[11] Malam pertama

Aku ingetin lagi ya, yang belum follow akun wattpadku follow dulu :)

Mohon vote sebelum membaca.

Jangan lupa tinggalkan komentar setelah selesai membaca.

Terima kasih :)

***

Ballroom di sebuah gedung berbintang  sudah dihias sedemikian rupa. Warna putih mendominasi ruangan, elegan. Ratusan tamu menghadiri acara resepsi yang digelar malam ini. Panggung pengantin berhiaskan bunga mawar berwarna biru, Lampu kecil warna-warni membuat panggung itu terlihat semakin indah. Kursi pengantin bak kursi kerajaan bertengger manis di atas panggung, di sampingnya terdapat dua kursi untuk orang tua mempelai wanita dan pria. Karpet merah tergelar memanjang dari pintu depan menyambut para tamu yang akan menginjak ruangan.

Ali dan Prilly berdiri di depan kursi, menyalami setiap tamu undangan yang mengucapkan selamat pada mereka. Kaki Prilly terasa pegal karena sudah cukup lama berdiri, para tamu seolah tak ada habisnya.

"Kalau cape duduk aja, nggak papa." Andre menghampiri Prilly yang tampak kelelahan.

"Beneran nggak papa?" tanya Prilly.

"Dari pada nanti kamu pingsan," jawab Andre, lelaki itu menggandeng mesra tangan isterinya.

"Iya Pril mending duduk bentar. Mumpung tamu pada lagi makan," timpal Aya.

Aya melirik ke arah Ali yang sedari tadi hanya diam. Nggak perhatian banget sama isteri sendiri. Pikir Aya.

Andre dan Aya turun dari panggung setelah Prilly duduk.

Ali pun ikut duduk di samping Prilly. Keduanya hanya diam memperhatikan para tamu yang sedang berbaur satu sama lain.

Ali dan Prilly kembali berdiri ketika ada beberapa tamu yang menghampiri mereka.

"Semoga menjadi keluarga yang samawa, Cap!" Dovan menepuk pundak Ali pelan.

"Terima kasih," balas Ali.

"Kok ceweknya beda sih?" wanita di samping Dovan bertanya bingung.

"Bukan Aletta." bisik wanita satunya lagi. Mereka adalah pramugari yang bekerja satu maskapai dengan Ali.

Dovan meletakkan telunjuknya di bibir. "Diem!" ucapnya yang langsung membuat kedua wanita itu bungkam.

"Selamat ya Cap." dua wanita yang menggunakan gaun tanpa lengan itu menyalami Ali dan Prilly bergantian.

"Iya." balas Ali singkat. Dan Prilly hanya tersenyum ketika wanita itu menjabat tangannya.

"Yang lain mana?" tanya Ali.

"Masih makan Cap, duluan ya." Dovan dan kedua wanita itu turun dari panggung.

Prilly mencoba biasa saja ketika giliran Arya yang mengucapkan selamat.

"Semoga menjadi keluarga yang samawa," Arya tersenyum kepada kedua mempelai. "Jaga dia baik-baik." bisik Arya pada Ali.

Ali hanya menatap datar mantan calon suami isterinya itu. Sedangkan Prilly tersenyum kecil ketika Arya menangkupkan tangan di hadapannya.

"Jangan tersenyum kepadanya," pandangan Ali fokus pada Arya yang mulai menjauh.

Prilly menghela nafas, tidak menanggapi ucapan Ali.

"Denger nggak?" Ali menatap Prilly.

"Dengar kok," jawab Prilly malas.

"Huwaaaaaa! Selamat ya untuk dua sahabat ku yang paling baik sedunia ini." Humaira memeluk Prilly erat lalu berganti memeluk Ali.

"Nggak usah lebay," ketus Ali. Humaira mencebikkan bibirnya kesal.

"Suami lo nyebelin Pril." adu Humaira.

Prilly melirik ke arah Ali. Lalu tersenyum menatap Humaira. "Ali serem Ra," Prilly sengaja berbisik pada Humaira.

Humaira terbahak. Prilly langsung menutup mulut sahabatnya itu.

"Tau nggak Li?"

"Nggak."

"Lo dibilang serem sama Prilly." Humaira terkekeh geli menatap wajah Ali yang terlihat kesal.

"Kenapa dikasih tau." Prilly mencubit pelan pergelangan tangan Humaira.

"Pergi sana," Ali mendorong Humaira pelan.

"Iya, iya. Oh gue mau minta sesuatu sama kalian berdua." Humaira meminta Ali dan Prilly merapat padanya.

"Apa?" tanya Prilly penasaran.

"Buatin gue ponakan yang banyak." Humaira langsung pergi setelah mengucapkan kalimat itu.

"Dasar sinting," ucap Ali.

Prilly hanya menunduk, pikirannya mulai kemana-mana.

Acara selesai kurang dua puluh menit jam 12 malam. Para tamu undangan sudah bubar, sekarang hanya tersisa keluarga besar dari kedua belah pihak saja.

"Mama sama Papa pulang duluan ya," Riani dan Irvan menghampiri Ali dan Prilly yang masih setia duduk di kursi pelaminan.

