24. Interview.

Rumor seputar bagaimana hubungan Nesya dengan salah satu pemilik management artis belum sepenuhnya pulih. Ditambah lagi masalah baru karya Hanindia Carnesya. Foto dirinya dan Yusuf saat di lobi kejaksaanberedar di dunia maya. Untuk masalah foto mereka, Devina terpaksa berbohong lagi kepada publik dengan mengatakan bahwa Nesya brand ambassador Dapur Winda Catering. Sehingga mengantar sample produk baru, juga boleh ia lakukan sebagai salah satu bentuk tanggung jawab terhadap pekerjaan.

Satria pun berulah. Dengan santai, ia berujar pada awak media bahwa Nesya, mantan yang ia buang dan memohon agar diorbitkan, namun Satria menolak. Devinamendidih karena pernyataan Satria, menyambangi kediaman si Berengsek itu dan mengancam akan membeberkan rahasia masa lalu antara dirinya dan Nesya.

Kalau lu mau Nesya ancur, ayok nggak apa ancurin sekalian dia. Tapi lu juga akan lebih hancur dari dia!! Ancam Devina saat itu. Satria tersenyum sinis tak membalas ancaman Devina. Namun, perempuan bersuami itu tahu, bos management tengik di hadapanya ini gentar dengan topik masa lalu yang ia lontarkan.

Winda Wardhana bahkan menghela napas dan berusaha sabar karena mendadak ia juga direpotkan klarifikasi perihal Brand Ambassadorbohongan itu. Untung saja ibu tiri Nesya ini tipikal lebih banyak berpikir daripada ngomel dan ia tahu mengapa anaknya nekat melakukan itu.

"Sya, minggu depan kan lu show ke Yogya, trus habis itu break dua minggu kan buat Ujian Akhir Semester?"

"Yes beiby. IPK dedek gemesh ini harus diatas tiga atau digantung sama Raditya," sahut Nesya sambal lalu sebab ia sibuk dengan kukunya.

Davina membaca jadwal Nesya sebelum cuti ujian. "Lu besok ada interview, ya, di acara Mata Hati"

Nesya mengernyit. "Di studio, Mbak?"

"Iya."

"Bahasanya soal rumor gue, ya?"

Menggeleng tanpa melihat Nesya. "Enggak. Gue, sih, nggak bolehin bahas rumor, soal karir lu aja, buat memotivasi anak muda katanya."

*****

"Baik pemirsahbudiman. Siang ini kita kedatangan tamu spesial banget. Susah loh nemuin jadwal dia yang cocok buat datang kesini. Gimana nggak susah? Secara this girl sibuknya nggak ketulungan. Selain sibuk belajar dan persiapan Ujian Akhir Semester, dia juga sibuk meroketkan karir bernyanyi dan shoot beberapa iklan," terang presenter pria yang gagah namun melambai itu, "Hyuukk! Langsung aja kita sapa si cantik muda belia, Carnesya! Hai, Nesya."

Nesya melebarkan senyum menyahuti presenter di dekatnya. "Hai, Kak Aldo."

"Apa kabar, Adekku?"

"Alhamdulillah, baik."

Kemudian mengalirlah sesi tanya jawab seputar perjalanan karir Nesya menjadi penyanyi.Mengulang-ulang cerita tentangnyadengan tidak menyebut Yusuf sebagai salah seorang paling berjasa bagi kesuksesan Nesya.

Yusuf yang mendapat info bahwa istrinya tapping di acara Mata Hati dari Karti, mendatangi studio stasiun televisi untuk melihat. Entah apa yangdipikiran Yusuf saat ini, yang jelasia hanya ingin mengikuti kata hatinya. Berjalan memasuki studio dan duduk di bangku paling atas pojok.Berharap tak ada yang menyadari kehadiran Yusuf.

"Oke. Aldo penasaran deh, Sya. Siapa sih yang lagi deket sama kamuh?"

"Hhhmm ... ada, deket banget malah. But its confidential," goda Nesya sambil tertawa.

Aldo melihat gemas pada tamu acaranya hari ini. "Gengges, deh, Yey!" respon bences Aldo. "Tapi kita kenal deske nggak, beb?"

Nesya menggeleng seraya tersenyum lebar. "Dia bukan celebrity. Hanya pria biasa, tapi spesial buat Nesya."

"Jadi, yang viral itu. Hoax dong?"

Gadis dengan gaun feminine tersebut mengangguk membenarkan. "Absolutely! Dan Nesya juga nggak terlalu mikirin, sih. Karena memang bukan seperti itu kejadianya."

