dengan kualitas yang tak perlu dipertanyakan. Kentara memandang hal-hal positif, mereka memang hidup lebih dari berkecukupan walaupun mereka awalnya bukan berasal dari keluarga miskin. "Lalu tampaknya kau sudah mengatakan kepada pelayan pribadimu untuk tidak memberikan gaun tebal pada pagi hari? Gaun satu ini terlihat lebih tipis dan enak dikenakan."
Courald membersihkan tenggorokkan dahulu dengan segelas air putih walaupun tidak mengalihkan atensi dari sosok lelaki yang kini menanggung nama kerajaan di belakangnya, Zeils Dentrolypis, saat pertanyaan dilontarkan. Membuat sang wanita menurunkan gelas dahulu dan memberi angukkan singkat. "Ya, bisa dibilang seperti itu. Walaupun tetap saja menjelang siang diriku diharuskan mengganti pakaian lebih rumit karena harus menghadiri acara pendekatan dengan masyarakat."
"Kasihan sekali." Kali ini Zeils yang memberi sedikit ledekan; melepas tawaan pelan seiring sepasang tangan mengambil alat makan. Kedua mata melirik ke bawah, seketika ia lupa bagaimana seorang raja mengkonsumsi roti berlapis daging. Lalu tidak dipedulikan lagi karena sadar ia hanya sedang bersama dengan bekas masyarakat pula, mulai menurunkan alat makan dan menggunakan kedua tangan sebagai media menyentuh roti lapis.
"Tidakkah sama untukmu, Yang Mulia? Katakan siapa yang harus menghadiri pesta di kerajaan selatan dengan kereta kuda dan harus menempuh perjalanan selama lima jam dan kembali pada malam hari karena besoknya harus mengurus pekerjaan lainnya?" Zeils hampir tersedak setelah mulut melakukan satu gigitan cukup besar dan untung saja berakhir tertelan dengan sempurna. Dibandingkan sosok sang raja, Courald terbawa kebiasaan untuk menikmati makanan sebagai seorang tuan putri. Mengenakan garpu dan pisau secara handal, membuat roti lapis dengan rapi tanpa menyentuh melalui jemari tangan. Sang wanita pun melepas tawaan sebentar. "Walaupun begitu, semangatlah, Kak. Kau kan bisa tidur di dalam kereta."
Zeils melepas hembusan napas sebagai respon apresiasi atas ucapan sang wanita. Memerhatikan singkat setelah Courald memutuskan memberi perhatian kepada roti lapis yang dibuatnya, tetapi keputusan tersebut membuat sang raja sadar dengan fakta bahwa kantung mata kian lama terlihat lebih tebal dari bawah indra penglihatan sosok tuan putri. Membuat Zeils menelan kunyahan dahulu untuk melanjutkan interaksi di antara mereka.
"Masih tidak bisa tidur dengan nyaman?"
"...."
Sang raja berakhir menaikkan salah satu alis. Ekspresi kasual tetap terpasang, menyadari bahwa Courald mendiamkan bukan karena ingin berkonsentrasi menikmati sarapannya, tetapi karena menyembunyikan sesuatu atau enggan mengatakan hal tersirat selain masalah tentang keseriusan sang wanita dalam menyelesaikan pekerjaan hingga Zeils sendiri tidak bisa membedakan antara candu atau diperbudak oleh tugas-tugas yang selalu dibawa serius secara bulat. Sang lelaki tahu walaupun terpandang terbalut dengan samar apatisme, semua disadari karena kemampuan pengamatan. Memutuskan mendiamkan pula, memberi waktu agar Courald menikmati setengah perjalanan sarapan dibandingkan dibuat kenyang oleh topik selanjutnya.
"Masih memikirkan pertemuan tidak terduga dengan Raja Elpizofos?"
Betul saja, pertanyaan itu membuat Courald sulit untuk mengunyah bahkan menelan. Merasa tidak enak hati dan bersalah, sang wanita tahu akan jauh lebih parah jika ia membohongi kakaknya dan berakhir terekspos. Maka Courald menceritakan semuanya mengenai pertemuan beserta perasaan yang timbul. Zeils menerima dan tidak menghakimi, walaupun juga tak memberikan dukungan seakan memosisikan diri pada posisi netral. Tidak heran, justru mendukung malah akan menarik amukan masyarakat--- Jika diingat lagi menyinggung nama raja kerajaan seberang saja sudah membuat warga heboh dengan amukkan melalui kalimat-kalimat beruntun. Seperti terasuki oleh arwah nenek moyang yang mati dengan dendam berkelanjutan. Courald tidak ingin merugikan seluruh kerajaan karena perasaannya sendiri, tetapi ia sekarang justru cukup menjebak perasaan itu untuk dipendam. Memutuskan lebih menunduk, sang wanita menelan kunyahannya.
