12; Forgive Me
"Tidak," ia bukanlah seseorang yang mementingkan penampilan. Maksudnya, bagi seseorang yang bahkan bisa membeli seluruh pakaian bermerk, Peter lebih memilih jaket denim milik mendiang suami May juga celana lama milik Steve yang menurutnya nyaman dipakai. Tetapi, rambut adalah hal yang berbeda. Ia merasa masih sehat saat melihat rambutnya tidak rontok seperti yang ia takutkan saat bangun dari kemoterapi, "tidak..."
Setiap ia menyentuh kepalanya, helaian rambut itu semakin jatuh dan mengotori genangan air dibawah kakinya.
"Peter, tanda vitalmu tidak normal. Aku harus menghubungi Mr. Stark."
"T-tidak Fri," pikiran Tony sudah cukup kacau dengan keadaannya dan juga Steve. Ia tidak ingin merengek hanya karena masalah ini. Tidak ingin membuat rambutnya semakin banyak berjatuhan, setelah memastikan tidak ada shampo yang tertinggal di kepalanya, ia menutupi kepalanya dengan handuk.
Ia memilih pakaian untuk ia gunakan ke sekolah sebelum ia berjalan kearah kamar Steve dan Tony diam-diam. Ia ingat ayahnya pernah menyimpan beberapa koleksi topi disana. Beruntung Tony berada di ruang depan saat itu, ia berhasil membawa beberapa topi dari sana.
Saat ia kembali ke ruang tengah dimana Harley sudah menunggu juga Tony, ia hanya menundukkan kepalanya saja.
"Sudah siap?"
"Ya," Harley sedikit heran karena Peter tampak mendadak lebih tidak bersemangat. Tony juga merasakan hal itu terlebih melihat topi Steve yang dikenakan oleh Peter, namun memutuskan untuk tidak bertanya lebih jauh.
"Baiklah, hati-hati di sekolah," Tony mengacak rambut Harley, dan akan melakukannya pada Peter namun secara refleks Peter tampak menghindar. Tony tampak mengerutkan dahinya begitu juga dengan Harley.
"A-aku berangkat dad..."
.
.
Bukan hanya Harley dan Tony yang menyadari perubahan dari Peter. Yang lain juga, Bucky, Natasha, Sam, Pepper, Rhodey, Happy, Pietro, Clint, Ned, dan juga MJ. Pietro beberapa kali berusaha untuk mengambil topi yang selalu saja dipakai oleh Peter namun dihentikan oleh Natasha ataupun Clint.
Mereka hanya mengira Peter merindukan Steve hingga selalu memakai topi milik Steve.
Memang Peter merindukan Steve, sungguh. Lebih dari yang mereka bayangkan. Tetapi, tentu saja alasan utamanya adalah bagaimana meskipun Peter berusaha untuk tidak menarik rambutnya, helaian itu satu demi satu berjatuhan.
"Peter, apakah kau tidak panas memakai topi itu saat tidur?" Bahkan saat tidur ia mengenakannya, membuat Morgan aneh dan Harley semakin curiga.
"Ini milik pops, aku hanya... uh, merindukannya," Peter merasa bersalah tidak mengatakan kebenarannya sepenuhnya. Morgan percaya sepenuhnya, namun Harley tidak. Dan Peter tahu itu hingga ia berusaha untuk menghindar dari Harley.
Saat ia sendiri, ia selalu duduk di kursi dan memandangi bayangannya yang terpantul di cermin. Wajahnya tampak sangat kurus juga pucat, kantung mata yang tebal--yang akan bisa ditutupi oleh make up yang diberikan Wanda ataupun Natasha bahkan Pepper. Lalu ia melihat rambutnya yang tampak semakin menipis.
Ia bisa melihat celah diantara rambutnya yang membentuk pitak, juga rambutnya yang menjadi sangat kering.
"Peter," suara itu membuatnya terhenyak. Ia baru saja akan mengambil topi rajutan yang ada diatas meja di depannya saat pintu kamarnya begitu saja terbuka. Seharusnya pintu itu terkunci dengan kode yang bahkan susah untuk Harley membukanya. Ia menemukan Natasha yang masih memegang gagang pintu kamarnya.
"B-bibi Nat--" Natasha tampak membeku beberapa saat melihat penampilan dari Peter sebelum ia segera masuk dan menutup kembali pintu kamar itu. Ia berjalan mendekati Peter yang tampak menunduk dan tidak berani menatap Natasha.
