[5] Awal

Humaira mendorong kasar tubuh Ali ke atas sofa. Perempuan itu muak dengan tingkah Ali yang kelewat batas. Bagaimana bisa lelaki itu nekat mabok hanya gara-gara putus cinta? Bodoh.

"Cuma gara-gara perempuan itu lo kayak gini? Sadar li!" Humaira berkacak pinggang sedangkan Ali hanya menunduk sambil bergumam tidak jelas.

"Sabar Ra." Prilly mengelus punggung Humaira.

"Ali harus gue buat sadar." Humaira menatap Prilly.

Prilly pun hanya menghela nafas dan membiarkan Humaira melakukan apa yang perempuan itu ingin lakukan.

Humaira mencengkram kuat kerah kemeja Ali membuat lelaki itu mendongak. "Liat gue! Perempuan itu gak cuma satu. Perempuan kayak Aletta gak pantes buat lo, dia cuma perempuan yang manfaatin lo doang. Dia busuk li busuk!!

"LO GAK TAU GIMANA PERASAAN GUE!! Ali melepas kasar cengkraman Humaira pada kerah kemejanya hingga membuat perempuan itu mundur beberapa langkah. Terkejut, wajah Humaira berubah pucat. Ini pertama kalinya Ali membentaknya dengan begitu kasar.

"Astagfirullah." Prilly menghampiri Humaira menahan pergelangan tangan sahabatnya itu agar tidak kembali menghampiri Ali.

"lo nggak ngerti Ra." Ali berucap lirih. Humaira mendecih.

"Gue ngerti li, ngerti." Humaira menekan setiap kata yang ia ucapkan.

"TAPI LO GAK NGERASAIN!" tatapan Ali menyorot tajam menatap ke arah Humaira lalu berganti menatap Prilly.

Humaira maupun Prilly sama-sama tersentak, kaget. Bahkan mata Humaira memanas ketika lagi-lagi Ali membentaknya.

"Ajak dia ngomong baik-baik setelah reaksi minuman itu berhenti. Biarin dia istirahat dulu Ra," ucap Prilly yang dibalas anggukan pelan oleh Humaira.

"Lo mending istirahat. Gue antar ke kamar." Humaira menggandeng Ali menaiki tangga. Terpaksa perempuan itu membawa Ali kerumahnya. Karna jika harus mengantar Ali pulang maka siap-siap saja mendapat introgasi dari Renyandra, dan Humaira menghindari hal itu.

Prilly mengekor di belakang Humaira menatap kasihan punggung lelaki yang terlihat lemah itu. Apa Ali benar-benar mencintai perempuan bernama Aletta itu hingga ia tidak mampu lagi berpikir panjang? Atau jangan-jangan memang seperti itu kalau lelaki sudah terlalu cinta pada seorang perempuan? Mereka bisa melakukan hal yang sebelumnya tidak pernah mereka lakukan, Nekat. Entah lah Prilly tidak tahu yang pasti jika seorang lelaki memiliki iman yang kuat maka ia tidak akan pernah melakukan hal bodoh walau sekali pun di hadapkan pada masalah yang begitu besar.

Prilly masuk lebih dulu kekamar Humaira yang bersebelahan dengan kamar yang di tempati Ali. Sementara Humaira menemani Ali terlebih dahulu.

"Gerah Ra." Ali melepas kancing kemeja bagian atas di bantu oleh Humaira hingga semua kancing terbuka.

Humaira mengelus pelan rambut lebat Ali. Mata lelaki itu sudah terpejam, sesaat setalah kepalanya menyentuh bantal. Cukup lama jemari Humaira mengelus rambut sahabatnya itu karna Humaira tahu hal ini lah yang selalu Ali butuhkan.

Ponsel Humaira berdering di saku celana. Perempuan itu mengambilnya untuk menerima panggilan.

"Kenapa pa?"

-..-

"Yaudah, Humaira antar ke sana sekarang."

Humaira berdiri lalu meninggalkan Ali. Melintasi kamarnya Humaira membuka pintu dan ternyata Prilly sudah tidur lebih dulu.

***

"Ali ada di rumah kamu?" Renyandra menghampiri Humaira yang baru saja keluar dari rumah.

Humaira diam sebelum menjawab ragu. "Ada om, dia lagi tidur."

"Saya ingin bertemu dengannya. Penting."

"Om masuk aja, Ali ada di kamar tempat biasa dia tidur kalau main ke rumah."

Ali tidur sudah cukup lama mudah-mudahan saja setelah lelaki itu bangun kesadarannya sudah pulih sepenuhnya. Begitu pikiran Humaira, maka perempuan itu membolehkan Reyandra menemui Ali. Mau melarang bagimana caranya? Humaira tidak suka berbohong.

"Terima kasih." Reyandra tersenyum. "Kamu mau kemana?"

"Mau ke kantor nganterin berkas punya Papa yang ketinggalan."

"Yasudah hati-hati."

Reyandra memasuki rumah setalah Humaira melajukan mobilnya.