"Aku yakin dirimu sudah menanam ini, Courald, tetapi jangan bertindak gegabah dan memikirkan hal tidak-tidak untuk bertemu dengannya secara ceroboh." Zeils merasa semakin gerah, kedua tangan beralih pindah melepas jubah terluar dengan kumpulan bulu angsa putih pada daerah pundak setelah indra peraba dibersihkan melalui kain lap bersih. Meletakkan jubah tersebut di atas pegangan kursi sebelum melanjutkan ucapannya.
"Kau tahu kita tidak bisa berbuat apa-apa dengan kutukan itu karena tidak mengetahui keberadaan sumber sihirnya. Bahkan sihir api yang kuedarkan tidak membakar habis mantra tersebut di manapun." Tentu saja, sihir api tersebut hanya membakar spesifisikasi hal yang dipikirkan oleh pemilik. "Atas dendam akibat perlakuan keluarga Kerajaan Elpizofos dahulu, jika saja mereka mengetahui kau mencintai rajanya sekarang, dirimu bisa dihakimi masa tanpa ampun."
Courald tidak sengaja meletakkan garpu sedikit kencang di atas permukaan piring. Bukan karena marah, mungkin saja sedikit sedih karena harus menelan kenyataan itu berulang kali. Tetapi tindakan tersebut sukses membuat sang raja tidak melontarkan apa-apa, walaupun sedikit membelalak sebelum dinetralkan dengan cepat.
"Aku tahu. Aku selalu tahu, Kak. Tidak perlu mengatakannya berulang kali walaupun dirimu mengkhawatirkanku. Lagipula kita selalu mencari cara untuk melepas kutukan itu di sela kesibukan, bukan? Bahkan muncul sedikit harapan setelah kita menemukan buku peninggalan raja sebelumnya mengenai petunjuk guna melepas kutukan. Kita tidak boleh menyia-nyiakan usaha dari Ayah Savion."
Courald mendadak merasa sudah sangat kenyang beserta hendak menghindari percakapan demikian dibandingkan harus menciptakan debat dengan sang lelaki, menata rapi alat makan serta meminta maaf dalam hati karena kali ini tidak bisa menghabiskan sisa sarapan. Salah satu tangan mulai mengambil pegangan bel sebelum dibunyikan dua kali dengan kencang agar terdengar sebanyak dua kali, jumlah bunyi yang menandakan bahwa tuan putri memanggil pelayan pribadinya. Tentu saja, sang raja tidak mengatakan apa-apa karena enggan membentur interaksi semakin panas, membisu pula selagi memerhatikan Courald yang memang memilih menghindar. Berdiri dari kursi setelah ditarik--- lebih dahulu membungkuk seiring menaikkan singkat sisi gaun sebagai tanda hormat dan ucapan selamat tinggal. Maka saat sosok sang wanita membalikkan badan, mulai membawa diri keluar dari ruang makan, Zeils sendiri kembali menopang samping pipi. Memerhatikan pintu yang telah tertutup bersamaan melepas helahaan napas panjang. Kelopak mata pun dipejamkan begitu pula sosok Savion memasuki ruangan karena mengetahui hal mengganjal setelah memerhatikan raut sosok tuan putri.
"Ada apa, Yang Mulia?"
Sang raja membuka sedikit kedua kelopak mata, menangkap sosok Savion yang berjalan mendekat selagi menangkap keberadaan jendela besar sebagai latar dari belakang bahu sang pengawal pribadinya. Zeils berakhir menggeleng kepala pelan, bisa saja kembali memakan roti lapis dengan kedua tangan jika Savion tidak menepis lengan sosok raja sebagai peringatan tata laku sebagai seorang pemimpin kerajaan. Sang raja sendiri hanya membalas dengan cengiran halus, mulai sisa bertindak dengan tata krama yang ia pelajari.
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya membuat Tuan Putri marah akibat gurauanku."