"Aku khawatir karena kau tidak keluar untuk kurias. Maaf, aku membuatmu tidak nyaman..." Peter tidak bisa berbohong jika ia tidak merasa tidak nyaman. Ia hanya bisa mengangguk, mengerti Natasha sama sekali tidak bermaksud untuk sengaja melihat keadaannya yang sekarang. Peter masih tidak berbicara dan hanya mengangguk, Natasha menatap Peter sejenak sebelum ia mengambil topi rajutan itu dan memakaikannya perlahan sebelum mengecup dahi Peter dengan lembut.
"Jika kau belum siap, aku tidak akan mengatakannya pada siapapun termasuk ayahmu..."
Peter terdiam, namun ia memeluk erat Natasha dan membenamkan wajahnya di tubuh Natasha.
.
.
"Apakah perhatian semua orang semenjak kau memberitahu jika kau anak dari Stark Rogers tidak cukup untukmu?"
Flash masih mengganggunya, terutama saat beberapa anak menyadari jika topi yang selalu dikenakan oleh Peter adalah milik ayahnya--sang Kapten Amerika. Ada sedikit perasaan lega karena seseorang masih memperlakukannya seperti Peter Parker selain Ned dan MJ, namun ia terkadang tidak sedang dalam keadaan yang fit untuk meladeni omongan Flash.
"Kau itu tidak istimewa hanya lebih dari sekedar anak manja yang mencari perhatian Parker," Peter memutuskan untuk tidak begitu memperhatikan Flash. Kepalanya sudah sangat pusing hari ini, ia tidak ingin lagi menambahkan masalah dengan meladeni Flash.
"Ned, aku ingin ke kelas duluan. Kepalaku sakit," Peter hanya bisa berbisik dan menghela napas menatap sahabatnya itu. Ned hanya bisa mengangguk dan menatapnya cemas.
"Tentu, setelah makan siang aku akan menyusul," Ned tersenyum, Peter tidak bisa mengucapkannya, namun ia sangat bersyukur Ned dan MJ memperlakukannya sama seperti sebelum ia sakit.
"Hei, kau dengar aku!" Flash tampaknya tidak senang saat Ned dan Peter berbalik dan akan meninggalkannya tanpa menghiraukan apa yang ia katakan. Flash menarik kerah pakaian Peter, namun tangannya tampak menarik juga topi rajutan hitam yang dipakai oleh Peter. Tubuhnya jatuh terduduk ke belakang, dan topi itu masih dipegang oleh Flash.
"PETER!" Ned membulatkan matanya, sementara Peter tampak masih terkejut. Semua orang memandanginya seolah ia adalah seorang alien. Rambutnya yang menipis dan juga kering dengan pitak pada bagian yang tercabut dan jatuh, bahkan Flash sendiri hanya bisa diam dan memandangi Peter tidak sama sekali menduga apa yang akan ia lihat saat ini. Ia bisa mendengar suara Harley mencoba menyingkirkan kerumunan orang-orang.
Dan dengan segera Peter berdiri dengan langkah goyah, menutupi kepalanya dengan hoodie yang ia kenakan sebelum ia berbalik dan pergi meninggalkan orang-orang yang memotretnya.
.
.
"Peter, kenapa kau--"
Tony terkejut bukan main saat Peter kembali tiba-tiba sebelum jam pulang. Yang lebih mengherankan tentu saja bagaimana Peter begitu saja melewati Tony dan menuju kamarnya yang segera dikuncinya bahkan sebelum ia menyapa Morgan yang sama bingungnya dengan Tony.
"Daddy, ada apa dengan Peter?"
"Aku tidak tahu sayang, tetapi kurasa kita biarkan dulu kakakmu sendirian oke?" Tony bergumam dan mengecup puncak kepala Morgan yang mengangguk mengerti.
.
.
"Rambutnya," Harley menyusul Peter pulang dan menceritakan apa yang terjadi pada Peter. Tony hanya perlu mendengar satu kata itu untuk tahu apa permasalahannya. Efek kemoterapi mulai semakin terlihat. Rambut Peter akan semakin rontok karena sel-sel di tubuhnya terbakar habis oleh obat-obatan itu termasuk rambut. Dan itu menjawab semua hal yang terjadi akhir-akhir ini, saat Peter selalu memakai topi bahkan saat tidur sekalipun, "kurasa berita yang terjadi di sekolah akan tersebar dengan cepat. Maaf dad, seharusnya aku menyadarinya lebih cepat."