"Hati-hati Mah, Pah." Prilly memeluk lantas menyalami kedua orang tuanya.

Ali pun mengikuti apa yang Prilly lakukan.

"Jaga baik-baik putri kesayangan Mama, ya Li," ucap Riani yang mendapat anggukan pelan dari Ali.

"Papa sudah mempercayakan dia kepada kamu." Irvan menepuk pundak Ali pelan.

Reyandra bergabung bersama mereka. Ikut pamit pulang.

"Jadilah suami yang baik. Dia tanggung jawab mu Nak." Reyandra menatap serius ke arah Ali lalu berganti menatap Prilly. "Jadilah isteri yang berbakti kepada suamimu."

Prilly mengangguk lalu menyalami tangan Reyandra begitu juga dengan Ali.

Satu persatu keluarga telah pergi, Ali dan Prilly pun ikut beranjak meninggalkan ruangan. Mereka berdua memutuskan untuk langsung pulang ke rumah Ali yang telah lelaki itu siapkan sebelum menikah. Lebih tepatnya rumah itu Ali siapkan untuk dirinya dan Aletta. Tapi sekarang Prilly lah yang akan tinggal di sana bersamanya.

Prilly kesusahan berjalan, gaun yang begitu panjang dan lumayan berat itu membuatnya kesulitan melangkah. Belum lagi kakinya juga pegal karena terlalu lama berdiri. Sedangkan Ali hanya berjalan santai tak peduli dengan Prilly yang tertinggal cukup jauh.

Ali bersandar di depan mobil, tatapannya fokus pada Prilly yang masih berjalan dengan langkah pelan.

Rasanya ingin sekali Prilly mencakar wajah lelaki itu. Kelewat kesal, tidak ada inisiatif sedikitpun untuk membantu.

Ali langsung memasuki mobil ketika Prilly berdiri di hadapannya. Mulut Prilly menganga, malang sekali nasibnya.

Prilly tersentak kaget ketika mendengar suara klakson.

"Ayo masuk."

Prilly pun memasuki mobil, duduk di samping Ali.

Di dalam mobil tidak ada percakapan sama sekali sampai akhirnya mobil Ali berhanti di depan sebuah rumah.

Ali menoleh ke samping melihat Prilly yang tertidur pulas. Lelaki itu menekan klakson beberapa kali membuat Prilly terbangun dari tidurnya.

Prilly mengerjap, jantungnya berdegup kencang, kepalanya terasa pusing. Kaget karena dibangunkan secara tiba-tiba. Sungguh, Prilly kesal setangah mampus. Tidak bisakah membangunkan dengan cara baik-baik?

Ali tak merasa bersalah sama sekali lelaki itu turun dari mobil lalu memasuki rumah dengan santai.

Prilly ikut memasuki rumah. Matanya menjelajahi ruangan bernuansa abu di hadapannya. Rumah ini tidak terlalu besar. Dan Prilly bersyukur akan hal itu.

Lamunan Prilly buyar ketika Ali berdiri tepat di hadapannya.

"Bisa jalan nggak?" tanya Ali.

Prilly mengerutkan kening lalu mengangguk pelan.

Ali berlalu pergi, sudah itu saja.

Prilly memutuskan untuk duduk di sofa, kakinya terasa sakit.

Ali kembali datang. Prilly menatap bingung lelaki itu.

"Apa?" Prilly mendongak menatap Ali yang berdiri.

"Ngapain duduk disini?"

"Cape." Prilly terdengar merengek.

"Manja." tanpa diduga Ali mengangkat Prilly. Bukan ala-ala drama korea melainkan seperti kuli yang mengangkat karung beras.

"Turunin ish." Prilly memukul punggung Ali kesal. Ali hanya diam.

Prilly pun pasrah sampai Ali menurunkannya di atas kasur.

"Berasa gendong anak kecil," ucap Ali.

"Nyebelin," balas Prilly.

Ali tak merespon, lelaki itu melepas kemeja dan jasnya menyisakan kaos putih polos yang mencetak jelas bentuk tubuhnya.

"Ganti baju ke kamar mandi aja," ucap Prilly ketika melihat Ali mengangkat kaos yang ia kenakan.

"Aku mau disini." tak peduli dengan Prilly, Ali melepas kaosnya dan sekarang lelaki itu bertelanjang dada.

Prilly menutup matanya rapat-rapat.

"Aku mau mandi." Prilly berdiri dengan mata yang masih tertutup, dan...

Bug!

Prilly menabrak tubuh Ali, kepalanya membentur dada lelaki itu.

"Maaf," cicit Prilly menunduk.

"Lain kali hati-hati." Ali mengelus pelan kening Prilly.

Prilly tertegun dengan perlakuan kecil Ali. Jantungnya berdetak tidak karuan.

***

Bagaimana dengan part ini?

Berhubung dipart sebelumnya komen nambah jadi aku nekt lebih cepet hwhw.
Semangat aku tuh😂
Jangan sungkan kalau mau komen. Komen aja sepuasnya😂 Karena komen dari kalian itu bikin aku tambah semangat, mood jadi baik :)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top