✦
Kesibukan membuat Courald tidak sadar bahwa senja telah menyambut hari. Setelah turun untuk bertemu dengan warga dan menemui kawan lama, pertemuan tersebut memang jelas memakan energi hingga tubuh secara bertahap merasa letih. Setelah memastikan tidak ada hal-hal penting untuk dilalui, sang wanita mengingat pesan raja untuk menikmati waktu istirahat sebisa mungkin, maka memberitahu kepada pelayan pribadi bahwa ia akan menghabiskan hari melalui kegiatan istirahat di dalam kamar, Courald kali ini memandang rupa langit senja dari keberadaan jendela ruangan. Seluruh kerajaan yang memiliki model klasik terkesan mewah, bahkan lapisan emas bisa ditemukan tanpa bekas noda atas kerja keras pekerja kerajaan. Walaupun sang wanita sangat jelas tidak memerhatikan fakta tersebut sama sekali bahkan begitu pula dengan sosok sang kakak, bercerita tentang bagaimana permukaan emas itu sukses memantulkan cahaya dan menyilaukan indra penglihatan lelaki.
"Eh?" Saat Courald menduduki kursi sofa yang didekatkan menuju hadapan jendela, menatap langit dengan bagian samping wajah dibaringkan pada atas lengan terlipat, samar sang wanita bisa menyadari bahwa satu makhluk mendekati jendelanya dengan dua eksistensi sayap berwarna putih bersih, sama seperti helai rambut panjang miliknya. Courald benar-benar menegapkan tubuh guna memastikan hingga secara total berdiri dengan senyuman mengembang setelah menyadari dari mana asal burung pengantar pesan tersebut. Buru-buru membuka jendela dari arah bawah, mempersilahkan sosok merpati mendarat pada sisi bawah jendela agar sang burung bisa dengan cepat beristirahat sementara sebelum kembali kepada habitat.
Maka saat sepasang cakar mencengkram guna mendarat seiring sayap terlipat masuk, sebuah cahaya kebiruan muncul pada sepasang indra penglihatan sang burung--- di mana lingkaran sihir, simbol dari pentagram, menjadi tanda bahwa sebuah sihir telah aktif. Bergerak berputar lamban tepat di depan eksistensi makhluk udara.
'Senang bisa berinteraksi lagi dengan Anda, Tuan Putri dari Kerajaan Dentrolypi. Apakah hari Anda berjalan dengan lancar?'
Courald jelas sekali tidak bisa menahan ulasan senyuman setelah menangkap suara sosok lelaki yang ia kenali, raja dari Kerajaan Elpizofos, yang kini memang terikat identitas sebagai Luc Elpizofos. Nada suara tenang dan membawa kenyamanan--- membawa kembali memori tersendiri saat mereka bertemu pada daerah tebing lelautan. Pertemuan tidak disengaja tersebut membuat mereka benar-benar terpikat satu sama lain, walaupun memang hubungan mereka terhalangi oleh kutukan abadi. Tetapi, bagi sang wanita, mendengar suara seperti ini memang sudah lebih dari cukup. Memang sempat mempertanyakan mengapa burung merpati milik Raja Elpizofos dapat mengetahui kapan sosok tuan putri mendiami kamarnya guna beristirahat dan jawaban didapat meyakinkan hingga menjamin bahwa pemimpin kerajaan seberang tidak melakukan hal-hal aneh seperti menguntit. Raja Elpizofos memang meyakini bahwa ia lebih memilih mencoba menjaga sang wanita melalui burung merpati miliknya.
"Saya baik-baik saja, Yang Mulia dari Kerajaan Elpizofos. Bagaimana dengan Anda sendiri? Mengingat menjadi seorang raja pasti melelahkan. Saya sendiri sedang sekuat tenaga membantu sosok kakak agar ia tidak terbeban sendirian."
Courald menjawab dengan nada berhati-hati dan lembut, selagi salah satu tangan bergerak guna mengusap pelan bagian bawah dagu burung merpati--- membuat sang makhluk mendengkur singkat selagi sedikit menyipitkan kedua mata. Tentu, senyuman tipis belum musnah dari kedua sudut bibir sang wanita dan walaupun tidak mengetahui apa-apa, Raja Elpizofos lebih melebarkan senyuman setelah menangkap raut wanita dari arah indra penglihatan merpati.
'Sangat baik-baik saja, Tuan Putri. Tetapi saya bisa mengetahui Anda adalah adik yang sangat berbakti walaupun Anda dan Yang Mulia tidak memiliki hubungan darah. Tetapi, saya bisa merasakan energi bahwa Tuan Putri berada pada posisi sangat lelah. Apa yang terjadi akhir-akhir ini?'
Courald bergeming total setelah menangkap ucapan dari Raja Elpizofos, tangan berhenti mengusap dan berakhir sedikit menegang saat menyadari bahwa seorang Luc memberikan perhatian yang tidak pernah ia duga. Kedua mata sedikit membelalak dan dengan cepat tenang, walaupun berakhir memilih untuk tidak mengatakan banyak hal kepada sosok raja.
