21. Gossip

"Kakakkk!! Coba buka Instagram Lambe Murah. Ada kakak disana!" Suara Karti begitu keras ketika menelepon Nesya, saat ia tengah menikmati makan siang dikantin kampus.

Nesya membuka aplikasi yang Karti sebutkan, sebuah akun gosip favorit netizen itu.

Hanindia Carnesya, penyanyi hits baru ternyataaahh ada affair mandjah dengan owner management sebelah. Aawwww! Minceu kaget loh si Eneng udah punya gandengan saja, boss management tetangga. Siap-siap patah hati tingkat Jabodetabek ini ya!!

Minceu cembokuuurrr! Cembokurrr, kenapa nggak sama minceu aja sih Mas Satrriiaaaa!

Nesya menatap tajam layar ponsel. Bagaimana bisa ada foto dirinya saat sedang berpelukan dengan Satria ... Sabtu lalu? Bukankah itu masih di dalam lokasi shooting dan tidak boleh ada yang meliput apapun disana? Sialnya, bahkan ada komentar yang pasti membuat rumor ini semakin berantakan.

Sxatar: Owwww maaaiii!! jinjaaa?? Berarti Nesya selingkuh dong? Secara tu cewek kan udah punya SU-WA-MI.

Ini masalah.

Satu pesan masuk datang di ponsel Nesya. Devina. Tampaknya ia sudah tahu mengenai gosip ini

Devina :Balik kuliah lu langsung ke kantor!

Me : Laki gue masih bedrest di apartement. Kasihan kalo balik kemaleman guenya

Devina: Lu pilih laki lu apa karir lu!!

Nesya menghela nafas. Bangsat memang tu orang. Nggak mungkin juga dia begitu gampang bilang sorry dan minta temenan. Bego juga gue-nya nggak percaya sama omongan Papa.

Usai jam kuliah, Nesya langsung meluncur ke kantor management Albert Suowondo. Dengan langkah cepat ia memasuki gedung tempat bernaung para artis tanah air. Memasuki ruangan Albert Suwondo, Nesya melihat Devina dan Kartisudah duduk disana. Mereka duduk dengan wajahtampak kesal dan menyesal. Tak perlu buku primbon untuk Nesya tahu jika kedua orang terpentingnya itu baru saja kena semprot Big boss.

"Saya kecewa!!" Suara gebrakan terdengar dari meja Albert Suwondo. "Kalau mau cari skandal, bukan disini tempatnya!!" Tegas. Itu nada yang Nesya tangkap dari rungunya.

Nesya bergeming. Dia menyesali kebodohannya.

"Sir, like what I have told you before, dia orang izin dateng buat kasih selamat aja ke Nesya. Nggak tahu kenapa ada gambar provokatif kayak gitu." Devina pasang badan. Bagaimanapun ini juga salahnya memberi izin laki-laki sialan itu bertemu Nesya.

Karti pun tak ketinggalan membela Nesya. "Karti juga bingung, Sir. Soalnya Karti lihat sendiri, mereka berbicara dengan jarak aman. Makanya Karti tinggal beberes baju Kakak."

Albert murka, tidak peduli dengan alasan Karti dan Devina kemukakan. "Saya muak dengar alasan kalian!! Kamu ... heh kamu, Bocah!! Jelasin!!"

Nesya menghela napas seraya menutup kelopak mata. Bencana besar. Ia butuh ekstra oksigen untuk mengontrol segala emosi yang bercokol dihatinya. "Dia ... sepertinya ada dendam dengan saya. Apa yang Mister dengar dari Mbak Devina dan Mbak Karti, memang begitu kejadiannya. Saya yang bodoh, percaya saja dengan orang yang dulu pernah mencelakai saya."

"No excuse, Nesya!"

Nesya menundukkan kepala lesu."Sorry, Sir."

Albert menghirup udara sebanyak-banyaknya untuk mengurai amarah dalam diri. Melihat paras Nesya yang sungguh-sungguh, membuat dia percaya pada mereka. Lelaki yang sudah tidak muda lagi tersebut menghempaskan badan di kursi kebesaran. Mengembuskan napas penat. "You have to pay for that! Kamu harus segera klarifikasi semua ini."

Nesya mengernyit bingung.

"Ada skenario yang harus kamu ikuti, Sya." Devina menjawab kebingungan yang tercetak di wajah Nesya.

Kening Nesya semakin berlipat dalamsembari mengamati Devina dan Karti bergantian. Kebingungan sangat-sangat jelas tampakdiwajah Nesya. "Skenario?

