Invitation and Birthday Gift

Mulmed : Akashi Seijuurou
.

.

Kuroko No Basuke by Tadatoshi Fujimaki

Canvas by Yuzu Nishikawa

(Akashi Seijuurou x Akemi Shinju)

Warnings! Semi-AU, Typo, OOC, tanda baca dan tata bahasa tak sesuai EYD, demi apapun judul dan isi cerita ga nyambung -_-

Credit Fanart to owner

Thanks Natsume Rokunami for editing cover :* //hug

Dedicate for Akashi Seijuurou Birthday

Happy Birthday my lovely Emperor Akashi Seijuurou :*

Don't Like, Don't Read!

.

.

"...ju."

"...inju."

"SHINJU, air untuk supnya meluap!"

Teriakan dari pemuda bersurai crimson menyadarkan Shinju dari lamunannya. Secara otomatis tangannya menekan tombol off di kompor listrik dapur Seijuurou. "Ma-maafkan aku tu- Seijuurou kun. Aku melamun saat memasak."

"Sebenarnya apa yang terjadi denganmu Shinju? Kau tau, melamun saat sedang memasak itu sangat berbahaya!" omel Seijuurou dari balik meja pantry.

"Maaf." Gumam Shinju, menunduk menyembunyikan wajahnya yang menyesal. Seijuurou menghela nafas pelan, mencoba bersikap tenang seperti biasanya.

"Apa kau sakit? Kalau kau sakit hari ini tak usah memasak, aku akan pesan makanan dari luar saja."

"Ti-tidak usah, Aku baik-baik saja. Mohon tunggu sebentar Seijuurou kun, sebentar lagi masakannya selesai."

"Aku tunggu dimeja makan, Shinju."

Setelah Seijuurou meninggalkan Shinju didapur sendirian, gadis tersebut mulai kembali memasak makan malam untuk Seijuurou. 30 menit kemudian, masakan Shinju sudah tertata rapi diatas meja makan. Seijuurou sendiri sudah duduk di kursinya sejak ia meninggalkan dapur tadi. Setelah menghidangkan nasi untuk Seijuurou, Shinju hendak kembali kedapur untuk mencuci peralatan memasak tapi, panggilan dari Seijuurou menghentikan niatnya.

"Shinju, Duduklah. Temani aku makan malam."

"Eh, tapi itu..."

"Duduklah. Rasanya tak enak selalu makan malam sendirian." Ujar Seijuurou, diselingi tawa kecil.

Kembali mengingat cerita dari Kuroko, hati Shinju bagaikan tersayat benda tajam, begitu perih dan menyakitkan. Ditariknya kursi meja makan dihadapan Seijuurou dan ia mulai mengambil nasi untuk dirinya. Melihat hal tersebut Seijuurou tersenyum kecil seraya berucap, "Terima kasih."

Seijuurou dan Shinju makan dalam diam. Hanya suara dentingan alat makan dan piring dari mereka berdua yang mendominasi suara diruangan tersebut. Sebenarnya Shinju merasa canggung dengan suasananya saat ini, tapi ia bingung ingin membuka pembicaraan seperti apa.

"Kau tau, aku sangat suka sup tofu buatanmu, Shinju." Puji Seijuurou, membuka pembicaraan.

"Benarkah? Terima kasih."

"Ngomong-ngomong, mengenai tadi sore. Bagaimana bisa ponsel Mibuchi san ada padamu?" tanya Seijuurou.

Tubuh Shinju membeku. Bagaimana ia harus menjawab pertanyaan tuan mudanya itu. Tak mungkin kan jika ia menjawab kalau ponsel Mibuchi habis ia pakai untuk menelpon Kuroko.

"Ano, tadi aku makan siang dengan Mibuchi senpai dan ia lupa meninggalkannya diatas meja kantin. Jadi setelah klub selesai aku baru sempat mengantarkannya ke gymnasium." Jawab Shinju. Seijuurou menatap Shinju yang mencoba menghindar dari tatapannya dengan cara berpura-pura makan.

"Begitu, ceroboh sekali."

Shinju menghela nafas lega setelah Seijuurou tak lagi membahas hal tersebut, dan mereka kembali makan malam dalam diam. Selesai makan malam, Shinju mulai mencuci peralatan masak dan piring kotor di wash dishes. Tanpa ia duga Seijuurou datang menghampirinya untuk menawarkan bantuan. "Biar kubantu."

