5. Shock Teraphy
Yusuf duduk menikmati semilir angin segar yang berhembus di pagi hari di Lawang, Kabupaten Malang. Ia tidak menyangka, jika Nesya memiliki masa lalu yang Yusuf yakini gadis itu sendiri tidak mengetahui. Setelah membawa Nesya yang hampir diperkosa—pria bajingan entah siapa namanya—ke rumah ibunya. Yusufmenelepon Raditya, mengabarkan apa yang terjadi pada putrinya.Tentu Raditya kaget dan marah, hingga tanpa sadar Raditya menceritakan asal usul Nesya yang tak pernah ia ketahui. Sampai akhirnya, Raditya juga meminta sesuatu yang membuat Yusuf bimbang. Ia tidak yakin apakah bisa mewujudkan permintaan Raditya.
Bagaimana lagi, Suf. Saya hampir putus asa menyikapi anak itu. Karakternyapersis ibu kandungnya. Keras kepala. Saya hanya takut apa yang terjadi pada Carenina akan terulang padanya.Dulu saya bisa pasang badan untuk menyelamatkan mereka. Jika hal itu terjadi pada Nesya, siapa yang akan melindungi diaSuf?Maafkan pria tak tahu malu ini yang justru meminta kamu untuk menjaganya.
Tepukan halus di pundak menyadarkan Yusuf dari lamunan. "Masih kepikiran omongan Pak Raditya?"
Yusuf mengangguk mengiakan. "Apa Ibu setuju?"
Harum—Ibunda Yusuf—mengukir senyum untuk menenangkan kebimbangan putranya.. "Apapun yang membuatmu bahagia, Ibu setuju. Kalau kamu sanggup dan itu membuatmu tenang, Ibu nggak larang. Lagian Ibu wes nggak sabar juga punya mantu."
Hati Yusuf lega setelah mendapat dukungan dari Harum. "Yasudah nanti Yusuf bicarakan dengan papanya."
*****
Jakarta, Bandara Halim Perdana Kusuma
"Bapak! Kenapa kita harus pulang sekarang, sih? Liburnya Nesya masih lama tahu." Nesya menggerutu saat mereka baru saja mendarat di Jakarta.
"Libur saya hanya sampai minggu. Senin saya sudah harus bekerja lagi," tukas Yusuf tanpa menoleh atau menghiraukan Nesya yang berjalan membuntuti dirinya.
Sore hari dari setelah Nesyasadar dan cukup kuat tubuhnya, Yusuf langsung membawa Nesya pulang. Mereka sempat berdebat saat Yusuf melakukan pembelian tiket melalui aplikasi di ponsel. Nesya bahkan merengek agar diberikan waktu untuk menghindari Raditya sementara waktu, tetapi Yusuf tak peduli sedikitpun dengan tangisan atau rengekan gadis itu.
"Tapi Nesya takut."
"Orang dewasa selalu bisa mempertanggungjawabkan setiap keputusanya." Tatapan Yusuf pada Nesya tajam, setajam ucapanya.
Seharusnya, moment berdua dengan Yusuf—pria yang Nesya cintai dalam diamnya—menjadi moment yang bisa membuatnya selalu tersenyum. Namun, kejadian kemarin malam membuat Nesya tidak nyaman dengan kehadiran lelaki mapan disamping ini. Selama dalam perjalanan menuju rumah, Nesya menutup mulut rapat sibuk menerka-nerka kemurkaan apa yang akan diterimadari Raditya.
Mereka kini tengah berada di kediaman Raditya Wahdhana. Nesya merasakan degup jantungnya tak karuan, bukan karena Yusuf yang berdiri disampingnya dan tengah mengetuk pintu rumah. Tetapi, karena pria pemilik kediaman yang harus ia hadapi sesaat lagi.
"Kak Sya!" Rizal—adik Nesya—membukakan pintu lalu memeluk Nesya.
Nesya membalas memeluk Rizal. "Papa mana, Zal?" tanya Nesya sesaat setelah melepas pelukan adiknya.
"Ada di ruang kerja sama Mama," tuturnya seraya menoleh pada sebuah pintu dalam rumah.
Nesya mengangguk paham. "Kak Sya ke kamar dulu, ya."
Namun, Yusuf menahan lengan Nesya. "Kamu ikut saya bertemu Papa kamu dulu."
