14; First Love

Peter menatap kearah tumpukan kotak makanan yang ada di depannya. Setelah ia mengatakan untuk membantu Wade menyelesaikan list permintaannya, ia bahkan tidak sempat untuk mencerna yang dilakukan oleh Wade sebelum pemuda itu membawanya kabur ke rumah sakit. 

Dan disinilah mereka, berada di depan sebuah mobil penjual makanan, lebih tepatnya Chimicagas yang berada cukup jauh dari rumah sakit. Wade membeli bukan hanya satu atau dua box chimicangas, tetapi belasan kotak Chimicagas dengan rasa yang berbeda dari yang memiliki rasa biasa seperti sapi dengan keju, hingga rasa yang aneh seperti hati sapi dan sebagainya.

"Sudah kuduga mereka yang terbaik."

Wade langsung membuka bungkusnya yang kelima saat Peter bahkan tidak membuka satupun bungkusan Chimicangas itu. 

"Wade, apa ini?"

"Hm? Apakah kau tidak pernah melihat Chimicangas, Peter?"

"Aku tahu, tetapi untuk apa kau membeli sebanyak ini," Peter pada akhirnya mengambil salah satu secara random dan menggelengkan kepalanya. Ia menggigit Chimicangas itu dan seketika menyesalinya, "rasa cokelat?"

"Rasa-rasanya unik ya?" Wade tampak tertawa melihat bagaimana wajah Peter memucat, "Laura selalu saja cerewet dengan masalah makanan. Ia tidak akan memperbolehkanku untuk memakan Chimicangas sebanyak ini begitu juga dengan ayahku. Mereka tidak tahu kenapa aku menyukai makanan ini."

"Memang kenapa?"

"Ayah dan ibu kandungku membuangku saat mengetahui aku memiliki kumpulan kanker yang akan menguras uang mereka sejak aku kecil. Rumah sakit tempatku dirawat juga mengusirku karena tidak ada yang bisa membiayai pengobatanku. Kurasa saat itu usiaku 5 tahun," Wade memakan Chimicangasnya sambil mengingat-ingat ceritanya, "di jalan, aku bahkan tidak bisa bergerak karena rasa sakit akibat kankerku, juga karena lapar dan juga kedinginan. Saat kukira aku akan mati, seseorang menyodorkan makanan padaku dan memayungiku ditengah salju saat itu."

"Dia..."

"Ayahku, kurasa itu juga pertama kalinya aku memakan Chimicangas. Itu menjadi makanan yang paling enak yang pernah kumakan. Dan saat itu juga menjadi makanan yang paling kusukai," Wade tersenyum dan menggaruk dagunya yang tidak gatal, "ah, walau setelah itu aku pingsan dan hampir mati karena ternyata makanan itu kadaluarsa dan ayahku tidak mengetahuinya."

"EH!?" Wade memandangi Peter yang menatapnya dengan tatapan kaget. 

"Pfft... Ahahahaha! Apakah kau berpikir jika ceritaku benar-benar terjadi?" Wade memegangi perutnya, "orang tua mana yang akan membuang anaknya begitu saja dan membiarkannya di jalanan?"

"Wade...!" wajahnya memerah karena untuk sesaat Peter mempercayai cerita yang dikatakan oleh Wade dan karena pemuda didepannya saat ini masih tertawa terpingkal-pingkal.

"Aku sudah selesai," Wade menghabiskan potongan terakhir Chimicangas yang mereka beli dan membuang sampahnya, "ayo, banyak sekali yang harus kita lakukan setelah--UHUK!"

Wade tampak berbicara dengan mulut yang masih penuh dengan makanan. Tentu itu membuatnya tersedak dam terbatuk beberapa kali.

"Waktu kita masih banyak, makanya jangan terlalu cepat mengunyah Wade," Peter menghela napas dan menertawakan Wade yang masih terbatuk. Namun, batuk Wade tidak berhenti bahkan semakin terlihat menyakitkan membuat Peter menjadi khawatir, "Wade? Hei..."

Napas Wade juga tampak tercekat, ia seolah berusaha untuk menghentikan batuknya namun tidak berhasil.

"H-hei, ayo kita kembali sa-"

"BA!" Wade yang tadinya membelakangi Peter tampak mengagetkannya dengan tiba-tiba berbalik. Peter terkejut, ia hanya bisa menatap Wade yang terbahak karena Peter yang menurutnya terlihat berekspresi konyol saat ini, "kau harus lihat wajahmu Pete!"