"EH? Tidak perlu tuan- Maksudku Seijuurou kun. Biar aku saja yang mencuci piring kotornya." Tolak Shinju, panik.

Seijuurou tak mempedulikan penolakan Shinju dan mulai memakai apron putih untuk melindungi bajunya dari noda. "Tak apa Shinju. Aku ingin mencoba mencuci piring."

"Tapi-"

Seijuurou menatap tajam Shinju. Seolah melarangnya untuk membantah apa yang diinginkan Seijuurou. Shinju hanya dapat bergidik takut melihat tatapan tajam sang tuan muda.

"Ba-baiklah..." Shinju menghela nafas pelan, lalu mulai membagi tugas pada Seijuurou. "Seijuurou kun nanti membasuh peralatan yang sudah ku cuci dengan sabun, seperti ini... lalu letakan piring yang sudah selesai dibasuh dengan air ke rak piring ini..." Shinju mempraktekan cara membasuh piring yang sudah ia cuci pada Seijuurou. Seijuurou mengangguk mengerti, lalu mulai mengambil piring yang sudah dicuci oleh Shinju.

"Hati-hati, karena piringnya li- uwaah...."

Baru saja Shinju hendak memperingatkan Seijuurou, piring yang Seijuurou ambil terlepas dari tangannya karena licin. Untung saja Seijuurou dengan sigap menangkapnya dengan kedua tangan. Debaran jantung Seijuurou dan Shinju berdetak cepat karena terkejut dengan kejadian yang baru saja terjadi.

"Ha-hampir saja." Ucap mereka berdua.

"Seijuurou kun, sudah biar aku saja yang mencucinya. Bagaimana jika piringnya terlepas lagi seperti tadi dan pecah lalu melukai dirimu. Ahh, pantas saja. Kau seharusnya memakai sarung tangan karet ini agar tanganmu tak licin."

"Maaf, aku tidak tau." Ucap Seijuurou, lalu memakai sarung tangan karet dan membilas piring dengan air mengalir di wash dishes, lalu menaruhnya diatas rak piring samping wash dishes.

"Baiklah, tapi tolong lebih berhati-hati. Jangan sampai piringnya terlepas lagi, ya."

Seijuurou mengangguk, dan mulai membasuh piring-piring kotor tersebut dengan air. Diam-diam Shinju melirikkan mata pada pemuda disampingnya itu. Terlihat Seijuurou tengah fokus membasuh piring-piring kotor tersebut, begitu lucu bagi Shinju. Tanpa sengaja pemuda itu mengusap pipinya yang terkena cipratan air dengan punggung tangan. Tapi karena terlalu fokus dengan tugasnya membasuh piring, ia lupa jika tangannya yang mengusap pipi tersebut terkena busa sabun cuci piring. Shinju menahan tawanya, lalu mengulurkan tangan mencoba menghapus busa yang menempel dipipi sang tuan muda.

"Seijuurou kun ada busa di pipimu- ahh..."

Shinju lupa. Tugasnya adalah mencuci piring dengan sabun, jadi busa ditangannya lebih banyak dari Seijuurou. Bukannya membersihkan pipi Seijuurou, Shinju justru menambah busa dipipi si tuan muda.

"Shinju!"

"Pfftt.... Maafkan aku Seijuurou hahahaha. Maaf aku lupa jika tanganku banyak busa sabunnya..."

Shinju tertawa keras melihat pipi Seijuurou penuh dengan busa. "Shinju kemari kau! Saatnya pembalasan!"

"Tidak mau." Shinju menjulurkan lidahnya meledek sang tuan muda, lalu mencoba menghindar dari tangan Seijuurou yang penuh sabun. Tapi jangan lupa jika Seijuurou mempunyai emperor eye yang dapat melihat pergerakan Shinju lebih cepat, walau kegunaannya bukan untuk menangkap Shinju yang terus menghindar dari tangan penuh busa Seijuurou. Berkat matanya itulah, ia dengan mudah akhirnya bisa menorehkan busa sabun tersebut di pipi Shinju.

"Aaaa, maaf, maafkan aku. Berhenti menorehkan busanya diwajahku, Seijuurou!"

Seijuurou yang melihat wajah Shinju penuh busa tanpa sadar tertawa lepas. Tubuh Shinju membeku, matanya terbelalak lebar. Akashi.... Akashi Seijuurou, tuan muda Shinju tertawa lepas. Baru kali ini Shinju melihat Seijuurou tertawa lepas seperti anak kecil. Selama ia mengenal Seijuurou, Shinju hanya pernah melihat Akashi tersenyum saja dan tertawa pelan, tak pernah tertawa lepas seperti anak kecil seperti saat ini. Airmata kembali menetes dipipi Shinju. Shinju sendiri tak sadar, jika akhir-akhir ini ia sering menangis tiba-tiba.