Menghela napas panjang, Nesya berjalan gontai mengekori Yusuf berjalan menuju tempat yang Rizaldi katakan tadi. Yusuf mengetuk pintu ruang kerja Raditya dan membuka handle-nya. Wajah Nesya mendadak memucat. Diam dan mengekori Yusuf memasuki ruangan.
"Akhirnya anak Mama pulang juga!"Windamemeluk Nesya erat saat melihat anak gadisnya datang bersama Yusuf. "Maafin Mama! Maafin Mama yang tega izinin kamu pergi sendiri," mohon Winda sembari terisak lirih.
Nesya merasa bersalah, sebab ibu tirinya jadi menyalahkan diri sendiri. "Kakak yang salah, Ma," cicitnya tersekat.
Raditya meradang. "Nesya, duduk!" titah sang ayahbernada dingin, membuatnya merasakan berada di kursi pesakitan.
Pak Ucup tolongin Nesya, dong! Nesya melirik Yusuf sekilas. Udah biasa lihat orang diadilin kali, ya? Nggak ada kasihannya lihat Nesya! Dia nggak tahu apa Nesya butuh pembelaanya dia! Jerit hati Nesya.
"Papa marah dan kecewa sama teman-temanmu yang tega bertindak sebejat itu terhadapmu. Bahkan, Papa sudah berencana untuk membawa masalah ini ke jalur hukum dengan kasus pemerkosaan dan pelecehan seksual. Kamu dibius, diracuni dengan obat yang membuatmu tidak sadar dalam jangka waktu tertentu dan itu disengaja!" beber Raditya dengan menekankan kata akhir pada ucapanya. "Kamu dilecehkan secara masive dan terang-terangan, bahkan di tempat umum seperti keterangan Yusuf pada Papa kemarin malam."Nesyamenunduk dengan wajah takut dan lidah kelu. Ia tak berani membantah.
Raditya menghela napas berusaha meredam dan mengontrol segala emosi yang bercokol dalam diri. "Papa terpaksa mengatakan ini. Maafkan Papa jika akhirnya mengecewakan kamu. Kamu harustahu, apapun yang Papa lakukan padamu semata-mata untuk kebaikanmu dan karena Papa menyayangi kamu sangat. Kamu tidak perlu tahu alasannya, cukup lakukan dan percaya pada Papa."
Nesya menatap Raditya. "Papa mau larang kakak nyanyi dan suruh kuliah ekonomi atau jadi agen asuransi?"
"Itu salah satunya, tapi bukan itu yang utama yang akan Papa bicarakan saat ini juga," tegas Raditya.
"Kakak kuliah di kampus deket tempat Oma sama Opa dan tinggal sama mereka?"
"Itu justru ide buruk!" sergah Raditya, "Papa mungkin akan menyerahkan kamu pada seseorang, Nesya. Papa membutuhkan orang yang bisa bertanggung jawab penuh atas kamu."
Nesya bingung tidak memahami maksud ucapan Raditya. Memberikan dirinya kepada seseorang? Apa mereka pikir Nesya barang yang bisa dipindahtangankan? Atau binatang yang jika nakal lalu diusir begitu saja keluar rumah. "Pa-papa usir kakak?" tebak Nesya dengan wajah basah dengan air mata.
Masih dengan tatapan dingin Raditya memandang Nesya datar. "Papa akan menikahkan kamu. Memberimu pelindung yang bisa bertanggung jawab atas dirimu seutuhnya. Papa nggak sanggup jika hanya sendiri menjagamu."
"Me-menikah? Kakak nggak punya pacar, Pa!"
"Ya memang bukan dengan pacar kamu, kalaupun kamu punya!"
Dahi Nesya berkerut semakin dalam. "Lalu nikah sama siapa?" tuturnya lirih.
"Yusuf Arbianda."
Nesya tercengang hingga mulutnya terbuka. Ia tak salah dengar, 'kan? Nesya menoleh kearah pria yang namanya baru saja disebut oleh Raditya. Lelaki itu tidak bereaksi apapun terhadap rencana Raditya. Apa memang dia berkonspirasi? Jika iya, harusnya Yusuf menunjukkan wajah bahagia karena rencananya berhasil. Namun, wajahdatar tanpa ekspresi, tak ada sedih atau bahagia yang Nesya tangkap dari netranya.
"Kali ini Papa mohon nggak ada 'tapi', penolakan, atau negosiasi."
Ini mah rejeki nomplok, Papaaaa! Jodoh pasti bertemu. Setiap kejadian pasti ada hikmahnya lah, ya! Alhamdulillah, rejeki diva solehah.
