13; Lock of Love

Besok adalah kemoterapi hari pertamanya di sesi ketiga. Peter meminta Tony untuk tidak menemaninya sebelum kemoterapi karena ia merasa bersalah dengan Harley dan Morgan. Jadi, hari itu ia berada di rumah sakit sendirian dan sedang berjalan-jalan di lorong rumah sakit sambil menyapa beberapa perawat yang ia kenal saat ia menjalankan kemoterapi sesi pertama dan kedua.

PRAK

"Tidak. Sudah kukatakan percuma! Aku tidak ingin meminum obat-obatan ini lagi! Aku tidak bisa dad, aku bahkan tidak bisa dengan leluasa menggerakkan tubuhku. Semuanya terasa sakit," Peter tampak tersentak mendengar suara yang familiar di telinganya tampak meninggi tidak seperti yang sering didengar olehnya. Ia menoleh, pada ruangan yang ada disamping tempatnya berjalan. Peter mengintip dan menemukan Logan yang berdiri disamping ranjang dimana Wade tampak duduk. Pemuda itu menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Kau tidak akan mengerti, apapun yang kulakukan aku akan tetap mati karena penyakit sialan ini. Aku tidak sepertimu atau Laura, aku bisa mati dengan mudah, kau tahu karena apa? Karena aku lemah. Aku tidak kuat seperti kalian," Peter mengeratkan kepalan tangannya, tidak menyangka akan melihat sisi lain dari Wade atau lebih tepatnya apa yang sebenarnya dirasakan oleh Wade.

Melihat bagaimana Wade melempar semua nampan berisi obat-obatan itu, ia sadar Wade sama sepertinya. Ia bukan pahlawan super yang kuat dan juga berani seperti keluarga mereka. Ia hanya orang biasa, dan takut akan kematian. Mundur perlahan, Peter tampak berjalan dan melewati kamar Wade begitu saja.

.
.

Peter hanya menatap tangan Steve yang masih digenggamnya. Menghela napas, ia saat ini melihat Steve seperti manusia biasa pada umumnya yang sekarat. Bukan pahlawan super Kapten Amerika yang memiliki serum super seperti yang ia lihat belasan tahun menjadi anaknya.

"Aku akan mencukur rambutku. Kuharap teman-temanku akan membantu," Peter tersenyum dan menatap ayahnya tanpa ia sadari ia mengeratkan genggaman tangannya, "aku pasti akan terlihat sangat aneh. Kuharap kau masih mengenaliku saat kau bangun nanti pops."

Peter tersenyum, menghela mapas panjang.

"Kau tahu pops, aku tahu jika kau dan dad berpura-pura kembali bersama untukku, karena mungkin... aku tidak akan bisa hidup lebih lama lagi, dan kurasa Lee juga menyadarinya," Peter terus berbicara sendiri meskipun ia tahu jika Steve tidak mungkin bisa mendengarnya, "tetapi aku juga tahu jika kalian masih saling mencintai. Dad selalu melihat foto kalian, kurasa ia juga hampir setiap hari datang untuk melihatmu. Dad membutuhkanmu pops, begitu juga denganku, Lee, dan Morgan. Kalau sampai... kalau sampai kau tidak bangun saat aku..."

Peter menggigit bibirnya, ia tidak bisa mengatakan jika ia meninggal. Ia sendiri bahkan takut untuk membayangkan tidak bisa melihat Steve hingga ia tidak bisa lagi bertahan.

"Aku tahu kalian berdua sudah banyak mengorbankan segalanya untuk kami. Tetapi, kumohon," Peter berbisik dan mengatupkan kedua tangannya pada tangan Steve, "bangunlah pops..."

Peter hanya bisa menutup matanya, membiarkan beberapa isakan meluncur sambil ia masih menggenggam erat tangan Steve. Ia hanya berharap jika Steve bangun, dan semua akan baik-baik saja untuknya dan juga untuk ayah dan adik-adiknya. Setelah beberapa menit hanya suara alat-alat yang bekerja disekitar ayahnya, Peter tampak menghela napas.