Karti merangkul dan menenangkan anak dari Raditya Wardhana itu. "Kak. Kakak harus ikutin apa yang Mbak Devina atur nanti," cicit Karti menambahkan.

*******

Nesya berjalan lesu menuju lift yang akan mengantarkan dirinya ke unit apartement suaminya. Ia membuka pintu, mendapati Rendi juga Andra tengah bercengkrama bersama Yusuf di ruang tamu. Memaksakan senyuman menyapa merekalantas masuk kamar untuk berganti pakaian. Setelahnya Nesya memilih menaiki ranjang, duduk menyandar sambil menikmati acara televisi. Tak lama, Yusuf datang. Pria itu masuk dan menutup pintu kamar.

"Udah pada pulang, Pak?" tanya Nesya.

Yusuf mengangguk. Ia bersandar di daun pintu bersedekap, mengamati istrinya. Nesya yang sedang kacau pikirannya, tidak terlalu memerhatikan Yusuf. Kesialan bertambah ketika saluran tv yangia tonton, tiba-tiba menyiarkan rumor kedekatan Nesya dengan seorang pria. Ia terkesiap. Segera diambilnya remote di atas nakas dan mengarahkan benda itu kehadapan layar tv.

"Tidak usah diganti. Saya juga mau tahu apa yang sedang mereka bicarakan tentang kamu." Ucapan Yusuf begitu dingin dan terdapat kemarahan di dalamnya.

Nesya menelan ludah berat. Mati gue! Nggak cukup diomelin boss tua, gue bakal ribut sama jaksa tua tercinta. "I-iya," gugup Nesya menjawab.

"Kamu ... seperti pencuri yang tertangkap tangan sedang beroperasi."Nesya diam. Ia memandang suaminya takut-takut. "Apa masih kurang jelas perintah Papamu untuk menjauhi dia. Apa masih kurang hukuman kamu karena berinteraksi dengan dia?!" Mata Nesya terasa panas. Ia sekuat tenaga menahan laju air mata. "Kamu dinikahkan di usia sangat muda karena hampir dicelakai oleh dia. Sekarang hukuman apa lagi yang akan kamu terima karena berhasil menciptakan rumor sialan itu dengan dia?!" Nesya kaget kala suara pria itu tiba-tiba meninggi. Yusuf saat ini, tidak seperti pria yang Nesya kenal.

Yusuf berjalan mendekati Nesya dengan wajah merah padam karena marah, dengan tatapan tajam seakan siap menghunus mangsa. Ia menaiki ranjang, menarik dagu Nesya. Memandang penuh amarah. Nesya sungguh ketakutan,pandangan Yusuf seolah ingin menghancurkan dirinya.

Ia takut meskipun itu bukan sepenuhnya salah dia dan Yusuf tidak pernah semarah ini. Jaksa tercinta Nesya tidak pernah memandang tajam padanya, apalagi membentak. Tubuh Nesya sampai bergetar. "Ne-Nesya ...." Lidah Nesya kelu. "Ne-Nesya nggak lakuin apa-apa. Ini ... jebakan dia. Bang Sat dendam sama Nesya." Airmata yang ia tahan akhirnya dengan perlahan jatuh juga. Ia terisak hebat, berharap Yusuf mengerti dan percaya.

Melihat uraian air mata keluar dari iris Nesya, hati Yusuf berdenyut nyeri sudah membuat gadis yang mulai ia cintai menangis, tetapi kekecewaan lebih mendominasi dalam dirinya. "Saya tidak hanyakecewa sama kamu, saya marah!" Yusuf melepas dagu Nesya kemudian pergi meninggalkan kamar dengan suara keras bantingan pintu.

Nesya meraung. Bukan lagi reputasi yang ia khawatirkan, tetapi kepercayaan suami dan papanya bisa saja hilang darinya.

*****

Pagi hari saat Nesya sudah rapi siap berangkat ke kampus. Ia membuka pintu kamar dan tiba-tiba mendapati Kartisudah berada di dapurnya. "Lah, Mbak tumben udah disini aja. Pak Ucup kemana?"

"Udah jalan duluan, Kak."

Suaminya benar-benar kecewa pada Nesya. "Kok nggak nungguin kakak?" monolognya. Nesya menjadi muram, padahal setiap hari mereka pasti berangkat bersama.

Karti yang tak tahu kegundahan Nesya menjawab santai gumaman Nesya. "Skenarionya emang gitu, Kak."