"Oya, aku perhatiin nih, Sya. In everytime, kamu selalu pake kalung itu. Kepo deh, gue," tunjuk Aldo pada benda yang melingkari leher Nesya.

Nesya tertawa lirih. "Kepo lu detil banget, ya, Kak, sampe harta gue lu lirik juga."

Suara tawa terdengar serentak dari dalam studio.

"Ya Aldo, gitchuuu. Terus, ya, Sya, why should A? Padahal nama lu Hanindia Carnesya. Nama keluarga, Wardhana. Tapi inisialnya bukan HC atau W. Why?" tanya pria itu penasaran.

Nesya melirik keatas untuk berpikir. Namun, lirikan yang ia tujukan pada plafon sudut studio, justru bertemu dengan laki-laki tercinta dan menjadi dunianya. Hingga sesaat, Nesya terkejut dalam diam.

"Sya, why? Apa karena ada black pearl-nya?"

Nesya tersadar. "Bisa jadi," jawabnya garing. "Tapi bukan itu sih alasanya." Kembali mata Nesya mengarah pada kursi sudut atas. "Huruf A itu, punya arti tersendiri buat gue. Even nama gue nggak berinisial A. A, itu huruf pertama di alfabeth. Dan A, dalam bahasa inggris, menandakan tunggal. A Manggo, A house, contohnya. Means cuma satu,'kan? Ini pemberian seseorang. Buat gue, dia seperti huruf A ini, pertama dan satu-satunya," ucap Nesya menghadap kamera. Meski mata mengarah ke spot lain.

Aldo memekik gregetan. "Astagaaa! Nggak nyangka, ya, Nesya bisa se-mellow ini. Udah deh, lu besok nggak usah jadi penyanyi! Jadi pujangga aja!"

Gelak tawa kembali menggema.

Nesya tertawa. "Makanya, Nesya minta tolong ke semuanya, mohon jangan mudah percaya sama yang viral-viral tapi nggak jelas itu," ucapnya seraya tersenyum, "Nesya memang punya seseorang, tapi itu privacy. Kalau boleh, Nesya mau dinilai public dari performance dan prestasi di bidang tarik suara ini. Jika kami sudah ingin melangkah pada hubunganserius, Nesya pasti shows deh ke kalian. Biar nggak mati penasaran."

Hhuuuu~~
Yaaaahhhh~~

"Patah hati jamaah, ya, pemirsaaah? Mau patah hati tingkat apa ini?" Gelak tawa kembali terdengar.

"Tingkat studio aja, deh." Nesya tertawa serayasesekali melirik ke satu arah yang membuat hatinya berdebar sejak tadi.

"One more Sya. Whats the sweetest things yang kamu pernah dapet dari si A confidential itu?"

Nesya tersenyum malu-malu namun tulus. Lirih gadis itu berkata, "Ar-rahman."

"Pardon?"

"Ar-rahman. Surah ar rahman yang pernah si A bacain buat Nesya dan seperti arti salah satu ayatnya. Saat sedang bersama dia, nggak ada nikmat yang bisadustakan. Tuhan Nesya banyak memberikan hal baik buat Nesya, termasuk dia."

"Owh My God!Soromantic! Kalau gue jadi si A ... palah itu yang lu umpetin, gue langsung lari ke studio ini terus naik ke panggung, peluk lu trus gue kawinin sekarang. Live dari studio!"

"Nikah dulu, keleus!" Nesya dan satu studio tertawa.

"Pokoknya gue akan tunjukin ke dunia kalau lu punya gue. Se-o-rang!" Intonasi penekanan ala bences Aldo, manis-manis tapi aneh.

"I wish. Someday. He shows the world that Iam, him."

"Terakhir Sya, satu hal yang menggambarkan si A buat lu, itu apa?"

"Love Songs. Karena setiap nada cinta yang Nesya nyanyikan adalah ungkapan rasa untuknya," ujar Nesya menutup sesi tanya jawab acara ini.

Gemuruh tepuk tangan terdengar menggema di studio. Aldo pun menutup acaranya dan pamit undur diri kepada pemirsah yang menonton melalui televisi nantinya.

Nesya menyanyikan satu lagu single-nya sebagai penutup acara tapping sore ini.

Ia tersenyum pada penonton di studio, terutama penonton spesialnya. Mulai bernyanyidan kamera di setiap sudut menyorotnya. Tepuk tanggan menggema. Tapping selesai. Yusuf ingin lebih lama melihat Nesya, namun dering ponsel dan nama pemanggilnya, membuatnya tersadar bahwa ada seseorang yang juga penting bagi dirinya saat ini.

Kinanthi.

Ia bergegas keluar studio dan menuju tempat dimana wanita masa lalunya itu menunggu.