"Maaf kalau aku baru bisa menjengukmu pops, banyak sekali cerita yang ingin kukatakan padamu saat kau bangun nanti. Tetapi, kurasa aku bisa menceritakannya sekarang dan berharap kau bisa mendengarkannya," Peter menghela napas dan tersenyum, mulai bercerita tentang apa yang terjadi selama Steve tidak sadarkan diri.

Mulai dari apa yang terjadi pada rambutnya, dan apa yang terjadi di sekolah, bagaimana hubungannya dengan Flash menjadi lebih baik bahkan mereka menjadi teman dekat dan sering berkumpul bersama di menara, lalu anak-anak di sekolah yang tetap bersikap biasa--sepertinya mendapatkan ceramah dari Flash dan MJ. Ia tetap bersekolah meskipun kesehatannya akhir-akhir ini tidak stabil. 

Terkadang ia akan merasa sangat pusing hingga bahkan tidak bisa berdiri sama sekali dan terkadang penyakit itu seolah tidak pernah ada dalam tubuhnya.

"Dan aku masih tetap bertukar pesan dengan Wade. Ia selalu mengirimkan semangat setiap aku merasa tidak sehat seperti ia tahu kalau aku sedang sakit," Peter tertawa, Wade memang selalu bisa menghiburnya meski hanya dengan sebuah pesan. Ia kembali terdiam, mengingat beberapa menit yang lalu ia mendengar bagaimana putus asanya Wade.

"Aku ingin membantunya seperti ia membantuku. Tetapi Wade selalu bersikap seolah ia baik-baik saja," Peter tersenyum miring, kembali menghela napas untuk kesekian kalinya, "apa yang harus kulakukan pops...?"

.
.

"Kak Peter."

Peter baru saja keluar dari ruangan dimana Steve dirawat saat ia mendengar seseorang memanggil namanya. Ia menoleh dan menemukan Laura disana dan mendekatinya. Peter tersenyum, ia juga mendekati Laura dan duduk di dekat sana.

"Kau bisa memanggilku Peter. Kau belum tidur Laura?" Laura hanya menggeleng dan tampak menggoyangkan kakinya pelan. Ia tidak mengatakan apapun, begitu juga dengan Peter yang canggung karena tidak ada pembicaraan lagi, "bagaimana keadaan... Wade?"

...

"Kau melihatnya tadi bukan?" Laura sempat melihat Peter yang tampak lewat dari kamar Wade. Peter tidak menjawab beberapa saat sebelum mengangguk pelan, "dokter Cho mengatakan kalau tidak ada yang bisa dilakukan lagi padanya. Kurang dari satu tahun, satu tahun paling lama ia bisa bertahan."

Peter mengusap lengannya, entah kenapa ia merasakan perasaan takut saat mendengar hal itu. Entah karena membayangkan jika ia akan seperti itu juga atau membayangkan apa yang Wade rasakan dibalik sifat konyolnya itu.

"Kakakku menyukaimu Peter," sekali lagi Peter dibuat kehilangan kata-kata karena perkataan dari Laura, dan ia hanya bisa menoleh dengan cepat kearah Laura, "ia benar-benar menyukaimu sejak pertama kalian bertemu."

Wade menyukainya?

"Tidak mungkin, ia hanya menganggapku sebagai teman. Ia bahkan suka sekali menjahiliku meski sering juga ia membantuku," Laura tampak menatap Peter dengan tatapan tidak percaya seolah Laura menganggap Peter bodoh untuk tidak menyadari perasaan Wade.

"Semua orang yang melihatnya bisa tahu jika ia menyukaimu. Kau bisa memastikannya dengan ayahmu atau saudara laki-lakimu," Laura masih menatap Peter seolah mencoba menangkap raut wajah yang mengatakan apa yang dikatakan Peter tadi hanyalah candaan. Tidak mungkin Peter tidak merasa Wade menyukainya dengan apa yang dilakukan oleh Wade, "kau bercanda mengatakan kau tidak menyadarinya bukan?"

...

"Ia benar-benar menyukaiku?"

Laura menggerutu dan menghela napas, ia menggeleng dan tampak menatap Peter yang benar-benar kaget dan juga bingung. Menurutnya, sebagai orang yang menjadi bahan bullyan, ia tidak pernah tahu jika ia cukup populer jika bukan karena ayahnya Tony Stark dan saudara laki-lakinya Harley.