"TIDAK LUCU!" Peter tampak membentak Wade yang menghentikan tawanya, "AKU CEMAS TAHU! Baru permohonan pertama saja sudah membuatku khawatir, sudahlah lakukan saja sendiri leluconmu!"

Peter membalikkan badannya dan tampak meninggalkan Wade yang kaget karena Peter benar-benar marah padanya saat ini.

"H-hei, aku minta maaf. Aku tidak menyangka kau akan semarah ini Pete. Aku tidak akan membuat lelucon seperti itu lagi," Peter masih membelakangi Wade namun berhenti berjalan, "aku tahu aku pernah mengatakan kau manis saat marah, tetapi bukan berarti aku ingin melihatmu benar-benar marah."

...

"Baiklah, tapi jangan lakukan hal itu lagi."

"Aku janji," Wade tersenyum dan mengangguk. Ia tampak berjalan, mendekati Peter. Namun, sebelumnya ia lihat sapu tangan yang sempat ia sembunyikan dari Peter. Bercak darah yang sangat jelas di sapu tangan berwarna abu-abu itu. Ia menghela napas, tampak tersenyum miris karena itu.

'Benar, baru seperti ini saja sudah membuatnya khawatir...'

.
.

Tony kembali menghabiskan waktu di dalam ruangan tempat Steve dirawat. Tentu saja belum ada perubahan yang pasti dari Steve, ia masih belum sadarkan diri dan jika bukan yang lainnya memaksa Tony untuk beristirahat dan mengingatkannya jika Peter, Harley dan Morgan masih membutuhkannya, ia tidak akan pergi dari tempat itu.

"Kurasa Wade menculik Peter hari ini," Tony menoleh dan menemukan Logan yang menyilangkan kedua tangannya dan menyender pada bingkai pintu otomatis dibelakangnya, "ia tidak ada di kamarnya. Dan para perawat mengatakan jika terakhir kali Peter sedang menjenguknya."

"Tunggu, mereka berdua? Cuaca diluar masih cukup dingin, ia bisa sakit dan bersama dengan Wade--" 

"Biarkan mereka," Logan menatap Tony yang berhenti untuk menghubungi Harley agar bisa melacak keberadaan Peter, "Wade... tidak memiliki waktu yang lama. Setidaknya, biarkan ia sekali ini."

...

"Tetapi aku harus tetap mengawasi mereka. Jika terjadi sesuatu pada Peter atau pada Wade," Tony tampak menghela napas dan mengambil handphonenya, menghubungi Harley menjelaskan semuanya dan apa yang diminta oleh Logan. Setidaknya mereka akan melacak keberadaan keduanya dan memantau keberadaan mereka selalu baik-baik saja.

"Aku harus meminta Friday terus mengirimkan tanda vital Peter," Tony berdiri dan meninggalkan ruangan Steve bersama dengan Logan--

--tidak menyadari jika tangan kanan Steve tampak perlahan bergerak sedikit.

.
.

"Wade, apa ini?"

Sore hari, Peter sudah menghabiskan setengah list permohonan Wade dan dari semua permohonan yang dilakukan seperti melakukan kencan di kebun binatang dan turun dari mobil tur untuk memberi makan buaya secara langsung sampai dengan makan siang Shawarma yang paling normal, ini adalah keinginan yang paling aneh menurutnya.

"Ini adalah milik Cabel, rekan ayahku. Alat ini bisa membuat kita menjelajah waktu," Peter melihat alat berupa jam tangan berbentuk aneh. Wade menekan beberapa tombol dan memutarnya sama dengan milik Wade, "kita akan menangkap penjahat terjahat yang pernah kuingat."

"Penjahat terjahat?" Peter tampak memucat mendengar itu, "te-tetapi Wade, kita bukan superhero seperti ayahku dan ayahmu. Kita bisa dalam bahaya kalau sampai melawan musuh yang jahat."

"Tenang saja, ia sendiri tidak punya kekuatan yang hebat kok.