"Ini bukan salahmu," Tony tampak menghela napas dan berbalik menatap kearah kamar Peter, "Fri, overload ruangan Peter. Biarkan aku masuk."
Tidak pernah ia melakukan itu pada anak-anaknya meski Friday bisa merentas sistem yang dibuat oleh Peter maupun Harley. Tetapi Peter tidak akan bisa melalui hal ini sendirian. Tony berjalan masuk, ia melihat Peter yang masih mengenakan hoodienya tampak berbaring tengkurap dan tidak bergerak sedikitpun.
"Peter," Tony duduk di tepi ranjang dan saat Tony menyentuh pundaknya, Peter sedikit tersentak, "kau tidak apa?"
Peter menggeleng. Untuk pertama kalinya Tony merasa menjadi orang yang paling bodoh. Tentu saja Peter tidak baik-baik saja. Ini semua tidak baik-baik saja baik untuk Tony, semua yang mengenal Peter, terlebih Peter sendiri.
"Maaf aku tidak bisa melakukan apapun untukmu," Tony tersenyum sedih, Peter yang mendengar hal itu segera bergerak dan duduk tegak. Ia menatap Tony yang cukup kaget dengan pergerakan itu.
"Kau sudah melakukan semua yang bisa kau lakukan dad," Peter memegang kedua lengan Tony, "kau tidak perlu memaksakan dirimu lagi. I-ini semua salahku, kalau saja aku tidak sakit dan lemah seperti ini--"
"Peter," Tony menghentikan perkataan anaknya itu dan menatapnya dengan tatapan serius, "jangan sekalipun mengatakan jika ini semua salahmu. Kau tidak mengharapkan penyakit ini. Kau tidak lemah, kau adalah orang yang paling kuat yang pernah kutemui Peter. Dan kau tahu aku tinggal bersama dengan orang-orang menyebalkan yang menyebut diri kami sebagai pahlawan super."
"Kau terlalu berlebihan dad," Peter tertawa pelan dan mengusap matanya dengan lengan pakaiannya. Ia mendekap tubuh ayahnya dan mencari kenyamanan dalam pelukan Tony. Mereka tidak berbicara sama sekali selama beberapa saat lamanya dan tetap pada posisi itu.
"Aku terlihat seperti Alien..."
...
"Benarkah? Aku tidak merasa kau berbeda. Rambutmu akan tumbuh lagi setelah kau sembuh. Jika kau merasa tidak nyaman, aku akan membelikanmu wig yang paling mahal dan terbaik yang ada di dunia," Tony memegang kedua pipi Peter dan menatapnya lekat, "aku bukan seseorang yang bisa memberikan semangat pada orang lain seperti ayahmu. Tetapi kuharap itu cukup untuk menambah rasa percaya dirimu."
"Sungguh, kau terlalu merendahkan dirimu dad. Tidak seperti Tony Stark yang dikenal banyak orang."
"Aku hanya menunjukkan sisi seperti ini pada anak-anakku," Tony tersenyum dan mengusap pipi Peter sebelum mengecup dahinya, "Harley dan Morgan menghawatirkanmu. Sebaiknya kau berbicara pada mereka."
.
.
Entah sejak kapan Peter terbangun, namun ia merasakan seseorang duduk di tepi ranjangnya. Ia melihat Tony yang sedang memandangi sebuah foto yang memang diletakkan oleh Peter disamping tempat tidurnya. Fotonya, dengan kedua orang tuanya, dan juga kedua saudaranya. Lengkap, sebelum semua ini terjadi. Sebelum ia mendapatkan penyakit ini, sebelum kedua orang tuanya bercerai.
"Dad?"
"Hei," Tony tampak tersenyum dan meletakkan kembali foto yang ada di tangannya, "apakah aku membangunkanmu?"
"Hanya sedikit pusing dan haus..."
"Ini sudah dua hari," dua hari sejak kejadian dimana orang-orang di sekolah melihat rambutnya rontok untuk pertama kalinya dan seminggu semenjak pertama kali rambutnya rontok. Sejak kejadian di sekolah, ia tidak masuk. Bukan karena takut dengan tatapan semua orang di sekolah, namun juga karena kesehatannya kembali menurun.
Kepalanya sakit dan tenggorokannya terlalu sakit bahkan untuk memakan cornflakes yang biasa bisa ia makan bahkan saat tenggorokannya sakit. Tony, Harley, dan Morgan tidur bersama di kamar Peter namun berada di ranjang yang berbeda.