"Sebaiknya kau cepat menyadarinya Peter, waktu kakakku tidak lama. Aku hanya tidak ingin jika ia bergentayangan seperti hantu bodoh karena cintanya tidak pernah terbalas," Laura memutar bola matanya. Peter tersenyum, ia tahu itu adalah cara Laura untuk mengatakan jika ia peduli pada kakaknya.

Tetapi, ia masih tidak yakin dengan perkataan Laura jika Wade menyukainya. Dan ia juga tidak tahu perasaan apa yang ia rasakan saat ini pada Wade. Wade memang baik meski sangat usil padanya. Ia kira, Wade memang memiliki sifat seperti itu dengan semua orang. Memberikan nama panggilan yang aneh dan sebagainya.

.
.

"Wade tidak datang?"

Keesokan harinya Peter akan memulai kemoterapinya. Tony, Harley, dan juga Morgan yang menemani bersama dengan Bucky juga Sam. Semuanya berjalan seperti biasa, Dr. Cho yang memasang infus juga menyiapkan obat kemo, dibantu dengan beberapa suster. Namun, saat ini Wade tidak ada.

"Ia tidak melakukan kemoterapi, keadaannya sedikit menurun dan harus melewati sesi hari ini," Cho tampak tidak begitu yakin ingin mengatakannya pada Peter atau tidak. Peter sendiri tampak hanya membulatkan matanya.

"Dad, apakah aku boleh menjenguknya setelah ini?"

"Jika kau tidak memaksakan diri," Tony sedikit tidak senang, begitu juga dengan Harley. Tentu mereka tahu Wade cukup membantu Peter saat melewati kemoterapi, tetapi mereka masih tidak mau melepaskan Peter bersama dengan Wade. Peter terlalu polos untuk Wade.

"Aku akan baik-baik saja dad..."

.
.

Ia tidak baik-baik saja.

Saat obat mulai menyebar dalam peredaran darahnya, sekelilingnya menjadi buram dan juga berputar. Rasa mual begitu saja menggerogotinya hingga baskom kecil yang ada di tangan Harley hampir penuh oleh muntahannya. Ia tidak bisa memakan apapun selama kemoterapi, padahal biasanya bahkan meski hanya sedikit, cracker milik Wade akan membantu. 

"Peter, kau tidak apa-apa?" Morgan tampak tidak terlihat takut. Ia mendekat dan beberapa kali mengusap keringat dingin yang membanjiri tubuh Peter. Peter tidak bisa menjawab, karena saat ia akan membuka mulutnya, rasa mual begitu saja menguasai hingga ia hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum lelah.

"Kalau kau bisa, lebih baik kau tidur Peter," Tony tampak cemas dengan keadaan Peter yang tampak hanya menyerengit. Tubuh Peter terasa sakit dan pegal, ia tidak akan mungkin bisa tidur dalam keadaan seperti ini. Entah kenapa kemoterapi hari ini terasa sangat lama.

Ia merebahkan kepalanya pada senderan kursi, tidak ingin bergerak karena hanya akan memperparah keadaannya. Pandangan matanya semakin buram karena semuanya berputar dan membuatnya mual. Ia menutup matanya, dan entah sejak kapan kesadarannya menipis dan begitu saja menghilang.

.
.

Saat ia membuka mata kembali, ia bisa melihat obat kemoterapi itu sudah diganti menjadi cairan biasa. Ia sedikit bersyukur karena itu artinya kemoterapinya sudah selesai. Ia menghela napas, mencoba menggerakkan kepalanya namun ia masih merasa mual karena pergerakan yang tiba-tiba itu.

Peter juga mendengar beberapa suara yang perlahan terdengar semakin kencang hingga ia menyadari itu adalah suara Tony juga beberapa orang disana. 

"Peter kau sudah bangun," Morgan tampak tersenyum dan mendekati Peter, memegang tangannya, "apakah kau baik-baik saja? Aku menghawatirkanmu..."