"Eh? Mungkinkah ada hubungannya dengan... pakaian yang kita dapat?" Peter menoleh kearah pakaian yang mereka pakai. Pakaian dari film dan novel yang sempat booming di masanya. Harry Potter. Wade mengunakan seragam Hufflepuff berwarna kuning dan Peter menggunakan seragam Slytherin.

"Ya, dulu. Saat usiaku 5 tahun, aku dan ayahku pergi untuk menonton film perdana Harry Potter dan Half Blood Prince. Saat itu sangat ramai dengan orang-orang yang sudah mengantri untuk menonton. Dan tiba-tiba ditengah orang-orang itu yang akan menonton, seseorang tampak meneriakkan spoiler film tersebut. Itu sangat menyebalkan!" Wade menceritakannya dengan menggebu-gebu membuat Peter tertawa canggung. Tidak menyangka kalau Wade adalah fans fanatik dari film tersebut.

Memang sih, film itu menurut Harry sangat bagus saat ia dan keluarganya dulu menghabiskan waktu menonton di hari libur.

"Tetapi, yang membuatku sedikit heran... kenapa Slytherin?" Wade menatap pakaian Peter.

"Karena aku memang bisa masuk asrama Slytherin," Wade diam mendengar alasan Peter, ia menahan tawanya namun gagal dan tampak terbahak.

"Oh tuhan... Peter, Babyboy, kau memang cocok di asrama manapun. Tetapi tidak Slytherin," Wade masih tertawa dan Peter menatap kesal kearah Wade. Bukan hanya karena apa yang dikatakan tadi, tetapi karena keluarganya dulu juga mengatakan hal yang serupa. Memang apa salahnya? Papa Steve saja bisa masuk Slytherin menurut Tony.

"Su-sudahlah! Ayo kita segera selesaikan!" Wade tertawa melihat Peter yang cemberut.

'Ada alasan lain juga sih. Kan saat itu juga ada dia...'

.
.

"Apakah target sudah terlihat Spidey?"

"Belum-Spidey?"

"Kita sedang memata-matai orang, jadi kita harus menggunakan nama sandi. Kau Spidey dan aku adalah Pool. Aku tidak tahu kenapa Author menggunakan nama itu," entahlah Wade. Sekarang diam dan lanjutkan cerita.

"Sampai sekarang tidak ada orang yang mencurigakan dan menggunakan seragam Hufflepuff itu," Peter tampaknya juga menikmati permainan mereka. Matanya mengedar melalui teropong dan berinteraksi dengan Wade melalui intercom, "tetapi, kau manis sekali Wade."

...

"Hah?"

"Aku menemukanmu saat kecil, dengan paman Logan. Hahaha, kau sedang menarik-narik tangan paman Logan karena ia ingin pergi membeli tiket," Peter tertawa pelan, tampak menikmati pemandangan yang ia sebut sementara Wade berusaha menahan malu. Ia juga menemukan sosok yang dimaksud oleh Peter, "ah, dia menangis."

"Pete, ini bukan misi kita--kau mau kemana?" Peter tidak mendengar, berjalan mendekati Wade kecil dan berjongkok.

"Hei, kenapa kau menangis?" Peter berbicara dengan Wade kecil. Namun, saat ditanya seperti itu si kecil malah takut dan tampak mundur dari Peter, "aku bukan orang jahat kok."

Malah jadi seperti orang jahat.

"Kau itu dari Slytherin, pasti penyihir jahat!"

"Tidak semua kok," Peter tertawa pelan dan menggelengkan kepalanya, "aku hanya menyapa karena melihatmu menangis setelah ditinggal ayahmu."

Wade menunduk sedih, Peter benar-benar menganggap pemandangan itu sebagai hal yang manis.

"Aku hanya takut kalau ayahku akan meninggalkanku seperti kedua orang tuaku," Peter yang tadi tersenyum gemas tampak terdiam, "mereka bilang akan kembali. Tapi aku malah menunggu lama dan kedinginan. Rumah sakit juga menyuruhku pergi karena tidak ada yang menemani."

'Ayah dan ibu kandungku membuangku saat mengetahui aku memiliki kumpulan kanker yang akan menguras uang mereka sejak aku kecil. Rumah sakit tempatku dirawat juga mengusirku karena tidak ada yang bisa membiayai pengobatanku. Kurasa saat itu usiaku 5 tahun, di jalan, aku bahkan tidak bisa bergerak karena rasa sakit akibat kankerku, juga karena lapar dan juga kedinginan. Saat kukira aku akan mati, seseorang menyodorkan makanan padaku dan memayungiku ditengah salju saat itu.'