"Hanya melakukan pekerjaan yang lebih banyak dari sebelumnya, Yang Mulia Elpizofos. Saya rasa tidak perlu untuk Anda khawatirkan." Courald memberhentikan pengucapannya sejenak, mendapati kepala dari merpati yang secara cepat dimiringkan seakan bertanya-tanya pula. Terkekeh geli--- sang wanita kembali membuka suara. "Rasanya melewati istirahat nanti malam sudah lebih cukup untuk mengumpulkan energi lagi."
Raja Elpizofos kentara mengetahui bahwa sang tuan putri berbohong karena kentara bisa mengetahui energi yang melemah bukan hanya dari sisi fisik saja, tetapi sang lelaki dengan helai rambut hitam pekat itu tidak dapat menelaah lebih jauh karena sangat menghargai kepentingan privasi. Ada hal yang hendak ditutupi oleh seseorang, bukan? Lagipula Luc sendiri memang menutupi faktual bahwa ia mengisi kerinduan hati dengan diam-diam memerhatikan raut sang wanita melalui media penyambung. Maka saat beberapa detik berlalu dan Courald menunggu jawaban, langit senja mulai semakin menggelap seakan memang sudah ingin menutupi hari.
'Mungkin ada hal yang bisa saya berikan agar Anda dapat melewati malam dengan nyaman sebelum saya meminta sang merpati cantik untuk kembali. Apalah Anda bersedia menerimanya, Tuan Putri?'
Courald tentu saja membutuhkan waktu untuk menjawab, memang sulit menerima pemberian seseorang yang lebih dahulu dipertanyakan kepada sang penerima. Walaupun beranggapan memang tidak sopan jikalau menolak, mungkin saja pemberian dari Raja Elpizofos memang bersungguh-sungguh. Maka setelah berpuluh detik berlalu, sang wanita mulai membuka suara guna menjawab, tidak ingin menggantung pertanyaan sang raja terlalu lama.
"Tentu saja jika itu tidak merepotkan, Yang Mulia."
Tetapi, mungkin saja, penerimaan itu memang merupakan berkah. Walaupun kenyamanan didapatkan hingga malam terlewati dengan sempurna, cela dari kehandalan seseorang memang kentara membawa malapetaka.
✦
Courald tidak menyangka bahwa pagi itu tersambut oleh riuh melebihi batas wajar. Di mana teriakan serta seruan dari banyak orang ditujukan menuju arah istana, membuat sang wanita tersadar dari proses tidur nyenyaknya dengan gejolak terkejut--- lalu bertambah setelah pintu kamarnya didobrak secara senonoh oleh para penjaga kerajaan, tetapi sang wanita yakin tidak ada kerajaan lain yang berani menyerang karena era perdamaian. Maka saat netra kebiruan memandang setelah tubuh dibangkitkan; Courald benar-benar memerlihatkan ekspresi shock bercampur ketakutan. Kulit memucat diikuti getaran netra, ia tak pernah sekalipun mendapati ekspresi kebencian dari raut penjaga kerajaan. Sebenarnya apa yang terjadi? Sang wanita tidak bisa membuka mulut guna bertanya saat samar memori tempo hari menyambut. Di mana mungkin isi kerajaan dan warga mengetahui bahwa Raja Elpizofos berkomunikasi dengan salah satu anggota kerajaan. Tetapi, sang wanita yakin, hanya melewati media perantara! Tidak ada hal spesial selain berbincang dan diri juga yakin bahwa sihir sang raja benar-benar handal dalam menutupi.
"Tuan Putri Dentrolypi." Sang penjaga mendekati keberadaan Courald, memanggil dengan nada dingin dan juga merasa jijik setelah salah satu tangan, bahkan berbalut sarung tangan, meraih lengan wanita hingga menggenggamnya cukup erat. "Anda akan menghadap keberadaan Yang Mulia sekarang dan mengakui segala hal yang telah Anda lakukan. Terutama mengkhianati kepercayaan warga."
Courald memekik setelah sosok sang penjaga tidak main-main hendak menyerat. Sadar bahwa ia masih mengenakan gaun tidur, tetapi sang wanita memang tidak bisa meminta hak dalam keadaan seperti ini. Di mana napas menjadi tercekat seiring kedua kaki mencoba mengikuti kemauan dari figur penjaga, telanjang kaki dalam menyentuh permukaan keramik. Pikiran menjadi kacau balau saat waktu demi waktu mulai menangkap kalimat olokan dari warga luar istana. Memang samar, tetapi sang wanita jelas tahu bahwa teriakan-teriakan itu secara utuh ditujukan kepadanya. Bahkan saat lirikan memandang rupa sang penjaga, mulut seperti berkomat-kamit; mengumpat dalam bisikan serta melempar tatapan tidak menyenangkan ke arah depan. Memandu paksa sosok tuan putri menuju ruang tahta. Setiap langkah terasa sangat berat setelah atmosfer negatif telah memenuhi jalur lorong.