Peter tampak menatap adiknya sebelum menghela napas dan tersenyum. Ia mengusap kepala Morgan sebelum mengangguk, "aku sudah baik-baik saja."

Ia menyadari seseorang yang tampak membelakanginya. Berambut pirang pucat pendek dengan model rambut bob. Ia mengerutkan dahinya, tampak mencerna siapa yang ada disana sebelum matanya tampak membulat.

"Bibi Nat?"

"Hei Peter," Natasha berbalik dan tersenyum, mendekati Peter yang masih terkejut dengan penampilan baru Natasha. Sejak ia lahir hingga sekarang, Peter tidak pernah melihat Natasha memotong rambutnya sependek itu.

"Ada apa dengan wajahmu? Apakah aku seburuk itu dengan rambut ini?" Natasha tampak tertawa pelan. Ia tahu Peter akan terkejut, bahkan Harley juga Morgan terkejut melihatnya saat ia datang tadi bersama Clint, Pietro, Bucky, dan juga Sam serta Vision dan Wanda.

"Kenapa kau memotong rambutmu?"

"Ini bukan pertama kalinya ia memotong rambutnya Peter," Clint memutar bola matanya mengingat saat Loki menyerang New York. Saat pertama kali mereka menjadi satu tim.

"Pertama kali kami bertemu ia juga memiliki rambut yang pendek, hanya aku tidak menyangka Nat akan mengubah warna rambutnya," Tony mengangguk mengiyakan apa yang dikatakan oleh Clint, "kau masih sangat kecil saat itu. Mungkin kau tidak ingat."

"Dan aku punya sesuatu untukmu," Natasha tersenyum dan memberikan sebuah kotak kado pada Peter yang bingung. Ulang tahunnya bahkan masih lama, jadi untuk apa hadiah yang akan diberikan oleh Natasha. Namun, Peter tampak mengambilnya dan membukanya.

Natasha memberikan sebuah wig pada Peter.

"Aku dengar kau akan mencukur rambutmu. Jadi, kurasa aku bisa memberikan wig ini padamu," Peter hanya mengerutkan dahinya, ia memegang wig itu dan semakin dibuat bingung dan kaget.

"Bibi Nat, apakah kau membuat ini dari rambutmu?!" Peter menoleh dengan cepat kearah Natasha yang tampak menghela napas dan tersenyum. Ia tidak ingin Peter mengetahuinya, tetapi sepertinya Peter lebih peka daripada yang ia pikirkan.

"Hanya dengan menyentuhnya kau bisa mengetahuinya?" Clint mengerutkan dahinya dan tampak menatap Peter yang masih memegang wig itu. Natasha sendiri tampak sangat senang dengan kepekaan dari Peter. Ia ingat satu hal yang pernah terjadi saat Peter masih kecil.

.
.

"Ini menggelikan Steve, aku adalah seorang mantan assassin dan juga seorang agen SHIELD. Aku bukan babysitter," Natasha melihat Steve yang sedang menggendong Harley yang berusia 2 tahun dan Peter yang berusia 3 tahun. 

"Kau sering menjaga Peter saat ia kecil bersama dengan Clint. Hanya karena beberapa tahun ini kau sangat sibuk bukan berarti kau sudah tidak bisa menjaganya Nat," Steve tampak hanya tertawa dan menggelengkan kepalanya, "lagipula, Peter sangat menyukaimu saat kecil. Ia akan menangis kencang saat kau meninggalkannya. Dan kurasa Harley adalah orang yang cepat akrab dengan orang baru."

"Kau yakin dengan ini?"

"Aku dan Tony percaya padamu," Steve tersenyum dan memberikan Harley yang tampak tertidur pada Natasha dan Peter hanya menatap dengan tatapan malu kearah Natasha sambil bersembunyi dibelakang kaki Steve. Hari itu, Steve dan Tony harus menyelesaikan misi yang tidak bisa ditinggalkan. Pepper sedang sibuk hingga ia tidak bisa menjaga Peter dan Harley seperti biasa.

"Baiklah," Natasha mengambil dan menggendong Harley. Steve berjongkok dan tampak menatap Peter yang untuk kali pertama ditinggalkan oleh Steve dan juga Tony.