"Hahaha... maafkan a- Shinju! Kenapa kau menangis? Maaf. Apa busanya masuk ke matamu?" tanya Seijuurou, panik saat melihat gadis dihadapannya menangis.

"Eh, maaf ini bukan karena busanya. Aku hanya terkejut, ini pertama kalinya aku melihatmu tertawa begitu lepas, Seijuurou kun." Jawab Shinju, mencuci tangan dan wajahnya dengan air dari kran wash dishes.

Seijuurou bergeming. Ia ikut mencuci tangan dan wajahnya di wash dishes. "Ahh, kau benar sudah lama aku tidak tertawa lepas seperti itu. Mungkin terakhir kali aku tertawa seperti itu saat sekolah dasar."

Sekali lagi hati Shinju bagai tersayat benda tajam, mendengar pengakuan langsung dari bibir Seijuurou. Kedua tangan Shinju terulur menangkup wajah Seijuurou, mata teduh Shinju menatap manik crimson Seijuurou. "Kalau begitu mulai sekarang, aku akan membuat Seijuurou kun terus tersenyum dan tertawa seperti tadi."

Pipi Seijuurou menghangat saat tangan Shinju menangkup wajahnya. Rona merah pun tak lama merambat setelah ia mendengar pernyataan dari gadis tersebut. Seijuurou membuang mukanya, tak sanggup menatap manik teduh milik Shinju. "Hn."

Walau jawaban Seijuurou hanya berupa dua huruf, tapi Shinju tersenyum puas mendengarnya. Ia mepas tangkupan tangannya dari wajah Seijuurou dan kembali mengambil spons untuk mencuci piring.

"Kalau begitu ayo kita selesaikan pekerjaan ini."

.

.

Seijuurou merebahkan tubuhnya yang lelah diatas sofa besar ruang tamu. Sedangkan Shinju tengah memakai mantelnya. "Seijuurou kun, aku pulang dulu." Pamit Shinju.

"Ahh, tunggu! Biar kuantar." Pinta Seijuurou, lalu beranjak dari sofa empuk tersebut.

"Eh, tak usah. Kau terlihat lelah setelah membantuku mencuci piring."

"Tidak apa-apa, tunggu sebentar disini aku akan mengambil mantelku dulu."

"Jangan lupa pakai syal Seijuurou kun. Hari ini udara makin dingin."

"Aku mengerti." Jawab Seijuurou, sebelum menghilang dari balik pintu kamarnya.

.

"Tuan muda aku memang menyuruhmu memakai syal, tapi kenapa kau memakai syal milikku yang kemarin aku pinjamkan? Itu sudah kotor!"omel Shinju, diperjalanan pulang.

"Ini tidak kotor Shinju. Lagipula syal ini sangat hangat. Dan kenapa kau memanggilku tuan muda lagi?!"

Shinju menghela nafas hingga uap putih keluar dari mulutnya. Ia sungguh tak bisa memahami sifat dan sikap tuan mudanya yang sekarang. Menurut Shinju sifat tuan mudanya yang dulu lebih mudah ia pahami.

"Seijuurou kun, syal itu sudah kotor. Kemarin malam aku memakainya dan meminjamkannya padamu, lalu tadi pagi juga kau pakai kesekolahkan? Ah, benar juga. Kenapa kau memakai syal itu kesekolah?!"

"Menurutku ini tidak kotor Shinju. Dan aku hanya ingin memakainya kesekolah, apa tidak boleh?"

"Itu sudah kotor Seijuurou kun. Kembalikan! Aku akan mencucinya. Dan tentu saja tidak boleh, kenapa kau harus memakai syalku kesekolah, sementara kau punya bertumpuk-tumpuk syal dilemari pakaianmu!"

"Kau ingin aku mengembalikannya padamu sekarang? Kalau begitu aku tak akan memakai syal saat pulang dari rumahmu. Tapi tadi pagi aku hanya ingin memakai syal ini untuk pergi kesekolah."

Shinju mengacak surai panjangnya pelan. Rasanya ia ingin membenturkan kepalanya jika sudah berdebat dengan tuan mudanya itu. Mau bagaimana pun keadaannya, jika berdebat dengan Seijuurou, Shinju tak akan pernah menang.

