17. Sadness
Selang sepuluh menit dari saat Nesya memasuki apartement-nya dan menangis terduduk di sofa, Yusuf datang. Nesya terkesiap, menengok saat pintu terbuka. Yusuf berdiri mematung memandang paras Nesya yang kembali basah oleh airmata.
"Kok cepet pulangnya? Nggak boboin dedeknya dulu?" sindirnya dengan sengau.
Yusuf menutup pintu, berjalan mendekati Nesya. "Ini tidak seperti yang kamu pikirkan."
"Tapi yang Nesya lihat. Bapak sama mantan terindah, main ayah-bundaan sama anak-anak itu!"
"Saya sedang ke parkiran lalu bertemu mereka saat mereka di kasir. Kami bertegur sapa dan saya menggendong putrinya untuk sekedar berkenalan. Hanya itu." Yusuf menjelaskan dengan wajah serius dan tatapan sungguh-sungguh. "Saya sudah bilang, kamu pulang sama saya. Kamu kenapa malah marah-marah seakan saya bermain dibelakang kamu?"Nesya menatap lekat Yusuf sambil mencoba melegakan isak tangisnya. "Saya bahkan meminta maaf pada Anthi atas sikap kamu," lirihnya, "Ini hanya salah paham, Sya." Embusan napas lelah terdengar dari indra penciuman Pak Jaksa.
Ia tidak bisa percaya begitu saja, tetapi melihat sikap dan raut sungguh-sungguh, Nesya mendadak lega dan tenang. "Kenapa nggak bilang dari tadi coba?" kilahnya.
"Kamu sudah terlanjur marah-marah tidak jelas. Telepon saya kamu abaikan."
Nesya mencebik. Beranjak meninggalkan Yusuf untuk meletakkan baju-baju yang baru ia beli di walk in closet. Nesya mendesah lirih, meski Yusuf tampak tidak memiliki kedekatan berarti dengan Kinanthi, tetapi mana tahu jika laki-laki itu masih menyimpan rasa yang selalu ia kenang. Lagipula, benar apa kata Diandra, bahwa saingan Nesya wanita berpengalaman. Jadiia harus berubah. Tidak boleh menjadi Nesya yang genit dan manja. Mungkin saja, Yusuf selalu menjaga jarak dan dingin padanya karena ia terlalu agresif, sehingga pria itu memilih untuk abai pada dirinya
Udahlah, Sya, lu nggak boleh childish lagi. Pak Ucup udah mau pelan-pelan nerima elu, kalo lu tetep genit dan egois, dia bisa eneg seperti kata Diandra. Elunya yang nelangsa kayak pengemis cinta. Kan najong. Jadi dewasa dikit, lah! Jadi kaleman dikit dan fokus aja sama kerjaan dan kuliah lu. Udeh, kalo dia cinta juga bakal nyariin elu.
Malam hari mereka menikmati makan malam seperti biasa. Yusuf menyernyit samar saat melihat istrinya memakai piyama berlengan dengan celana panjang. Tidak seperti Nesya yang selalu berpakaian terbuka saat mereka hanya berdua.
Meski ia tahu bahwa mata Yusuf tak berhenti memandanginya terus, Nesya tidak memberikan penjelasan kepada lelaki berkharisma itu terkait perubahannya. Toh, Yusuf juga tidak menanyakan. Bahkan, tidak penasaran juga apa yang ia beli di mall siang tadi.
******
Nesya semakin sibuk dengan proyek jinggle iklan. Jika di akhir minggu Nesya biasa bermain di rumah orang tuanya, kini Nesya hanya sempat mengunjungi mereka di akhir bulan. Kehidupan rumah tangganya berjalan biasa saja. Hanya ada sedikit perubahan. Nesyakini berpakaian lebih sopan dan bersikap lebih keiburumahtanggaan. Ia juga sudah jarang memesan makanan online dan lebih memilih untuk memasak makan malam sendiri.
Jangan salah, bukan berarti semua Nesya yang masak. Tentu saja ada peran Nyonya Wardhana disini. Winda menitipkan beberapa box makanan matang kepada supir Raditya untuk diantar ke apartement Nesya. Tempe tahu bacem, iga ukep tinggal bakar, perkedel frozen, dan beberapa macam lauk lain, hingga camilan seperti risol, kroket, cireng, nugget sayur, dan lainnya.Cukup Nesya simpan di freezer dan tinggal ambil jika ingin memasak. Ibu rumah tangga milenial. Tinggal klik di microwave dan ricecooker atau steamer, dan taraaaa ... matang sudah.
Yusuf pun menikmati yang Nesya lakukan. Setiap hari setelah mereka sampai apartement, Yusuf akan membersihkan diri lalu salat bersama. Ia biasa menonton televisi seraya menunggu Nesya memasak. Tak sampai setengah jam, masakan matang dan siap dimakan. Jika setelah makan malam, pasangan lain akan duduk berdua, bermesraan atau melakukan apapun yang biasa dilakukan pasangan baru menikah. Berbeda dengan Yususf dan Nesya, mereka akan berpisah. Yusuf dengan pekerjaan atau buku-buku di ruang kerja, sedangkan Nesya berkutat dengan tugas kuliahnya.
Hingga dua bulan sejak kesalahpahaman di pusat perbelanjaan itu, kehidupan rumah tangga mereka stagnan. Proyek jinggle iklan telah selesai, suara Nesya terdengar di setiap iklan department store di televisi maupun radio. Sampai akhirnya gadis muda itu resmi terdaftar di management artist milik Albert Suwondo.