Peter ingat dengan cerita yang dikatakan Wade sebagai karangan semata. Tentu Wade tidak mungkin mengatakan kalau cerita itu nyata dan ia yang mengalaminya. Ia tidak ingin Peter menatap iba padanya.

"Tuh, kau pasti penyihir! Aku tidak suka berbicara pada orang asing tetapi kau membuatku berbicara!" Peter kali ini tidak dulu tertawa karena kepolosan Wade. Ia mengusap kepala Wade dan tersenyum.

"Ayahmu tidak akan meninggalkanmu Wade," ia tahu ia tidak mungkin bisa meyakinkannya. Toh, ia hanya orang asing yang bertemu dengan Wade.

"Bagaimana kau bisa tahu namaku?"

"Ah," Peter tanpa sadar menyebutkan namanya, "jangan bilang siapa-siapa. Tetapi karena aku--"

"Penyihir," Wade ikut melanjutkan sambil bergumam. Ia ingat saat itu, itu adalah hari yang menyebalkan namun juga paling membuatnya senang. Hari dimana Logan mengajaknya untuk menonton dan pergi dengannya untuk pertama kali sejak Logan mengadopsinya. Dan disana ia juga bertemu dengan Penyihir berpakaian Slytherin yang ia lihat bagaimana malaikat.

"Jadi, karena kau penyihir kau jadi tahu apa yang terjadi?!" Dasar saat itu Wade masih berusia 5 tahun, ia percaya saja saat Peter mengatakannyam dan Peter hanya mengangguk, "kalau begitu, apakah ayahku akan mengalahkan penyihir jahat?"

...

"Apa?"

"Ada penyihir jahat yang menyerang tubuhku. Itu yang juga membuat ayah dan ibuku yang dulu menjnggalkanku. Dad bilang akan mencoba membunuhnya, apakah dad akan berhasil?" Peter kembali terdiam dan menatap Wade kala itu.

"Yang akan berhasil melakukannya adalah kau Wade," Peter memegang lembut kedua tangan Wade kecil, "jadolah kuat dan kalahkan musuhmu itu. Kalau kau merasa capek, itu hal yang biasa terjadi, tetapi jangan menyerah. Banyak orang yang akan sedih kalau kau kalah dari penyihir jahat itu. Dan yang terpenting--"

"Tetaplah tersenyum, karena kau memiliki senyuman yang paling indah," Wade tertawa pelan, ia tidak menyangka. Pria yang ia lihat saat itu, yang membuatnya bisa bertahan hingga sekarang karena kata-katanya dan pria yang merupakan cinta pertamanya itu adalah Peter.

"Aku merasa jadi lebih berani! Kakak benar-benar penyihir hebat! Siapa nama kakak?!"

'Aku ingat kalau tidak salah aku memang menanyakan namanya. Lalu--' Wade bernostalgia. Namun, ia segera tersentak saat ingat apa yang terjadi selanjutnya, 'sial! Bibir perjaka Peter dalam bahaya!'

Ia tidak peduli jika yang melakukannya adalah versi mininya, namun ia ingat kalau ia ingin mencium pemuda itu. Ia menoleh kekiri dan kekanan saat itu, mencoba mencari keberadaan tukang spoiler yang pertama jadi target operasinya.

Ia bisa melihat Wade kecil sudah hampir mencium Peter--

"SEVERUS SNAPE AKAN MEMBUNUH DUMBLEDORE!"

Baik Peter ataupun Wade kecil tersentak dan menjauh saat mendengar suara Wade. Peter membulatkan matanya, menatap Wade besar yang masih terengah karena berteriak kencang. Ia kembali menoleh pada sekeliling, orang-orang jelas akan menghajar Wade kalau mereka tetap disini.

"W-Wade?" Peter menoleh pada Wade kecil yang tubuhnya sudah gemetar dan beberapa detik kemudian berteriak menangis seperti anak kecil pada umumnya. Peter mencoba menenangkannya namun, Wade besar sudah berlari dan menarik tangannya kabur dari amukan massa.

"Kenapa kau yang malah berteriak?!"

"Bibirmu dalam bahaya tahu!"