"Papa dan daddy akan kembali 3 hari lagi. Kau ingat pada bibimu Nat? Ia akan menemanimu selama kami pergi," Peter tampak terlihat terlihat sedikit ragu, namun pada akhirnya ia mengangguk dan hanya melihat kearah Steve dan Tony yang tampak memberikan ciuman di pipi padanya dan juga Harley sebelum pergi meninggalkannya dan juga Harley dan Natasha.

Mereka hanya berdiri didepan lift selama beberapa saat sebelum Natasha menatap kearah Peter yang hanya menunduk dan tidak mengatakan apapun, hanya memainkan ujung pakaiannya.

"Peter?"

"Y-ya?" Dari sikapnyapun Natasha bisa mengerti jika Peter gugup dan takut dengannya. Ia sedikit menyesal menerima tawaran Steve dan Tony. Mungkin Maria lebih baik daripadanya dalam hal mengurus anak.

"Ayo, kita letakkan adikmu di kamarnya. Kau lapar?" Peter akan menggeleng namun suara perutnya tampak menjadi jawaban dari Natasha yang menahan tawanya karena Peter yang mencoba menolak, juga wajahnya yang memerah karena malu.

"Ayo, apa yang kau suka Peter?"

"Uh... pancake."

.
.

Malam itu tampaknya badai yang cukup kencang melanda. Mereka tidak berada di menara Avengers saat itu namun di apartment Steve. Natasha merasa jika tempat itu terlalu luas untuknya dan juga Harley juga Peter untuk tinggal hingga meminta izin pada Steve untuk tinggal di apartmentnya.

Tentu Steve setuju. Lagipula, tempatnya lebih aman dan tersamarkan daripada berada di menara dan akan ada kemungkinan serangan dari musuh mereka.

Natasha tampak tertidur di kamar Steve dengan Harley yang tampak tertidur. Sepertinya benar kata Steve, Harley tampak begitu saja akrab dengannya meskipun mereka baru bertemu. Berbeda dengan Peter yang lebih terlihat pendiam dan pemalu, tidak begitu ingin berdekatan dengannya seolah ia takut dengannya.

Tony bilang Peter selalu seperti itu jika ia tidak mengenal seseorang.

Petir yang cukup besar membangunkannya bersama dengan suara isakan yang terdengar samar saat itu. Ia membuka mata dan mencoba untuk melihat sekeliling takut jika Harley akan terbangun malam itu. Ia melihat Harley yang masih tertidur, jadi yang tersisa adalah Peter.

Ia memperhatikan ruangan yang remang itu, dan melihat gumpalan selimut yang berada di pojok ruangan. 

"Peter?" gumpalan selimut itu tampak sedikit bergerak. Sepertinya Natasha benar, itu adalah Peter yang menyelimuti dirinya dengan selimut. Natasha bangkit perlahan tidak ingin membuatnya takut lagi, "ada apa?"

"Tidak... tidak apa Miss Natasha--"  Natasha sedikit menyerengit mendengar panggilan Peter padanya. Ia menghela napas, ingat saat Peter masih berusia kurang dari 1 tahun, dan ia juga Pepper menjaganya saat badai datang dan Peter terus menangis. Natasha mendekat, dengan pelan ia memeluk Peter bersama dengan selimut yang menyelimutinya.

"Kau takut petir? Kau sama sekali tidak berubah," Natasha tersenyum dan menggendong Peter, membawanya berbaring disamping Harley dan Natasha, "tidurlah, aku akan menutupi telingamu."

Peter tampak menatap Natasha sejenak, membiarkan tangan Natasha menutup telinganya saat ia tidur menghadap gadis itu. Suara petir itu sedikit berkurang, dan terganti dengan gumaman lullaby berbahasa Russia yang dinyanyikan oleh Natasha. 

Tangannya tampak menyentuh helai rambut Natasha yang terjatuh didekatnya.

"Rambutmu sangat bagus," Natasha menghentikan nyanyiannya dan hanya tersenyum mendengar itu. Peter sangat menyukai bermain dengan rambutnya saat kecil.

