[12] Mie cup

Mata Prilly mengerjap, kelopak matanya terbuka dengan perlahan. Perempuan itu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar. Pukul 03:05, pandangan Prilly berhenti tepat pada jam dinding yang menggantung dekat pintu.

Prilly beranjak dari kasur, tatapannya fokus pada Ali yang sedang tidur di sofa panjang. Prilly mendekat ke arah Ali, ditatapnya wajah lelaki itu. Terlihat damai, tidak ada kesan menyebalkan di sana, kalem. Sepertinya Prilly suka melihat Ali dalam keadaan tidur. Prilly menyudahi aktifitasnya memperhatikan wajah Ali. Perempuan itu bergegas ke kamar mandi lalu mengambil wudhu untuk shalat.

Usai shalat tahajud Prilly mengambil Al-Quran, berhubung hari ini jum'at ia akan membaca surah Al-Kahfi, surah kesukaannya. Sebenarnya matanya masih terasa berat walaupun sudah tersiram air. Rasanya ingin tidur kembali tapi Prilly sayang jika harus melewatkan membaca surah tersebut.

Hati Ali merasa tenang ketika lantunan ayat suci Al-Quran dilafalkan begitu merdu oleh Prilly, suaranya pelan tetapi masih mampu didengar oleh Ali. Lelaki itu tetap menutup mata walaupun sebenarnya ia sudah terbangun beberapa menit yang lalu.

Prilly selesai dengan aktifitasnya, waktu menunjukan pukul 04:00. Matanya kelewat ngantuk Prilly pun tidur kembali dan berdoa semoga terbangun sebelum atau di saat adzan subuh berkumandang. Perempuan itu tidak pernah menggunakan jasa alarm untuk membangunnya, cara jitu yang selalu Prilly lakukan adalah berdoa kepada Allah minta bangunkan di waktu yang ia inginkan. Dan hasilnya alhamdulilah ia akan bangun tepat di jam yang ia sebut dalam doa. Terkadang memang tidak selalu pas tetapi tidak akan melenceng jauh.

Prilly terbangun ketika adzan subuh berkumandang. Perempuan itu mengerutkan kening ketika tidak mendapati Ali. Kemana lelaki itu?

Pintu kamar mandi terbuka, menampilkan sosok Ali yang berdiri hanya dengan handuk yang melilit tubuh bagian bawahnya. Rambut lelaki itu basah, tetesan air pun masih nampak jelas di tubuhnya.

"Mau mandi?" tanya Ali. Lelaki itu berjalan santai ke arah lemari, sementara Prilly langsung membalik badan tidak ingin menatap Ali.

Ali berdecak. "Aku nggak akan macam-macam. Nggak usah takut," ucap Ali.

"Nggak, bukannya gitu. Aku belum terbiasa aja satu kamar sama laki-laki dalam keadaan kayak gini," balas Prilly masih setia membelakangi Ali.

"Mulai dari sekarang kamu harus terbiasa, balik badan sekarang!" titah Ali.

Tidak ada pilihan lain, Prilly pun menurut.

"Buka matanya," ucap Ali ketika Prilly masih menutup mata.

Perlahan Prilly membuka mata, perempuan itu bernafas lega ketika Ali sudah berpakain lengkap. Lelaki itu memakai sarung beserta baju koko.

"Mau shalat kan?" tanya Ali yang diangguki oleh Prilly.

"Cepetan ambil wudhu, aku tunggu." Prilly mematung mendengar ucapan Ali. Namun perempuan itu cepat-cepat mengangguk menuruti perintah Ali.

Prilly tersenyum, ternyata Ali tidak seburuk apa yang ia pikirkan.

Dua sajadah sudah digelar. Mukena putih milik Prilly pun sudah terletak manis disalah satu sajadah yang terletak di belakang sajadah milik Ali. Lelaki itu yang menyiapkan nya. Entahlah Prilly merasa terharu sekarang.

"Kenapa bengong?" tegur Ali.

"Nggak papa," Prilly menggeleng lalu bergegas menghampiri Ali untuk shalat bersama.

Hati Prilly berbunga-bunga. Mereka berdua pun melaksanakan shalat dengan penuh rasa bahagia. Mungkin Prilly saja yang bahagia tidak tahu bagaimana perasaan Ali.

Prilly kagum mendengar setiap lantunan ayat suci Al-Quran yang keluar dari mulut Ali. Bacaannya bagus, tetapi kenapa lelaki itu seperti enggan untuk shalat? Tapi itu kemarin, semoga hari ini dan seterusnya Ali selalu melaksanakan kewajibannya sebagai umat islam.