"Itu dia, Tuan Putri Dentrolypi!"
Ah, teriakan itu memang menjadi sambutan pertama saat sang penjaga membukakan pintu ruang tahta yang tergolong besar dan megah.
"Hukum dia sekarang juga, Yang Mulia! Hukum siapa saja yang berkhianat kepada kerajaan dan memilih bersama dengan pendosa generasi!"
"Benar, tidak ada yang perlu dipikirkan lagi, semua bukti sudah Anda dapatkan dan saksi utama adalah kepercayaan absolut!"
Mengapa? Bahkan Courald tidak percaya seluruh anggota bangsawan sudah berkumpul pada pukul tujuh pagi dan meneriakinya dengan amarah sebanding dengan kegilaan warga Dentrolypi. Di mana sang wanita hampir saja berteriak saat sang penjaga dengan tega menarik; benar-benar menghempaskan keberadaan tubuhnya hingga terjatuh ke arah depan. Tepat menghadap keberadaan Raja Dentrolypi yang sedang menduduki kursi tahtanya, lutut menabrak permukaan lantai serta kedua telapak dengan cekatan menahan beban tubuh, Courald bisa mengalami vertigo dahsyat saat teriakan demi teriakan didengar jauh lebih dekat. Ruangan padat dengan keberadaan eksistensi yang mengelilingi; untunglah masih cukup waras akal mereka karena tidak menghakimi melalui pukulan. Karena Courald tahu, jika saja penjaga itu melemparnya menuju warga biasa, tubuh dipastikan telah dihinakan dan dibuat tak bernyawa. Itulah kekejaman dari kutukan.
Tetapi, untuk sekarang, Courald harus menatap rupa dari sosok kakak angkatnya. Walaupun saat kepala mulai dibangkitkan--- sang wanita membelalak terkejut setelah indra penglihatan bisa menangkap seberapa keji kedua netra tersebut menatapnya melalui kebencian yang terkesan dingin serta merendahkan. Ekspresi datar mewakilkan perasaan kecewa. Didukung oleh murka ketegasan dari raut Savion yang memunculkan eksistensinya di samping keberadaan sang raja.
"Yang Mulia?"
Courald berbisik dan cukup sadar bahwa ia tidak bisa bertindak kasual sama sekali. Kentara merasa begitu sakit setelah sensasi menyelekit merasuki hati--- sang wanita perlahan sedikit menduduk, menangkap seberapa cukup berantakan penampilannya sekarang dari refleksi permukaan keramik. Berakhir menggigit bawah bibir sejenak, ia memang tidak bisa berkomentar apa-apa setelah sosok para bangsawan meminta sang wanita untuk diam dan bertindak sopan karena pengawal pribadi dari sang raja akan membuka suara untuk menjelaskan permasalahan yang telah dilalui. Savion memutuskan maju selangkah dari titik tinggi, menarik atensi bangsawan di bawahnya serta tatapan singkat dari indra penglihatan sang raja. Hal ini membuat sang wanita mencuri pemandangan di hadapan, hati serta pikiran menjadi kacau. Termakan oleh ekspektasi terburuk.
"Tuan Putri Courald, kami sangat kecewa dan murka dengan tindakan Anda."
Mungkin menghilang begitu saja adalah sebuah pilihan, tetapi sama saja kabur dari sebuah kesalahan. Menentang sistem adalah perbuatan fatal--- Courald memutuskan mendengarkan dengan sangat baik walaupun seluruh kalimat pada hari itu memang berunsur hujatan serta hinaan tak termaafkan.
"Anda membiarkan Raja Elpizofos untuk menghubungi Anda melalui media perantara yang disadari oleh salah satu prajurit penyihir kami. Tidak kurang dari itu, Anda juga membiarkan sosok raja sialan itu membuat energi pada ruangan Anda, menciptakan jalur, dan membuat Anda dan Raja Elpizofos bercinta di dalam kerajaan ini!"