Tersenyum samar dengan wajah yang dibuat seakan dirinya terpaksa dan tegar, Nesya mengangguk mengiakan permintaan papanya dengan lesu."Kakak nurut apa perintah Papa, kalau memang Pak Yusuf yang Papa rasa baik untuk kakak. Kakak terima pernikahan ini," cicitnya lirih dengan wajah pasrah.
Winda melotot tidak percaya dengan jawaban Nesya "Kamu yakin, Sya?" Ibunda tercintanya menyela. "Pernikahan bukan hal main-main, Kak," tambah istri Raditya itu dengan wajah serius.
Nesya menoleh pada mamanya dan mengangguk perlahan, "Yakin, Ma, jika ini memang yang terbaik untuk kakak dari Papa."
Ya Iyalah! Dari apapun yang pernah Papa kasih buat Nesya, ini yang best to the best! Wajah Nesya tampak pasrah, namun hatinya sedang berpesta pora.
"Yusuf, bagaimana?" Suara Papa Nesya kini terdengar meminta pendapat pria mapan calon suami Nesya.
Sang Jaksa mengangguk mantap. "Sesuai yang Bapak bicarakan pada saya semalam. Saya siap!"
Winda tampak khawatir dengan rencana Raditya. "Papa mau kapan menikahkan Nesya?"
"Dua minggu lagi setelah wisuda, saat Karti sudah kembali kerumah kita dari cutinya."
Winda terbelalak kaget. "Terlalu cepat, Pa! Bahkan anak kita saja baru lulus sekolah!"
"Tadinya aku memang mau melamar Yusuf untuk Nesya saat usianya dua puluh tahun nanti. Tapi kejadian ini membuatku bertambah khawatir. Nesya hampir sembilan belas tahun, sudah legal untuk menikah. Jika ada hal yang berkaitan dengan pendidikan terhadap pernikahanya, Papa yang akan urus semua."
Winda tak bisa begitu saja menerima keputusan Raditya. "Tapi menikah bukan hal sepele, Pa!"
Tampak helaan besar dari Raditya. "Kejadian kemarin juga tidak bisa dikatakan sepele, Sayangku. Cukup aku yang menderita delapan belas tahun lalu. Jangan ada orang lain lagi!"
Winda dan Raditya saling tatap dengan sorot mata yang tidak bisa Nesya dan Yusuf baca. Mereka tahu perdebatan antara suami istri itu tak bisa pihak luar terka sedikipun. Akhirnya Winda mengalah meskipun dengan berat hati. "Ya sudah, Mas, Winda hubungi Mas Ardian mau kabari soal pernikahan Nesya."
"Nggak ada resepsi, ijab kabul aja."
Nesa mendekati Raditya. "Kenapa, Pa? Biar ini pernikahan karena perjodohan, kakak pengen ada resepsi."
Winda menarik Nesya duduk di sebelahnya, menatap tepat di bola mata putrinya. "Kakak turuti saja yang Papa bilang," bujuk Winda. "Mama tanya lagi, kakak yakin mau nikah sama Pak Yusuf?" Nesya mengangguk pelan dengan riak wajah sendu. "Kamu cinta Pak Yusuf?"
Ya iyalah, Mamaa! To the moon and back!! banget banget banget!!
"Cinta atau nggak saat ini sama Pak Yusuf, setelah jadi istrinya, kakak bakalmengabdi sama Pak Yusuf. Kakak ikhlas berikan seluruh hati dan hidup untuk mencintainya kelak."
Racun sumpah mulut lu, Nes!! Nesya memang ratu drama.
Pria yang sedang Nesya bicarakan, sontak menoleh pada gadis belia yang tak lama lagi menjadi istrinya. Mengernyit halus seakan berfikir, apa benar yang ia dengar? Nesya dengan mudah menerima perjodohan ini. Berjanji setia sampai maut memisahkan dan mengabdikan diri untuk mendampingi dia? Yusuf tak percaya. Dia terlalu muda tapi bisa semudah itu berkata seakan dirinya sudah terlampau dewasa. Tidak lama Yusuf memutuskan untuk pamit pulang dan berkata bahwa ia akan datang saat akad dilaksanakan. Ia juga menyerahkan pihak wanita yang mengurus legalitas pernikahanya kelak.
See you soon, My future husband. Imam Nesya dunia akhirat. Malam pertama kita dua minggu lagi
Pak Ucup sayangnya Nesya..
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top