Paras muram Nesya seketika berubah bingung. "Skenario?" ulangnya. Kenapa ia tidak tahu jika scenario itu diwujudkan secepat ini.

"Kakak nggak tahu? Dibawah udah banyak wartawanmau kepo-kepoin Kakak. Untung security sini pada kooperatif. Atas permintaan Devina dan disetujui oleh Papa, Mama, dan suami Kakak. Sementara Kakak tinggal dirumah lagi sama kita."

"Kok gitu?!" Tentu saja Nesya tidak mau! Terlebih dia dan Yusuf belum berbaikan.

Karti memandang anak majikannya dengan kerutan dalam. "Kakak mau dicap tukang selingkuh? Pembohongan publik? Atau pernah hamil diluar nikah?" Karti memberikan secangkir cokelat hangat pada Nesya lalu duduk di kitchen isle. "Lagian Pak Yusuf oke kok sama skenarionya jadi sementara Kakak tinggal terpisah. Sementara aja, sih, sampai gosip ini diklarifikasi dan Papa bikinin resepsi. Mbak minta maaf nggak bisa jagain Kakak dari masalah ini. Tapi, ya, gimana lagi udah kejadian, Kak," sesal Karti dengan binar sendu, karena kelalaiannya Nesya yang sudah seperti anaksendiri itu menanggung akibatnya.

Nesya menunduk lemah. "Berat banget sih hukumanya."

"Ini konsekuensi, Kak. Makin kita tinggi tuh makin kenceng anginnya," jelas Karti perlahan, "dan bukan angin sepoi-sepoi kayak di Ancol atau Anyer, tapi angin puting beliung, Kak. Makanya Kakak harus kuat."

Nesya menunduk lesu. "Tapi pisah sama Pak Ucup tuh kejem, Mbak!"

Karti mengelus kepala Nesya dengan sayang agar sabar dan tabah menerima semua ini. "Ya, Kakak yang sabar. Inget, pulang kuliah nanti Kakak udah nggak kesini lagi, tapi ke rumah Papa."

"Papa tahu?" Suara Nesya bergetar. Ia tak bisa membayangkan wajah Raditya saat mendengar berita sialan ini. Karti mengangguk."Mbaaakkk! Nanti kakak diomelin lagiiii!!" Nesya histeris penuh ketakutan. Dan sialnya, Karti mengangguk lagi.

******

Sore menjelang malam. Nesya membuka pintu rumah keluarga Wardhana, melangkah masuk mendapati mamanya tengah menyiapkan makan malam. Nesya berjalan gamang mendekati wanita itu, menyapa dan menyalami tangan wanita yang telah merawatnya dengan penuh kasih sayang.Dengan tak bersemangat, Nesya berjalan ke kamar lalu berganti baju. Duduk di ranjang kemudian meraih ponsel dalam tas, memeriksa notifikasi yang masuk dengan harapan Yusuf membalas pesan yang ia kirim sejak pagi, dengan jumlah puluhan bahkan ratusan pesan. Tetapi, Nesya harus kecewa sebab tak satupun balasan ia terima.

Saat makan malam pun, Nesya bagai orang asingnumpang hidup di rumah orang. Tak ada satupunmenanyakan kabar dirinya. Papa, Mama, serta adik-adiknya fokus pada makanan mereka masing-masing. Ingin rasanya Nesya berteriak, mencurahkan segala kegundahan yang berkecamuk dihati. Namun, seakan semesta lagi-lagi menguji kekuatan dengan mengambil rasa simpati keluarga pada dia. Nesya tahu, ia salah, tetapi ini bukan murni kesalahan Nesya. Namun, mengapa seakan semua orang tuli dan buta terhadap pembelaan gadis dengan surai panjang tersebut.

Merebahkan diri di ranjang lalu menggenggam ponselnya kembali, dengan harapan ada satu pesan dari Yusuf. Hingga hampir tengah malam, benda pipih hitam tak bernyawa tersebut tak bersuara sama sekali. Senyap! Sedetik kemudian, ia terbelalak mendapati dering pesan masuk. Tanpa pikir panjang, ia membuka aplikasi pesan. Mendesah kecewa, ternyata bukan Yusuf Arbianda.

Devina : Jangan lupa prepare buat show Sabtu besok di partainya Adnan Bramudya. Lu udah tinggal sama bokap nyokap lu, kan? Nggak usah cengeng atau lebay. Ini untuk meredam komentar negatif soal pernikahan lu, seolah hoax.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top