Courald membelalakkan mata kembali dengan perasaan terkejut setengah mati. Seluruh bisikan memenuhi ruangan bahkan bisa sang wanita sadari beberapa sosok bangsawan keluar dari ruangan guna mengeluarkan isi perutnya. Tentu, amarah mulai bergejolak dari dalam diri Courald. Benar, sang wanita didustakan dengan unsur tidak benar! Maka menaikkan kepala untuk memandang dengan yakin, ia tak sadar mengeluarkan sebuah teriakan sebagai naluri manusia dalam membela diri. Mengapa Savion bisa tega mengatakan hal tidak benar di hadapan banyak orang? Terutama di samping keberadaan kakak angkatnya!
"Itu tidak benar! Memang benar diri berkomunikasi dengan Raja Elpizofos melalui media berupa burung merpati. Tetapi saya sama sekali tidak membiarkan Raja Elpizofos untuk masuk ke dalam area istana melalui sihir! Ia hanya sekadar memberikan hadiah berupa sihir di mana mengedarkan energi positif dan berkat itu aku mampu tidur dengan nyenyak!"
Courald sedikit tersenyum tipis seakan menghinakan dusta itu, kedua mata berpindah menatap sosok sang raja. Ia tahu bahwa kakak angkatnya memiliki penghakiman yang baik, tak mudah termakan oleh omongan belaka. "Saya bisa berjanji dan bersumpah dengan hal ini, Yang Mulia!
Zeils benar-benar bungkam dan masih menduduki kursi tahtanya dengan bagian sikut menopang pada salah satu pegangan, maka saat jemari yang digunakan dalam menopang sebelah pipi sedikit bergerak seakan melempar respon awal. Kedua mata terpejam sejenak hingga terbuka, mengedarkan pandangan menuju sekitar dan sadar bahwa semua orang menunggu jawaban dari sosok raja yang masih dipercayai. Seluruh suasana ruangan menjadi sunyi, tetapi luar istana masih terkesan seperti kekacauan dan akan menenang sampai kabar didapatkan. Sebuah helahaan napas terbuang, membuat Courald bertanya apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh sosok sang kakak angkat.
"Hukum wanita di hadapanku ini dengan sepantasnya. Antar ia menuju tepi tebing dan pastikan tubuhnya termakan oleh murka lautan."
Courald tidak mempercayai hal ini. Tetapi tak bisa melawan pada saat itu juga setelah sang raja menaruh atensi kepada pengawal pribadinya dahulu. Berupa jawaban bahwa kepercayaan diberikan kepada sosok di samping, bukan hadapan. Walaupun memang tidak bisa mengelak, memutuskan mengenal adalah kebodohan dan tindakan bunuh diri setelah terekspos. Tetapi, sang wanita tidak akan mati dengan tenang karena dusta tetap ditanggung bahkan dipercayai oleh banyak orang; mengenai kalimat tentang bercinta. Courald tidak sehina itu!
"Dimengerti, Yang Mulia." Savion menjawab dan diikuti oleh sorakan para bangsawan. Di mana murka dari warga kerajaan ikut pula menjadi sorakan sedemikian seakan mendengar kabar baik dari perantara. Kutukan yang mengerikan memang tidak memandang hal berbau kejam. "Saya akan bertanggung jawab dan meyakinkan atas kabar kematiannya. Maka sekarang kami tidak memiliki lagi sosok Tuan Putri selain Anda yang bisa kami percayai."
Courald membiarkan tangisan yang ia tahan sedari tadi menjadi sebuah peninggalan terakhir. Terasuki oleh kenyataan, ia jelas membungkuk dalam dan tidak ingin melihat seluruh rupa wajah pada kerajaan Dentrolypi bahkan sekaligus eksistensi kakak angkatnya. Merasa seluruh perasaan kompleks bercampur aduk, lengan bergetar hebat dan berdampak pada bagian tubuh lainnya. Seluruh kerajaan telah membencinya dan ia tidak bisa menemui serta berbuat apa-apa setelah ini. Savion memiliki kekuatan sihir yang kuat dan kematiannya akan dipastikan. Maka saat sadar bahwa sosok penjaga tadi menghampiri guna membawa, sebuah suara membuat langkah kaki berhenti tidak jauh dari keberadaan Courald.
"Tunggu sebentar." Sang raja bersuara dan memang menjadi perintah mutlak. Di mana membuat Courald tidak memerhatikan karena terasuki oleh kesedihan bergejolak, walaupun masih mendengarkan langkah kaki lain yang menghampiri. Turun dahulu dari anak tangga--- tak bisa menangkap saat salah satu tangan sang raja mengambil sebuah pedang yang diberikan oleh pengawal lain. Gesekan besi terdengar dari sentuhan, membuat Raja Dentrolypi memandang keberadaan Courald dengan totalitas. Hingga berhenti tepat di belakang keberadaan sang wanita; membuat kesimpulan bahwa tindakan memenggal bukanlah hal yang akan dilakukan.