Peter dan Wade meninggalkan TKP, Logan yang kembali diberikan pemandangan Wade kecil yang menangis kencang dan membuatnya bingung kenapa.

"Wade, kenapa kau menangis-"

"Ini," Wade kecil berhenti menangis saat sebungkus makanan diberikan kearahnya, "angan menangis."

Ia melihat anak kecil berambut cokelat tersenyum lebar padanya.

"Peter buddy, kau tidak boleh memberikan makanan pada sembarang orang hanya karena kau tidak suka," anak itu, Peter masih mengulurkan makanan meski Papanya sudah memperingatkannya.

"Siang Cap, kau akan menonton juga?" Logan menatap Steve yang menggunakan penyamaran andalannya, topi biru dan kacamata.

"Tidak, Tony ingin makan Chimicagas disinu dan Peter bersikeras ingin mencovanya. Tentu ia tidak suka--Peter, berikan pada papa kalau tidak mau," Steve masih membujuk Peter yang bersikeras ingin memberikannya pada Wade. Wade sendiri sudah berhenti terisak, ia hanya melihat pada Peter yang saat itu entah kenapa mirip dengan pemuda yang tadi ia temui.

"Terima kasih..."

Itu adalah pertemuan mereka yang pertama.

.
.

"Oke, itu tadi ide yang buruk."

Peter dan Wade kembali ke masanya, hampir ambruk karena kelelahan setelah berlari kencang. Ia segera duduk di kursi taman untuk beristirahat.

"Tapi aku belum berhasil membalaskan dendamku. Dia malah tidak muncul," Wade bergumam kesal dan Peter menatap tajam kearahnya.

"Jangan coba lagi," Peter sangat lelah, "ngomong-ngomong saat itu, apa yang terjadi pada orang itu?"

"Ia menghilang, tidak ada yang menemukannya setelah ia berteriak 'SEVERUS SNAPE AKAN MEMBUNUH DUMBLEDORE!'," Wade mengingat-ingat. Dan Peter bergumam pelan sebelum terdiam karena menyadari sesuatu.

"Wade, tadi ada satu orang berpakaian Hufflepuff yang berteriak sama persis seperti itu."

"Siapa?! Sial aku terlalu fokus sampai tidak melihatnya--" Peter menunjuk kearah Wade.

"Kau sendiri kan?"

...

Peter dan Wade bertatapan sangat lama tanpa ada yang berbicara, sebelum keheningan itu pecah saat Peter terbahak. Sangat terbahak hingga ia menunduk dan memegangi perutnya yang kram karena tawanya yang keras. Wade? Wajahnya merah seperti kepiting rebus.

"Jadi maksudmu--AHAHAHA!!"

"Puas sekali tawamu Parker," misi mereka sukses untuk mencari orang misterius itu, meskipun tidak bisa mereka tangkap. Tentu tidak bisa, karena mereka sama sekali tidak mengubah masa depan. Yang dilihat Wade dulu, pelaku spoiler itu adalah dirinya sendiri yang melakukan perjalanan waktu. Dua belas tahun ia hanya mendendam pada dirinya sendiri.

"Te-tetapi ini--Konyol Wade," Peter tidak bisa berhenti tertawa. Di dalam hati Wade, ia sedikit bersyukur. Meski memalukan, Wade bisa membuat Peter tertawa seperti itu, terlebih mengetahui jika rasa suka pada Peter bukan hanya karena pertemuan beberapa bulan dengan Peter, namun karena ia memang menyukai Peter jauh sebelum itu. Ia menghela napas.

"Sudah cukup tawanya, ayo kita lanjutkan misi kita!"

.
.

Suara alunan musik yang keras diikuti dengan lampu kerlap kerlip yang memusingkan menjadi latar dimana mereka berada sekarang. Bar, tempat dimana seharusnya mereka yang belum beranjak 18 tahun tidak diperkenankan untuk masuk. Namun, Wade memiliki caranya untuk mengecoh penjaga bar yang sebenarnya dikenal sangat tertib akan usia. Makanya, saat ini mereka sudah bisa masuk dan menikmati pemandangan dewasa disekitar mereka.

Wade sudah mulai menggoyangkan pelan tubuhnya mengikuti alunan musik, Peter sendiri masih ragu apakah mereka seharusnya berada disini atau tidak.