"Kau juga sangat suka memainkan rambutku dulu," Natasha tertawa pelan dan mengeratkan pelukannya pada Peter dan Harley. Peter hanya mengangguk-angguk, tampak masih memainkannya dengan jemari kecilnya. Ia bahkan melupakan suara-suara petir yang menjadi remang terdengar karena suara Natasha. Matanya perlahan berat, dan kepalanya terantuk-antuk. Natasha menyadari itu dan mengecup kepala Peter.

"Selamat tidur Peter..." 

"Selamat tidur... Aunt Tasha,"  Natasha terdiam, dan ia menatap Peter yang sudah tertidur dan mendengkur pelan. Semenjak saat itu, Peter selalu mengagumi rambutnya, itulah sebabnya ia tidak pernah lagi memotong rambutnya terlalu pendek.

.
.

"Kau memotong rambutmu untuk membuat ini?" Peter tampak terlihat sedih karena itu. Natasha tampak menghela napas dan menggeleng pelan. Ia tahu jika Peter tidak akan setuju dengan apa yang ia lakukan. 

"Kau tidak perlu merasa bersalah karena ini," Natasha duduk di tepi ranjang Peter dan mengusap kepalanya, "aku hanya ingin memberikan sesuatu yang berharga untuk keponakan favoritku. Lagipula, kau menyukai rambutku sejak dulu dan aku senang kau merasa seperti itu. Jadi, aku membuatnya untukmu."

...

"Kalau kau merasa bersalah, kau harus menggunakannya sesering mungkin. Itu akan membuatku merasa tidak sia-sia memberikan rambutku untukmu," Natasha meletakkan telunjuknya di ujung hidung Peter untuk menegaskan perkataannya, "bagaimana?"

Peter tampak terkejut beberapa saat, sebelum akhirnya ia menghela napas dan tersenyum.

"Baiklah Aunt Tasha..."

.
.

"Aku tidak akan melakukannya."

"Aku juga tidak akan melakukannya."

"Dan kau pikir aku akan melakukannya?"

Peter memegang alat untuk mencukur rambut di tangannya, dan hanya melihat ketiga temannya yang datang saat kemoterapi hari ketiganya dengan tatapan datar. Ia hanya meminta tolong pada mereka untuk membantunya mencukur habis rambutnya. Harley tidak bisa karena ia harus membantu Tony, dan tentu saja Morgan tidak akan mungkin bisa membantu karena ia masih kecil.

"Aku akan melakukannya sendiri," sepertinya mereka bertiga tidak akan mau membantu. Ia bergerak dan duduk di kursi roda yang ada di samping tempat tidur. Ia tidak begitu merasa mual namun tubuhnya sangat lemah saat ini hingga ia tidak bisa berjalan terlalu lama. Saat melihat Peter sudah pergi ke kamar mandi untuk berhadapan dengan cermin, ketiganya tampak segera menyusul.

"Kau yakin akan melakukannya Peter?" Ned tampak masih ragu melihat apa yang dilakukan oleh Peter. Peter sendiri membuka topi rajutan yang ia kenakan, menunjukkan rambutnya yang sudah sangat menipis seolah hanya dicukur dengan tidak rata. 

"Lebih parah dari yang terakhir kali kulihat," MJ tampak menyerengit melihat keadaan kepala Peter. 

"Makanya aku ingin mencukurnya," Peter menghela napas dan tampak menyalakan alat pencukur di tangannya. Ia sedikit kewalahan, tangannya sedikit gemetar karena lemah. Peter menghela napas dan akan mencukurnya saat alat itu diambil paksa oleh Flash.

"Kemarikan, aku yang akan mencukurnya," Peter sedikit kaget namun pada akhirnya hanya menghela napas dan tersenyum sambil mengangguk. Ia membiarkan Flash tampak mencukur habis rambutnya. Hanya butuh beberapa menit untuk memangkas habis rambutnya, dan keempatnya tampak menatap cermin.

"Tidak terlalu buruk bukan?"

"Jujur, kau terlihat aneh," Flash hanya bisa menatap dengan tatapan menyesal sudah mencukur rambut Peter. Peterpun sebenarnya setuju dengan apa yang dikatakan oleh Flash. Ia menghela napas dan tampak mengenakan topi yang tadi ia gunakan lagi.