"Aku tidak ingin ia keluar dari kerajaan dengan penampilan yang sama sebagai sosok tuan putri Dentrolypi." Entah apa yang harus direspon oleh Courald, tetapi sang wanita setidaknya bisa menangkap nada datar itu tidak disirati oleh kebencian. Walaupun lidah terasa keluh saat berpikir ingin membisikkan perkataan minta maaf.
Maka saat setidaknya ingin memberi sebuah respon, sebuah tarikan justru membuat Courald memekik kencang serta meringis. Merasakan cengkraman pada helai rambut panjangnya--- membuat sang wanita mau tidak mau mendongak dengan kedua mata terpejam. Tarikan tanpa unsur menahan, perbuatan yang membuat suara dari sosok para bangsawan berkoar seakan menanti dengan sangat. Di mana sang wanita kentara tak bisa berpikir dan tersadar bahwa sisi tajam pedang mulai memotong helai rambutnya melalui tangan dari sang raja secara langsung. Tepukan meriah menjadi sambutan utama, Courald bisa merasakan ratusan helai rambutnya mulai berjatuhan setelah dilepaskan dari genggaman. Kedua tangan mengepal dengan sangat erat--- merasa bahwa diri benar-benar dihinakan. Termasuk oleh sosok kakak angkat yang ia pikir adalah seorang pengecut. Kali ini membungkuk dalam, membiarkan sisi lengan menyentuh permukaan lantai. Kening menempel pada keramik, menjerit di dalam hati penuh dengan rasa frustasi.
Mungkin momentum demi momentum. Waktu yang dilalui bersama dan juga hidangan pagi yang mengikat hubungan lebih dalam tidak memiliki arti apa-apa.
✦
Kereta kuda itu hanya dikendarai oleh satu pengawal saat malam menjelang. Membawa sosok wanita yang tidak menampilan emosional selain kesedihan membekas--- duduk pada salah satu permukaan kursi, menyandarkan sisi kepala selagi mengarahkan pandangan untuk menangkap pemandangan luar dari arah jendela. Sunyi dan mungkin mencekam, bekas Tuan Putri Dentrolypi tahu destinasi terakhir tidak akan membawa perubahan apa-apa selain kematian atas surugan sosok raja,yaitu kakak angkatnya sendiri. Mungkin demi melindungi tahta atau memang menyimpan kejahatan yang tidak diketahui setelah status raja dirauk dalam diam. Apakah benar pohon terberkati memutuskan pilihan tepat? Di mana keberadaan keramat tersebut tidak mengalami efek dari kutukan nenek moyang. Helai rambut tetap berantakan sama saat pagi menjelang, gaun cantik dikenakan cukup tebal, kali ini rambut tergolong pendek karena tertandas. Entah memiliki maksud mempercantik maut atau memudahkan sang wanita untuk ditelan oleh kedalaman laut. Ingin diam saja, tetapi Courald bisa menangkap dengusan geli dari arah pengemudi. Berasal dari eksistensi Savion.
"Apakah kau senang, Kak Savion?"
Courald bertanya dengan lirih. Setengah perjalanan sudah lebih dilewati dan mungkin dekitar sepuluh menit mereka akan sampai menuju tujuan, walaupun sang wanita seharusnya sadar memang jalur itu terasa familiar. Beberapa detik kemudian, sosok lelaki merespon, langkah kuda menjadi pelengkap di antara mereka.
"Setidaknya rencana kakakmu itu berhasil. Ya, diriku merasa cukup senang."
Sang wanita hendak saja ingin merutuki dalam hati, tetapi lebih dahulu dihalangi oleh kelanjutan dari ucapan Savion.
"Warga itu tidak akan melepaskan tuan putrinya dengan mudah, kau tahu?" Savion melepas tawaan pelan, sedikit mempercepat laju kereta kuda selagi masih memandang lurus depan. Di mana membuat Courald sedikit menegapkan tubuh, kalimat itu jelas menarik perhatiannya. "Maka membuat mereka membencimu adalah pilihan tepat."
"Apa maksudmu?"
Respon cepat dari mulut Courald membuat Savion sedikit mendecih karena merasa sebal. Tetapi seperti angin berlalu dengan cepat, sang lelaki sedikit menengok ke belakang guna memberi tatapan singkat kepada sang wanita. Kepala Savion sedikit menggeleng-geleng seperti meledek mengapa sosok wanita itu belum bisa menangkap kesimpulan dari hal-hal yang ia alami dalam sehari.