"Jangan suka melamun," lagi, Ali menegurnya usai membaca Al-Quran.

"Suara kamu bagus, aku suka." puji Prilly. Ali hanya menatap datar istrinya itu.

"Ya, suara aku memang bagus." Ali melepas peci yang ia kenakan. Lelaki itu rupanya percaya diri juga.

"Apa?" tanya Prilly ketika Ali menyodorkan tangan ke arahnya.

"Cium!" titah Ali.

Prilly tersenyum kikuk lantas mencium punggung tangan Ali.

Waktu seolah bergerak lambat ketika Ali mendaratkan kecupan lembut di kening Prilly. Lelaki itu cepat sekali berubah, kadang manis lalu secepat kilat menjadi bengis.

"Sudah aku bilang jangan suka melamun!"

Prilly tersentak lalu bergegas merapikan alat shalat lalu menyimpannya.

Ali membuka pintu menuju balkon, pagi ini hujan turun membasahi bumi. Suasana pagi cukup dingin cocok sekali jika menikmati minuman panas.

"Kamu mau sarapan apa?" tanya Prilly, ia tidak jago memasak tapi semoga saja makanan yang Ali inginkan ia bisa membuatnya.

"Apa saja asal bisa dimakan," jawab Ali.

Prilly mengangguk, ia keluar dari kamar menuju dapur. Sesampainya di dapur, Prilly bingung ingin memasak apa. Perempuan itu membuka kulkas dan isinya kosong. Prilly lupa bahwa rumah ini belum pernah ditempati wajar saja tidak ada bahan makanan sedikit pun. Prilly pun kembali ke kamar menemui Ali.

"Nggak ada apa-apa di kulkas," Prilly menghampiri Ali yang sedang duduk santai di kursi yang berada di balkon.

"Nggak usah makan berarti," balas lelaki itu simple.

"Kamu nggak lapar?"

"Ikut aku," ajak Ali. Prilly pun mengekor di belakang Ali.

Ali keluar dari rumah menuju mobilnya di bagasi. Lelaki itu mengambil sesuatu dari dalam sana.

"Kamu masak air aja, kita makan ini." Ali menyodorkan dua cup mie pada Prilly.

"Nggak mau makan di luar gitu?" tanya Prilly.

"Aku lagi males keluar." Ali berlalu begitu saja.

Prilly menghela nafas. "Ngomongnya datar amat," gumam Prilly. Perempuan itu ikut memasuki rumah.

Tidak perlu waktu lama dua cup mie sudah siap disantap. Prilly menghampiri Ali yang masih setia berada di balkon. Lelaki itu berdiri di pagar pembatas sambil memandang setiap rintik hujan.

"Mie nya udah jadi." Prilly meletakkan cup mie itu ke atas meja.

Ali berbalik lalu duduk di samping Prilly yang dibatasi dengan meja kecil.

Ali mulai menyantap mie miliknya, pelan-pelan karena mie itu masih panas.  Berbeda dengan Prilly yang masih membiarkan mienya terbuka.

"Kenapa nggak makan?"

"Masih panas."

Ali melanjutkan aktifitasnya. Prilly hanya diam, topik pembicaraan mereka sudah habis.

Setelah merasa sudah tidak terlalu panas lagi Prilly mulai menyantap mienya disaat Ali hampir menghabiskan mie miliknya.

"Mau kemana?" tanya Prilly ketika Ali berdiri dari duduknya.

"Ambil minum,"

Tak lama Ali kembali dengan membawa sebotol air mineral di tangannya. Air itu hanya tersisa setengah ketika Ali meletakkannya di atas meja untuk Prilly. Mungkin setengahnya sudah diminum oleh lelaki itu.

"Mau kemana?" Ali menatap gerak gerik Prilly yang ingin berlalu.

"Ambil gelas buat minum,"

Ali mengerutkan kening. "Kenapa, nggak mau minum satu botol yang sama?" kalimat yang Ali ucapkan lebih tepat seperti pernyataan ketimbang pertanyaan.

"Mau kok," dengan cepat Prilly meneguk habis minuman yang terisa di botol itu.

Ali tersenyum tipis, sangat tipis. Ia merasa lucu dengan tingkah Prilly. Perempuan itu mudah sekali gugup.

***

Part ini kaku ya wkwk.
Nekt part Aletta bakalan muncul. Mau apa hayooo?

Terima kasih karena telah membaca cerita ini💕 terus ikuti kisah AUFC ya, jangan lupa berikan vote dan komentarnya :)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top