"Baiklah, baiklah kau menang Seijuurou kun. Aku mohon saat pulang dari sini, letakkan syal itu dikeranjang pakaian kotor biar ku cuci nanti."

"Baiklah, Shinju."

Tinggal beberapa meter lagi hingga Shinju sampai rumahnya. Tapi mereka hanya berjalan dalam diam, hingga akhirnya Shinju sampai didepan bangunan flat tempat tinggalnya.

"Terima kasih atas makan malam dan juga sudah mau mengantarku pulang, Seijuurou kun."

"Sama-sama Shinju. Terima kasih juga sudah mau menemaniku makan malam."

Shinju tersenyum lalu mengangguk. "Kalau begitu aku permisi dulu, Seijuurou kun."

"Tunggu dulu, Shinju!"

"Ada apa?"

"Begini, apa akhir pekan ini kau sibuk?"

Shinju mengernyitkan dahinya bingung. "Aku hanya sibuk saat sore hari untuk merapikan apartementmu, Seijuurou kun."

"Akhir pekan ini ada pesta diperusahaan, sebuah pesta natal. Memang lebih cepat dari biasanya karena kebetulan ayahku hanya punya waktu luang pada saat itu saja. Dan aku mengundang semua karyawan perusahaan tersebut tanpa terkecuali."

Ahh, benar juga. Jika Shinju tidak salah ingat, akhir pekan ini jatuh pada tanggal 20. Apa maksudnya Seijuurou ingin mengundang Shinju ke pesta ulang tahunnya.

"Lalu sebenarnya hari itu bertepatan dengan... uhm, hari ulang tahunku. Maka dari itu, aku harap kau bisa menghadirinya."

Sepertinya apa yang dibilang Mibuchi benar, jika Seijuurou hanya belum sempat mengundang Shinju. Shinju tertawa kecil, ia merasa sangat senang saat Seijuurou mengharapkan dirinya datang ke pesta ulang tahun tersebut. "Uhm, aku pasti datang."

Seijuurou tersenyum lembut mendengar jawaban Shinju. Shinju merasa wajahnya pasti merona saat melihat senyum lembut dari Seijuurou yang menghangatkan hatinya. "Aku senang mendengarnya, sekarang masuklah udara makin dingin."

"Seijuurou kun sendiri pulanglah. Jangan sampai kau sakit, dan hati-hatilah saat pulang."

"Jangan khawatirkan aku. Masuklah."

Shinju melambaikan tangannya sembari memasuki kawasan flat sederhana tersebut.

.

"Aku pulang." Teriak Shinju sesaat ia memasuki kamar flatnya.

"Selamat datang, Shinju chan."

Shinju melepas sepatu sekolahnya di genkan, dan berjalan masuk kedalam rumahnya. Terlihat sang ibu tengah merajut sebuah sarung tangan diruang tengah. Shinju menggeser pintu kamar , lalu meletakan tas sekolah serta tote bag besar berisi kanvas dan cat air miliknya yang kemarin ia letakan diruang klub kesenian.

"Shinju chan, kau mau mandi? Ibu sudah panaskan air untukmu mandi, atau kau ingin makan malam terlebih dahulu? Biar nanti ibu buatkan sesuatu."

"Aku sudah makan malam dirumah Seijuurou kun. Jadi aku ingin mandi saja."

"Wah, wah setelah kemarin diantar pulang, lalu tadi pagi dijemput sekolah sekarang makan malam berdua. Ada apa denganmu dan tuan muda, Shinju chan?" ujar sang ibu, mencoba menggoda Shinju.

"Ti-tidak ada apa-apa ibu. Seijuurou kun hanya ingin ditemani makan malam saja." Bantah Shinju, lalu berlari menuju kamar mandi.

Setelah melepas penat dengan berendam di air panas selama kurang lebih 15 menit dan memakai piyama tidurnya. Kini Shinju duduk berhadapan dengan sang bunda yang masih asyik merajut sebuah sarung tangan.

"Ibu?" panggil Shinju.

"Ada apa?"

"Apa ibu diundang tanggal 20 nanti?"

"Tanggal 20? Ahh, maksudmu pesta natal yang diadakan perusahaan ya. Tentu saja ibu diundang, itu pesta untuk semua karyawan tanpa terkecuali. Lagipula pesta tersebut bertepatan dengan ulang tahun tuan muda, dan tuan direktur akan datang pada hari itu."