Dimata orang-orang terdekat, Nesya wanita beruntung, sebab memiliki suami mapan dan karir yang mulai menanjak diusia masih belia. Bahkan, kini Albert Suwondo tengah merancang debut pertama Nesya sebagai penyanyi pendatang baru. Tetapi, tak seorang pun tahu, bahwa dibalik sikap Nesya yang tenang dan kalem ini, menyimpan kesedihan dan kerinduan mendalam terhadap suaminya.
Bagaimana tidak, Yusuf yang katanya ingin membangun chemistry itu, tetap terlihat biasa saja. Meski sesekali ia mencoba mendekati Nesya dan mencuri kecup di pipi atau bibir. Tetapi, ciuman seperti di Malangbelum pernah terjadi lagi sejak saat itu. Yusuf benar-benar datar dan dingin menyikapi rumah tangganya. Nesya berusaha sabar dan pasrah dengan sikap dan sifat lelaki dengan tinggi 180 sentimeter tersebut.
Mari kita fokus saja bersama Mister Albert. Lu harus nyaingin Raisa sama Isyana, harus bisa lebih hitz dari si Via Valen atau Siti Badriah. Lu nggak kalah kece sama mereka. Soal Pak Ucup, serahin sama yang Maha Memberi Cinta. Fokus pada satu cita-cita dulu, semoga nantinya cinta akan mengikuti.
"Sya." Yusuf menghampiri Nesyatengah melamun di sofa ruang tv.
"Iya?" Nesya menengok sekilas kemudian kembali melihat layar datar yang menempel di dinding.
Yusuf duduk di sisi Nesya. "Proyekpembuatan album kamu, gimana?"
Mengangkat bahu cuek tanpa memandang Yusuf. "Ya, gitu. Lancar-lancar aja."
Dalam hati terdalam, Yusuf merasakan kehampaan akan canda tawa juga perhatian Nesya. "Sudah cek sekali lagi surat kontraknya?"
Nesya mengangguk. "Sudah. Terus Nesya nggak boleh nyanyi di wedding lagi katanya. Kalau cuma sebagai tamu sih nggak apa, tapi kalau nyanyi udah kena tarif sendiri khusus Nesya"
Kali ini Yusuf yang mengangguk. "Mbak Karti beneran jadi asisten pribadi kamu,'kan?"
"Iya. Papa yang minta. Karena dia yang paham Nesya banget, kan? Terus managernya Mbak Devina. Dia yang atur jadwal manggung Nesya nanti."
Nesya bersikap cuek dengan obrolan suaminya kini. Yusuf tak menampik jika memang ada yang berubah dari sikap istrinya sejak kejadian di supermarket bersama Kinanthi dulu. Jujur, ia dan Kinanthi hanya bertukar kabar saja. Tidak ada hubungan apa-apa. Namun, Nesya terlalu khawatir terhadap Yusuf. Ia bingung harus bagaimana menyikapi sifat cemburu istrinya ini.
"Akhir-akhir ini kamu kenapa?"
Nesya menoleh. "Kenapa gimana?"
"Seperti ... lebih pendiam."
Nesya mengangkat bahu tak acuh. "Biasa aja itu. Oh, mungkin karena nggak ada yang diajak ngobrol kali, ya?"
"Kan ada saya."
Sekali lagi Nesya menggendikkan bahu. "Nesya lelah." Ia mematikan saluran televisi dan suasana menjadi hening. "Nesya lelah mengejar Bapak. Benar apa kata Bapak, kita jalani saja pernikahan dan hubungan ini. Mengalir saja. Nesya nggak perlu terlalu memaksakan diri untuk membuat Bapak tertarik. Apalagi bergairah. Jalani saja. Hamil, Alhamdulillah. Nggak, ya, udah tetap seperti ini." Nesya berdiri dan berjalan meninggalkan Yusuf.
"Kamu marah sama saya?"
Langkah Nesya terhenti menangkap pertanyaan Yusuf. Ia berbalik. "Nggak. Nesya nggak marah."
"Lalu kenapa dingin begini?"
Nesya mengerutkan kening dengan rupa yang dibuat sedatar mungkin. "Dingin? Nesya biasa aja. Memang Bapak maunya Nesya, gimana?"
Yusuf tak bisa menjawab. Ia sendiri bingung. "Ya ... yasudah kalau maunya kamu begitu. Asal tetap komunikasi dengan saya jika ada apa-apa."
"Karena Nesya tanggung jawab Bapak,'kan?"
"Istri saya!" sanggah Yusuf.
Nesya tak berkata apa pun. Ia memutuskan menaiki ranjang masuk kebawah selimut dan memejamkan mata. Ia tidak ingin memancing keributan, karena itu lebih baik tidur saja. Yusuf memandangi Nesya erat. Apa yang harus ia lakukan agar gadis itu kembali menjadi ceria? Dalam hati terdalam Yusuf, ia rindu akan sikap agresif dan suara Nesya yang kerap menyanyikan lagu cinta untuknya. Mengganggudan menggoda. Ia ingin Nesya-nya yang lalu bukan Nesya yang terkesan dingin pada Yusuf. Juga bukan Nesya yang memaksakan diri menjadi seseorang yang bukan dia.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top