"Ayo babyboy, tidak setiap hari kita bisa kesini!" Ini adalah salah satu permintaan dari Wade. Mereka sudah menghabiskan sehari ini untuk mengabulkan setengah dari list permintaan Wade.

"Ini menggelikan," Peter menatap belakangnya, Flash bergumam dan menatap tidak suka kesekelilingnya, "kau menghubungi malam-malam dan malah mengajak ke tempat seperti ini Parker."

"Kalau kau tidak suka, pulang saja. Aku meminta Peter mengajak sahabatnya, bukan yang suka membullynya," Wade menatap tajam Flash dan dibalas tatapan tidak kalah tajam dari Flash.

"A-aku tidak bisa menyetir. Jadi kupikir lebih baik mengajak Flash juga," Ned tidak ingin sampai Wade dan Flash bertengkar didepan Peter.

"Sudahlah Wade, lagipula Flash sekarang temanku. Aku memang ingin mengajaknya tadi."

"Kau terlalu baik Sweetum. Ya sudah, ayo!" Wade menerjang keramaian orang-orang yang berdisko, dan menuju ke bartender yang ada di dekat sana, "aku ingin minuman yang paling keras!"

"Wade, kau gila?!"

"Kurasa sesekali tidak masalah mencoba," Flash menatap deretan minuman disana.

"Maaf mate, tapi aku juga penasaran," Ned tertawa canggung dan memesan minuman yang sama dengan yang langsung Wade teguk sebelum bisa dihentikan Peter.

"AH!" Wade membanting gelas saat ia berhasil meminumnya sekali teguk. Di mata Peter, Wade, Ned, dan Flash tampak menikmati minuman itu. Rasa penasaran tampaknya menggerogoti Peter.

"Kurasa... sedikit tidak masalah?" Ia juga memesan minuman yang sama yang langsung dibuatkan oleh bartender itu. Namun, bahkan sebelum Peter menyentuh gelas tersebut, Flash disampingnya segera merebut dan menghabiskannya dalam sekali teguk.

"HEI!"

"Kau--" suara parau Flash sudah menunjukkan kalau Flash mabuk saat itu, "--masih belum cukup umur. Jangan minum ini."

"Tetapi kau juga Flash."

"Tapi kau belum boleh mati dulu!" Flash tampaknya sudah tenggelam dalam rasa mabuknya, "sudah susah payah aku meminta maaf dan berteman denganmu setelah 9 tahun mengenalmu, kau belum boleh mati karena kanker bodoh itu."

Peter diam mendengar gumaman Flash yang langsung ambruk.

"Aku belum cukup meminta maaf padamu bodoh..."

Ia menatap Flash yang tidak lagi bergerak dengan mata menutup begitu juga dengan Ned disampingnya. Ia diam, menghela napas dan menatap Flash.

"Aku tidak pernah dendam padamu. Apa yang perlu kau minta maafkan?"

...

"HAI SEMUA!" Peter tersentak saat mendengar suara Wade yang berdengung di mic milik dj yang memutar lagu. Semua mata tertuju pada Wade yang sangat jelas sudah mabuk setelah menghabiskan 3 gelas minuman yang sama, "aku punya cerita untuk kalian! Namaku adalah Wade Wilson dan usiaku dan teman-temanku belum 18 tahun. AKU BERHASIL MENGECOH PENJAGA DISINI!"

Sorak sorai orang-orang dan tawa terdengar, karena mereka sepertinya cukup kesal dengan peraturan yang sangat ketat disini.

"Yah, sebenarnya sih aku hanya perlu menunggu hari sebelum usiaku 18 tahun. Tapi sepertinya aku bahkan tidak akan bisa merayakannya," Peter yang sebelumnya menghela napas tampak diam dan menatap Wade, "kalian tahu, kanker itu penyakit paling brengsek!"

"Ya, sangat brengsek!" Flash yang Peter kira tertidur tampak menyahut paling kencang. Semua orang terdiam mendengarkan perkataan Wade.

"Sama sekali tidak mengenal usia dan siapa yang terjangkit, ia akan menyerang siapapun yang ia mau. Contohnya? Lihatlah aku, aku terkena kanker sejak usiaku 5 tahun," keheningan semakin tercipta, "paru-paru, hati, otak, tulang, darah. Aku tidak pernah tahu bagaimana aku bisa bertahan dengan hampir semua organku dihinggapi oleh penyakit ini. Masa kecilku bukannya dipenuhi oleh teman dan kasih sayang orang tua, tapi malah penyakit ini!"