"Mau bagaimana lagi? Lagipula nanti akan tertutup dengan rambut palsu dari Bibi Nat, jadi tidak akan terlihat," ia berbalik dan keluar dari kamar mandi akan pergi dari kamar, "aku ingin bertemu dengan Wade, kalian mau ikut?"

"Wade?" Flash baru mendengar nama itu.

"Kekasih Peter," Ned berbisik pada Flash dan Peter mendengarnya membuat wajahnya memerah.

"Dia hanya temanku selama disini Ned," MJ tampak hanya mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan oleh Ned. Meskipun mereka tidak pernah bertemu dengan Wade, tentu saja MJ dan Ned selalu melihat bagaimana Peter dan Wade bertukar pesan.

"Aku ikut, aku ingin melihat orang seperti apa yang disukai oleh Peter," MJ tampak tidak begitu memperdulikan apa yang dikatakan oleh Peter. Ned dan Flash memutuskan untuk ikut juga, dan membiarkan MJ membantu mendorong kursi roda milik Peter.

.
.

Beberapa kali suara batuk yang tak berhenti itu terdengar dari kamar yang ada di dekat mereka. Peter mendengar hari ini Wade sendirian, Laura tidak bisa menemani dan Logan sedang menjalankan misi. Dari jendela pintu kamar itu, ia bisa melihat Wade yang bahkan kesulitan untuk bangun. 

ia tahu keadaan pemuda itu buruk, tetapi ia tidak pernah membayangkan jika Wade akan tampak selemah itu. Ia hanya bisa menggigit bibir bawahnya, dalam keadaan seperti ini ia tidak mungkin mengajak Ned, Flash, dan juga MJ untuk menemui Wade. Ia baru saja akan berbalik, saat Ned menepuk pundak Peter dan membuatnya sedikit tersentak.

"Kurasa kami akan menemuinya lain kali," Ned berbisik. Bahkan dari sisi Ned dan juga yang lain, mereka masih belum melihat isi dalam ruangan Wade. Namun, apa yang terpancar dari raut wajah Peter sudah cukup untuk mereka mengerti jika mereka tidak harus berada di dalam sana.

"Aku lupa harus mencontek PR dari Ned."

"Sudah kukatakan untuk mengerjakannya sendiri," MJ menatap Flash yang mencari alasan, "Ned, kau masih belum berani melawan Flash? Atau Flash masih mengancammu?"

"Tidak MJ, lagipula ia hanya mencari caranya saja dan mencoba untuk menemukan jawabannya sendiri. Makanya akan sedikit lebih lama," Ned mengibaskan tangannya dan Flash hanya memutar bola matanya.

"Kalau tidak diselesaikan malam ini, tidak akan sempat. Kau tahu sendiri Mr. Harrison sama sekali tidak pandang bulu dengan siapa yang tidak mengerjakan tugas rumahnya," Flash tampak menarik kerah belakang Ned, "ayo."

"F-Flash aku bisa jalan sendiri!"

"Kau lama, Jones kau mau kutarik juga?" Flash menoleh pada MJ yang hanya menatap tajam pada Flash.

"Lakukan saja kalau kau berani."

Tentu saja Flash tidak akan berani melakukannya. Tidak ada yang berani mencari gara-gara dengan MJ. Sungguh.

"Aku akan mengantar--"

"Tidak perlu, kau akan susah kembali lagi nanti. Tidurlah dan beristirahat, atau temani saja kekasihmu itu," MJ menahan Peter yang baru saja akan menggerakkan kursi rodanya.

"MJ, sudah kukatakan--"

"Ya-ya! Sampaikan salamku padanya," MJ mengibaskan tangannya dan berbalik berjalan mengikuti Flash dan juga Ned didepannya. 

"Peter?" Suara itu kembali membuatnya tersentak. Ia berbalik dan melihat Wade yang sudah membuka pintu dan menatapnya dengan tatapan terkejut, "kukira aku mendengar keramaian disini tadi?"

"U-uh, teman-temanku tadi datang menjenguk tetapi mereka sudah pulang."