Shinju merebahkan kepalanya diatas meja kotatsu. Memperhatikan tiap inci wajah dan tubuh ibunya tersebut. Ibunya masih cukup muda untuk seorang single parents, wajahnya yang awet muda juga masih terlihat cantik dan tubuhnya yang berisi juga cukup menggoda kaum lelaki.

"Ibu."

"Hmm?"

"Apa kau tak ingin mencari suami baru?"

Bukannya terkejut dengan pertanyaan sang putri, sang ibu hanya menanggapinya dengan tenang. "Apa kau ingin ayah baru?"

"Bukan maksudku ingin punya ayah baru. Hanya saja ibu masih terlalu muda untuk menjadi seorang single parents. Apa tak ada seorang pria yang ibu suka? Misalnya, tuan manager?"

"Ohh, Shinju chan ingin punya kakak laki-laki?"

"Bukan maksudku. Aku hanya memberi contoh dengan tuan manager saja, ibu."

"Jadi intinya?"

"Lupakan. Ngomong-ngomong, apa ibu sudah menyiapkan hadiah untuk Seijuurou kun?" tanya Shinju, mengalihkan pembicaraan.

"Tentu saja sudah Shinju chan."

"Jangan bilang jika sarung tangan yang tengah ibu rajut sebagai hadiahnya!?"

"Tentu saja bukan. Ini hadiah natal untukmu, lihat inisial disarung tangan ini 'A.S'."

"Kenapa kau memberitaukannya bu, Sekarang hadiah natalku tak lagi menjadi sebuah kejutan!"

"Ohh, tenang saja sayang. Ini pasti akan membuatmu terkejut."

Shinju menghela nafas gusar dan kembali berpikir, hadiah apa yang sebaiknya ia berikan untuk sang tuan muda. "Shinju chan. Kau tau hadiah terbaik, tak diukur dari mahalnya harga hadiah tersebut, hadiah yang berasal dari besarnya perasaan pasti akan menjadi hadiah terbaik untuk seseorang."

Apa yang dikatakan ibunya memang benar. Hadiah tak diukur dari harganya, tapi dari besarnya perasaanlah yang membuat hadiah itu menjadi hadiah terbaik.

"Ibu."

"Hm?"

"Bisakah kau melanjutkan rajutanmu didalam kamar? Aku ingin menggunakan ruangan ini untuk melukis." Pinta Shinju, beranjak dari duduknya dan masuk kedalam kamar untuk mengambil kanvas beserta cat air miliknya.

Sang ibu tersenyum, merapikan barang rajutannya, lalu berjalan memasuki kamar. Tak mau menganggu sang anak yang tengah bersiap untuk melukis. Shinju mulai menyiapkan berbagai macam peralatan melukis, dan mulai menggoreskan cat air diatas kanvas putih bersih miliknya.

Pagi hari yang cerah dimusim dingin, sebuah lukisan tertepa cahaya mentari pagi yang menyusup melalui jendela kecil sebuah flat sederhana. Wanita dengan surai panjang itu menggeser pintu kamarnya yang terhubung dengan ruang tengah. Merenggangkan sedikit badannya yang kaku akibat gaya tidurnya. Matanya terpaku pada sebuah lukisan indah yang menampakan dua orang yang saling memunggungi. Senyum lebar merekah diwajah awet muda wanita berusia 35 tahun tersebut, melihat sang pelukis tengah tertidur lelap dibawah meja kotatsu. Jam masih menunjukan pukul 6 pagi, sepertinya masih terlalu pagi untuk sang pencipta lukisan bangun dari mimpi indahnya pagi ini.

To Be Continue

Niatnya chapter ini dan chapter pertama jadi satu, tapi wattpad yuzu malah error . Jadi aku buat jadi dua chapter ._.

Abis ini masih ada OMAKE nya lho!

Vote and Comment? Thanks ^^

.

19 Desember 2015

Yuzu Nishikawa

.

Omake

"Shinju chan, apa yang terjadi dengan matamu?" tanya Mibuchi, dengan raut wajah seolah ia melihat hantu. Diikuti oleh tatapan horror empat pemuda berbeda surai yang terpaku didepan makan siang mereka.

Shinju menatap balik para pemuda tersebut dengan wajah lelah, mata merah dan sebuah mata panda, lalu ia mulai memakan makan siangnya secara perlahan. "Aku hanya tidur selama dua jam tadi malam, setelah melakukan ini itu."