Ali keluar kamar masih dengan sempoyongan walau pun tidak separah tadi. Lelaki itu mencari sosok Humaira ia membutuhkan perempuan itu. Ya, Humaira bagaikan obat untuk Ali otomatis lelaki itu selalu membutuhkan Humaira kalau keadaannya sedang tidak baik. Ali menganggap Humaira seperti ibunya sendiri, kakak, adik sekaligus sahabat untuknya. Perempuan itu mampu menjadi sosok yang Ali butuhkan.

Ali tersenyum tipis ketika melihat sosok perempuan itu tidur dengan selimut menutupi sebatas leher. Berbaring membelakanginya. Ali naik ke atas ranjang merebahkan tubuhnya tepat di samping perempuan yang ia kira Humaira itu.

Perlahan tangannya melingkar di perut Prilly. Iya, Prilly. "Gue cinta sama Aletta Ra." ucapnya lantas memejamkan mata bersiap menjelajah alam mimpi.

Reyandra mengerutkan kening heran. Mengapa Ali tidak ada di kamar ini? Reyandra pun berjalan ke arah kamar Humaira yang pintunya tidak tertutup rapat. Mungkin Ali ada di sana, pikir Reyandra.

Jantung Reyandra berdegup kencang lelaki itu memegangi dadanya yang terasa sesak. Ali ada di kamar Humaira tidur dengan posisi memeluk seorang perempuan. Siapa perempuan itu? Sedangkan Humaira baru saja pergi.

Reyandra berjalan mendekat menyibak kasar selimut yang menutupi tubuh keduanya.

"Apa-apaan ini?!

Prilly mengerjap. Perempuan itu langsung duduk seketika dengan jantung yang seakan mau lepas dari tempatnya. Tangannya mulai dingin wajahnya tiba-tiba memucat kepalanya pusing karna bangun secara mendadak. Seorang lelaki asing kini sedang berdiri di hadapannya dengan tatapan yang sangat menyeramkan. Prilly langsung melompat dari rancang ketika sadar ada seorang lelaki di sampingnya, Ali. Bagaimana bisa? Prilly benar-benar pusing ia kelimpungan mencari jilbab yang tadi ia lepas sebelum tidur.

"Papa?" Ali duduk sambil mengucek matanya. Tatapannya bingung.

"A...da apa i..ni?" dengan terbata Prilly bertanya setalah berhasil menemukan jilbab lalu memakainya sembarangan.

"Saya yang harus bertanya pada kalian. Ada apa ini?" Reyandra menatap tajam kedua manusia di hadapannya.

Mata Ali membulat sempurna ketika melihat Prilly. "Humaira mana?"

"Apa yang kalian lakukan hah?!

Prilly menangis. Ia takut sekarang. "Kami nggak melakukan apa-apa," ucapnya sambil menggeleng.

"A..ku.....

Plak

Prilly memekik ketika satu tamparan keras mendarat di pipi Ali.

"ANAK MACAM APA KAMU HAH?! Reyandra murka tangannya kasar menarik Ali hingga lelaki itu jatuh dari atas ranjang.

"Pah Ali bisa jelasin," ucap Ali memegangi pipinya yang terasa panas sekaligus kebas.

"apa? Papa tidak butuh penjelasan kamu."

Sedangkan Prilly terus menangis ia bingung harus berbuat apa. Lidahnya terasa kelu untuk berucap.

Reyandra mendekat ke arah Prilly yang kini sedang menunduk. "Putra saya akan bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan terhadap kamu."

"GAK PAH! Ali berdiri, tangan Reyandra terangkat memberi intruksi agar lelaki itu diam saja.

Ali akhirnya diam ia selalu benci dengan dirinya sendiri yang sama sekali tidak mampu melawan papanya.

Prilly mendongak air mata mengalir deras membasahi pipi. "Ali tidak melakukan apa-apa pada saya." dengan susah payah akhirnya Prilly mampu berbicara.

"Apa yang saya lihat membuktikan bahwa Ali melakukan apa-apa pada kamu. kalian telah melakuakan sesuatu."

"Pakaian saya lengkap." tukas Prilly.

"Tapi Ali?" Reyandra menujuk ke arah Ali yang memang bertelanjang dada.

"Ada apa ini?" Humaira memasuki kamar dengan panik dari luar ia mendengar keributan.

Prilly langsung berhambur kepelukan Humaira.

"Kenapa Pril?" Humaira bertanya tetapi yang ia dapat hanya isakan tangis dari Prilly.

"Kenapa li?" Humaira beralih menatap Ali tetapi yang ia dapat hanya gelengan pelan.

"Mereka melakukan hal yang tidak senonoh." Reyandra langsung memberi tahu ketika tatapan Humaira tertuju padanya.

Prilly menggeleng dalam pelukan Humaira. Humaira masih tidak mengerti tentang apa yang sebenarnya terjadi.

***

Terima kasih karna telah membaca cerita ini💕 Terus ikuti kisah AUFC ya, jangan lupa berikan vote dan komentarnya :)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top