"Oh, Ned dan MJ? Aw, padahal aku ingin bertemu dengan teman-temanmu yang sering kau ceritakan itu," Wade tampak kecewa. 

"Ada Flash juga."

"Tunggu, maksudmu Eugine? Apakah ia ingin mengganggumu lagi?" Peter hanya tertawa dan menggeleng pelan. 

"Bukankah sudah kukatakan kalau--" Peter terdiam saat Wade tampak terbatuk lagi. Ia baru ingat bagaimana Wade tampak tersiksa dengan batuk yang tidak henti itu. Ia juga melihat bagaimana Wade berusaha menahan beban tubuhnya dengan berpegangan pada pintu kamarnya, dengan napas yang sedikit terdengar sesak.

"Boleh aku masuk ke kamarmu? Aku sedikit lelah," Peter tampak tersenyum, ia tahu jika ia menanyakan keadaan Wade, pemuda itu akan menjawab jika ia baik-baik saja. Wade mendengar itu tentu tersenyum dan mengangguk.

"Mau kubantu?" Wade akan bergerak untuk mendorong kursi roda Peter, namun Peter segera menggeleng dan menolak.

"Aku bisa melakukannya sendiri."

.
.

"Ini pertama kalinya kau datang ke kamarku," Wade tidak langsung berbaring dan malah memberskan kamarnya yang tampak sangat berantakan dengan makanan, komik, juga DVD dan kaset game, "seharusnya aku menuruti pak tua itu untuk membereskannya hari ini."

"Wade."

"Kau ingin minum sesuatu? Ah, aku membeli DVD game Star Wars yang baru, aku tahu kau belum pernah memainkannya."

"Wade," Peter menghela napas dan menahan tangan Wade, "aku tidak butuh apapun. Duduklah."

Wade menatap Peter sebelum menghela napas dan tampak berbalik berbaring di ranjangnya. Peter mengikuti, ia tampak segera mengambil masker oksigen dari Wade dan memasangnya tanpa izin. Wade sendiri hanya bisa menatapnya dengan tatapan kaget, dan Peter kembali duduk di kursi roda yang diletakkan disamping ranjang Wade. 

"Hei Pet--"

"Batukmu," Peter memotong perkataan dari Wade membuat Wade terdiam dan menatap bingung, "batukmu terdengar menyakitkan. Kau tidak apa-apa?"

"Ah," Wade terlihat sedikit kaget karena pertanyaan tiba-tiba dari Peter, "aku hanya sedikit tersedak tadi. Tentu saja aku baik-baik saja, kau menghawatirkanku sweetum?"

"Bagaimana tidak," Peter hanya bisa menatapnya dengan dahi berkerut. Wade yang tidak menyangka dengan jawaban Peter tampak kembali terdiam. Hanya suara hembusan napas kasar yang terdengar, Wade tampak menyender pada kepala ranjang sambil menutup matanya sesekali.

Ekspresi Peter saat itu membuatnya terdiam, kehabisan kata-kata untuk diucapkan.

"Apa itu?"

"Hm?" Wade menoleh pada benda yang ditunjuk oleh Peter. Sebuah notes kecil dengan beberapa baris tulisan dan tanda centang ataupun silang. Wade mengambil notes yang ada disamping bantalnya, "oh, hanya catatan iseng saja. Lagipula ini tidak penting."

"Memang catatan apa?"

"Daftar hal-hal yang ingin kulakukan sebelum mati," jawabnya sambil membolak balik lembaran itu dan membacanya ulang. Berbicara seolah itu adalah hal yang lumrah dan biasa dilakukan, "aku tidak menyangka akan sebanyak ini. Yah, tetapi aku menghabiskan lebih dari separuh usiaku selama ini di rumah sakit. Apa yang bisa diharapkan. Aku juga tidak berharap akan melakukannya..."

"Ayo lakukan," Wade tampak berhenti membolak balikkan halaman buku itu dan menatap Peter, "aku akan membantumu. Ayo lakukan apapun yang ada dalam daftarmu itu."

To be Continue
Hayo, baru habis ini kita plupi plupi Spideypoolnya :D

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top