******

"Kemampuan nge-bluffylu tuh kece sadis, Sya," komen Devina saat ia kembali ke ruang make up.

Nesya tidak tahu, ia harus senang atau tersinggung atas pujian atau hinaan managernya ini. "Bluffy? Me?"

"Iya. Bawa-bawa alfabeth, teori bahasa inggris, sampe ayat kitab suci. Gile lu ye! Tapi overall, well done. Boss Albert demen sama interview lu."

Nesya melihat Devina melalui cermin. "Itu tadi jujur loh. Nggak ada yang gue tutupin kecuali identitas si A, plus jatidirinya," bantah Nesya yang masih sibuk dengan cleansernya.

"Dia dateng, ya, tadi?"

Nesya menghentikan usapan kapas di wajah lalu menoleh pada managernya. "Mbak Dev lihat?"

Manager itu mengangguk. "Iya. Kartikasih tahu. Trus, ya, gue lihat juga, sih."

"Gue seneng banget Mbak, dia dateng."

"Dia cinta lu, Sya. Such a lucky girl you are!"

Nesya tersenyum. Benarkah yang Devina katakan? Yusuf mencintainya? Semoga saja iya.

******

"Suf, tolongin aku."

Pria itu menghela napas. "Entahlah. Aku tidak berani melakukan ini. Aku takut menyakiti dia nanti."

"Tapi bukankah ini akan menjadi lebih baik?" otot Kinanthi.

Yusuf menatap Kinanthi tajam. "Baik untukmu, bukan buat rumah tanggaku, apalagi dia."

"Tapi masa lalu harus dibuka, Suf. Dia harus tahu juga."

Yusuf kembali menggeleng tidak menyetujui usulan Kinanthi. "Aku tidak mau menyakiti dia. Dia rentan dan aku sudah cukup banyak menyakiti dia."

Kinanthi akan terus mendesak sampai ia berhasil. "Bukankah kalian menikah karena dijodohkan? Ah, salah. Maksudku, papanya memintamu menikahi dia." Satu alis Kinanthi terangkat. "Apa jangan-jangan kamu mencintai dia?" tanya pengacara itu lamat-lamat dengan mata memicing tajam pada mantan kekasihnya.

Yusuf mengembuskan napas lelah. Bergeming lalu mengangguk pelan. "Aku bahkan merindukan dia saat ini."

Kinanthi menahan tawa. "Aku tidak menyangka, akhirnya kamu benar-benar jatuh cinta," goda Kinanthi, "Tapi dia tetap harus tahu mengenai masalah ini dan masa lalu menurutku tetap harus dibuka."

"Terlalu riskan. Bisakah jika hanya kamu dan aku yang tahu. Jangan dia."

Wanita masa lalu Yusuf menggeleng. "Tidak, justru dia orang pertama yang harus tahu, setelah kita," desak Kinanthi sambil mengambil tas dari kursi sampingnya. "Aku tunggu jawaban dan tindakanmu untuk meng-clear kan ini semua. Demi kita dan demi dia juga." Pengacara itu beranjak dari duduk lalu pamit meninggalkan Yusuf yang masih tafakur sendiri ditengah kebimbangan.

******

Malam hari saat Nesya tengah menikmati satu mug teh tawar hangat dengan brownies cokelat buatan Winda. Iamemetik gitar sembari menulis kunci nada di studiokediaman Raditya. Bagi penyanyi itu, melanjutkan pendidikan seni musik merupakan hal yang menyenangkan. Ia sangat menikmati setiap ilmu yang didapat dari dosen-dosennya.

Jam satu dini hari, ketika matanya lelah dan tangan yang dari tadi mencoret-coret kunci nada pegal, ia memutuskan untuk berhenti belajar. Denting nada penanda pesan masuk berbunyi. Dengan mengernyit, Nesya melirik ponsel yang hampir empat jam tidak ia sentuh. Siapa yang malem-malem kirim mesengger? Bikin creepy. Namun,ia tetap meraih benda tipis persegi itu dan membuka layar hitam itu, menyentuh logo aplikasi messenger lalu membuka chat teratas.

Pekikan tertahan dari Nesya. Mata gadis itu membulat sempurna karena rasa terkejut. Dengan jari bergetar, ia membuka voice note yang masukdan air matatiba-tiba kembali jatuh tanpa bisa dicegah.Yusuf Arbianda, mengirimivoice note setelah jutaan pesan terkirim Nesya hanya centang dua. Surah Ar-Rahman dari Yusuf,mas kawin yang ia minta. Kini Nesya tahu, jika Yusuf Arbianda sudah benar-benar jatuh cinta pada dirinya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top