Wade menertawakan sesuatu yang hanya ia yang merasa lucu.

"Lihat, dan semua orang pasti memandangku kasihan seperti yang kalian lakukan sekarang. Padahal kalian tahu apa? Aku tidak butuh itu! Aku bisa bertahan 12 tahun dengan ini, apakah aku butuh belas kasihan? Tidak. Jadi simpan saja wajah kasihan kalian itu untuk orang yang lebih tepat!"

...

"Atau begini saja, supaya kalian bersenang-senang," Wade mengeluarkan sebuah kartu kredit atas nama ayahnya, "karena sebentar lagi aku akan mati. Aku akan memberikan hadiah terakhir untuk kalian. Minuman malam ini, semuanya aku akan bayar!"

Gila.

.
.

"Ayahmu akan sangat kaget melihat pengeluaranmu hari ini Wade."

Peter menggelengkan kepalanya, memapah Ned yang masih belum sadar. Sementara Wade dengan setengah niat memapah Flash yang juga tidak sadar total walau Wade sendiri sudah jalan sepoyongan karena mabuk.

"Ia sudah tahu~ kalau tidak mana ada orang-orang berpakaian FBI yang masuk ke bar tadi dan mengikuti kita sekarang di belakang?" Wade menunjuk belakang mereka dimana orang-orang yang diutus Tony benar mengikuti mereka. Peter juga menyadari sebenarnya, karena mereka orang yang buruk bersembunyi, "kurasa yang mengejutkan adalah ayah dan keluargamu membiarkanku menculikmu seharian hari ini Pete."

Benar, itu membingungkan.

"Kurasa satu-satunya alasan adalah karena mereka tahu kemungkinan ini adalah terakhir kalinya aku melakukannya."

...

"Karena mereka tahu waktuku tidak banyak lagi."

"Itu tidak be--"

"Peter," ini pertama kalinya Wade memanggil Peter dengan benar. Namun, Peter merasa itu seperti panggilan Wade padanya untuk sebuah perpisahan, "aku sudah melawan penyakit ini selama 12 tahun lamanya. Apakah aku masih terlihat egois jika aku menyerah?"

Peter berhenti untuk menyangkal omongan Wade.

"Selama ini aku tidak pernah mengeluh. Tetapi kau tahu, sebenarnya aku sudah sangat lelah," Wade tertawa pelan, dari itu saja sudah tampak bahwa Wade sangat lelah saat itu. Mungkin selama ini, namun ia tutupi, "bahkan mungkin, untuk bertahan hingga ulang tahunku nanti saja... entahlah. Tetapi aku senang karena kau mengajakku untuk memenuhi list permintaanku ini. Walau aku tahu ini tidak akan mungkin selesai."

Wade menatap Peter dan tersenyum sendu.

"Thanks Pete, kau mau melakukan ini hari ini. Dan melakukannya seolah ini bukanlah permintaan terakhir dari orang sekarat sepertiku."

...

'Tidak, aku tidak melakukan ini karena menganggap ini adalah permintaan terakhirnya,' Peter terdiam dan berhenti melangkah. Wajahnya sudah penuh dengan air mata yang sedaritadi ia tahan sekuat tenaga. Ia tahu Wade menahan sakitnya hari ini, itulah sebabnya ia juga menahannya. Seberapapun sakit yang ia rasakan, ia tahu Wade merasakannya berkali-kali lipat. Jadi, ia tidak akan mengeluh, 'aku melakukannya karena keegoisanku. Itu karena aku...'

"...mu."

"Pete?"

"Aku... menyukaimu," Wade berbalik dan menatap Peter yang kini menatap langsung kearahnya.

"Aku menyukaimu, Wade Wilson."

.
.

HAAAI UDA BERAPA LAMA BUKU BERDEBU?! MAAF YAAA AKU LAGI STUCK DI FANDOM INI MALAH KABUR KE FANDOM SEBELAH.

BTW yang time travel itu aku based dari komik ya. Walau banyak diubah² tapi intinya sama.

Monmap aku masih agak stuck tapi mungkin masih bisa aku lanjut agak cepet. 😁✌

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top