"Zeils tidak sengaja melihat rupamu yang sedang berbincang dengan Raja Elpizofos melalui media merpati di mana dekat dengan keberadaan jendela." Savion meluruskan pandangan, memberhentikan ucapannya sementara. Kentara bertindak kasual saat menyadari keberadaan mereka memanglah merupakan interaksi personal. "Ia tidak pernah melihat dirimu merasa sangat senang seperti itu. Tersenyum demikian, kau terlihat lebih bahagia dibandingkan harus terikat pada kondisi Kerajaan Dentrolypi. Maka Zeils hendak membuatmu terasa seperti itu terus menerus. Walaupun dalam artian memperburuk keadaan, membuatmu tersiksa sementara, dan memasang kekejian yang tidak seharusnya. Dengan begini, kau sudah terlepas dari beban kerajaan."
Courald membelalak terkejut. Mulut terbuka dan ia tutupi dengan keberadaan telapak tangan yang saling menyentuh satu sama lain. Hal ini membuat Savion kembali menoleh ke belakang, melepas senyuman lembut.
"Maafkan aku karena menyetujuinya, tetapi saat hendak menolak permintaan kakakmu. Aku bisa menangkap satu kalimat dari ketegasan raut miliknya seakan mengatakan keinginan agar kau hidup untuk lebih bahagia. Tenang saja, urusan kutukan kerajaan, aku berjanji akan sekuat tenaga membantu kakakmu satu itu. Sekarang ini, ia hanya ingin memprioritaskan masa depanmu."
Courald merasa perasaannya pecah untuk kedua kali, memutuskan memejamkan mata. Masih menutup bagian setengah bawah wajah selagi aliran mata mulai terhasilkan. Lantas mulai menyingkirkan keberadaan tangan, sang wanita mulai membuka suara.
"Bagaimana dengan kakakku sendiri? Apakah ia sendiri sudah bahagia?"
"Dia sedang mengusahakannya, Courald." Savion langsung menjawab dan tidak ingin mendusta lagi. Berkonsentrasi menatap jalur jalanan, diam-diam sedikit menghela napas karena belum rela melepas sosok di belakangnya. Mau bagaimanapun, mereka cukup dekat. "Untuk sekarang, kau memang benar-benar tidak bisa kembali ke sana."
Savion memberhentikan ucapannya dalam jeda cukup lama setelah merasa mereka telah sampai menuju tujuan. Perlahan memberhentikan laju kuda--- sang wanita sendiri masih menaruh atensi kepada sang lelaki seakan menunggu kalimat yang secara terlihat akan dilanjutkan cepat atau lama. Lebih dahulu membersihkan sudut mata dengan punggung tangan, entah kenapa senang mulai merasuki sedih; perasaan kompleks menjadi hambar karena sang wanita meninggalkan tetapi juga menyambut. Sekarang Savion meletakkan lengan pada atas kursi pengemudi, memutar setengah tubuh agar memandang Courald jauh lebih jelas. Tersenyum cukup lebar, sangat jarang bahkan pertama kali ditangkap oleh sang wanita.
"Bukan berarti dirimu tidak memiliki tempat tinggal baru sekarang, kau tahu?" Savion melepas tawaan singkat, kereta kuda telah berhenti dengan sempurna. Membuat mereka dapat berkomunikasi tanpa terganggu. "Jangan lupa mengabarkan kami melalui sang merpati setelah menjadi ratu, Tuan Putri Elpizofos."
Courald memang tidak mengerti secara langsung saat Savion mengatakan hal demikian, tetapi saat sadar suatu bau lelautan yang amat familiar dan juga arah pandangan wajah sang lelaki selagi menunjuk ke satu arah melalui gerak dagu. Sang wanita mulai mengikuti arah pandangan tersebut, di mana jantung berdebar kencang setelah menangkap sosok yang pernah ia temui pada titik sama. Berdiri dengan indra penglihatan menangkap keberadaan Courald yang berada pada dalam kereta kuda, melepas senyuman tipis, helai rambut hitam terhembus pelan menuju sisi timur, netra biru menyambut dengan hangat dan lembut. Titik di mana sang wanita selalu indahkan pula. Raja Elpizofos menjemputnya, menunggu dengan tangan terbuka di mana perbatasan akan memandu jalur menuju kerajaan seberang. Lagi-lagi, sebuah tangisan pecah.
"Hidup dengan bahagia untuk kami, baik?"
.
.
.
.
Take me away to the shining light,
over the waves peaceful at night.
There among the stars glowing in the dark.
You watch over me,
Smiling down patiently.
.
.
.
End.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top