Mendengar jawaban ambigu dari Shinju, kini empat pasang mata pemuda itu beralih kepada pemuda bersurai crimson. Yang ditatap hanya balas menatap bingung. "Apa?"

"Sei chan, maksud Shinju chan ini itu, apa?" tanya Mibuchi.

"Akashi tak kusangka kau..." Nebuya menggelengkan kepalanya pelan.

"Ternyata semua laki-laki sama saja." Ucap Mayuzumi, sarkatis. Tak sadar kalau dirinya juga laki-laki.

"Akashi, permainan apa saja yang kalian lakukan tadi malam?"

"Hei, Shinju ucapanmu itu membuat semuanya salah paham. Jelaskan yang benar."

Shinju meminum air digelasnya, lalu kembali berbicara tanpa berpikir. "Apa? Memang benar kemarin malam kau mengajakku (makan malam) lalu hampir membahayakan dirimu dan diriku (saat tak sengaja hampir memecahkan piring), kau mengejarku dan menangkapku lalu menodaiku (dengan busa sabun) hingga aku menangis, setelah itu kau bilang lelah (setelah cuci piring) dan mengantarku pulang dengan memakai (syal) yang sudah kotor- hmmp..."

Seijuurou membekap mulut Shinju dengan sebelah tangannya. "Cukup. Ucapanmu makin tak beres. Jangan dengarkan dia, ini semua salah pa...ham..."

Seijuurou terpaku melihat reaksi kakak kelas dihadapannya itu. Mibuchi yang menitikan airmata, Nebuya yang mimisan, Mayuzumi yang membuang muka dengan wajah merah dan hanya Hayama yang masih menatap Akashi dan Shinju dengan mata polos.

"Sei chan kau ternyata benar-benar..."

"Akashi, kau..."

"Ternyata beginilah sikap asli dari seorang tuan muda. Seperti yang kubaca dalam light novel bersikap seenaknya pada pelayan rumah..."

"Hei, hei kenapa berhenti cerita? Aku masih ingin dengar permainan apa yang kalian mainkan tadi malam."

Seijuurou memijat pelan pelipisnya yang berdenyut. Sebenarnya apa yang terjadi pada gadis disebelahnya ini tadi malam, padahal saat Seijuurou mengatarkannya pulang gadis itu masih baik-baik saja. Seijuurou melirik kembali kepada Shinju, melihat gadis tersebut beranjak dari duduknya. Tapi belum juga kakinya melangkah, tubuh Shinju tiba-tiba ambruk. Untungnya dengan sigap Seijuurou menahan tubuh ramping gadis tersebut.

"Shinju!"

Teriakan Seijuurou mengambil alih atensi siswa yang berada dikantin.

"Lihat Akashi, karena kau ia jadi kelelahan." Ujar Nebuya.

"Sebenarnya berapa lama kalian..." ucap Mayuzumi.

"Diamlah. Ucapan kalian membuat semuanya salah paham!" hardik Seijuurou.

"Shinju chan!" Mibuchi mencoba menepuk-nepuk pipi Shinju agar gadis tersebut sadar. Tapi tak ada respon sama sekali. Seijuurou mencoba memeriksa keadaan Shinju. Nafas gadis tersebut normal dan teratur, nadi dileher dan pergelangan tangannya masih berdenyut, tubuhnya masih hangat. "Dia-"

Wajah para starting member Rakuzan terlihat tegang saat Seijuurou mulai membuka suara dengan wajah terkejut setelah memeriksa keadaan Shinju.

"-tertidur."

Ingin rasanya saat itu juga mereka menenggelamkan pasangan tuan dan pelayannya itu kedalam lubang karena membuat mereka khawatir berlebihan. "Pantas saja bicaranya kacau, rupanya ia benar-benar kurang tidur."

Seijuurou mengangkat tubuh Shinju dan membawanya keruang kesehatan. "Aku akan membawanya keruang kesehatan."

"Jangan macam-macam padanya Akashi." Sahut Nebuya.

"Ingat ini disekolah Akashi." Ucap Mayuzumi datar.

"Aku ikut denganmu, Sei chan." Ujar Mibuchi.

"Kalian," Seijuurou membuka suara, menatap satu persatu kakak kelasnya itu dengan wajah garang, "Ingin liburan musim dingin kalian menjadi neraka?"

Dan dengan kompak para kakak kelas starting member Rakuzan itu menggeleng panik.





Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top