"Apakah kau yakin tidak apa-apa Peter? Mau kupanggilkan Cho atau Strange?"
"Mereka sibuk, akan sedikit membaik dengan obat saja dad," ia sedikit berbisik dan tampak memegang tangan Tony yang memegang pipinya. Dosis obat yang diberikan oleh Cho tampak tidak begitu lagi bisa menghilangkan sepenuhnya rasa sakit Peter. Tetapi Cho berkata dosis itu sudah cukup tinggi dan sedikit berbahaya jika dinaikkan lagi.
Tony hanya mengangguk dan tampak menghela napas. Kembali mengusap kepala Peter yang terbalut oleh topi rajutan berwarna abu-abu. Peter tidak melepaskannya takut rambut itu akan semakin berjatuhan.
"Apakah kau merindukannya dad? Pops..."
...
"Tentu," Tony bersandiwara dengan Steve tentang rujuknya mereka. Namun, kali ini ia tidak berbohong. Selama hampir satu bulan lamanya Steve dalam keadaan koma, dan tidak ada banyak perubahan yang terjadi bahkan beberapa kali keadaannya menurun meski Tony tidak mengatakannya pada anak-anaknya.
Tony bahkan menyempatkan diri untuk menemui Steve meski dua hari ini, karena kondisi Peter yang memburuk membuat Tony tidak melihat keadaan Steve secara langsung.
Peter menatap kearah Tony dan tersenyum, menyenderkan tubuhnya pada ayahnya itu. Ia baru saja akan memejamkan matanya saat suara ribut-ribut terdengar diluar kamar Peter. Tony dan Peter saling bertatapan, sebelum Peter berdiri akan keluar dibantu oleh Tony.
.
.
"KAU TIDAK BOLEH MENEMUINYA!"
Tony dan Peter baru saja keluar dari kamar Peter beberapa jam setelah itu ketika teriakan dari Harley tampak terdengar menggema. Morgan tampak melihat kearah Peter dan juga Tony sebelum ia berlari dan memeluk kaki Peter. Peter baru saja akan menanyakan ada apa pada Morgan saat ia melihat siapa yang ada dihadapan Harley.
Ned, MJ, dan--Flash.
"Fri, kenapa kau membiarkan dia masuk?"
"Miss Jones memintaku untuk membiarkan Mr. Thompson ikut bersama dengan mereka."
"Apakah kau tidak puas dengan apa yang kau lakukan pada Peter?!" Harley menatap tajam Flash yang tampak hanya diam, "aku bukan tidak tahu apa yang sudah kau lakukan selama 3 tahun ini. Satu-satunya alasan untukku tidak menghajarmu balik adalah karena Peter tidak memperbolehkanku. Tetapi apa yang kau lakukan hari ini, aku bahkan tidak akan tinggal diam meski Peter menghentikanku."
"Lee, Flash kemari untuk meminta maaf pada Peter," Ned mencoba untuk menghentikan Harley yang akan menghajar Flash. Sementara MJ sepertinya tidak ingin banyak ikut campur. Karena bekas pukulan di wajah Flash, itu adalah maha karya yang dilakukan MJ sebagai syarat Flash bisa ikut dengan mereka menemui Peter.
"Kau mau aku percaya dengan apa yang kau katakan?"
"Lee," Harley menoleh kearah dimana Peter dan Tony berdiri. Peter menggelengkan kepalanya, dan menatap Flash yang memalingkan wajahnya. Wajah Flash benar-benar babak belur, dan ia tahu itu adalah ulah MJ yang sering sekali berlatih bersama dengan Natasha, "aku ingin berbicara berdua dengan Flash..."
"Peter, aku tidak mungkin--"
"Lee, kumohon..." Peter tampak tersenyum menatap kearah Harley. Harley terdiam sejenak, sebelum menghela napas. Peter menoleh pada Tony yang menatap tajam pada Flash sebelum menoleh padanya.
"Kau yakin?"
"Ya, lagipula Ned bilang Flash datang untuk meminta maaf padaku," Peter melepaskan diri dari Tony, berjalan sambil memegang dinding menuju ke kamarnya. Flash tampak tidak tahu apa yang harus dilakukan, namun semua orang menatapnya bahkan Morgan. Ia langsung berjalan mengikuti Peter begitu saja.
.
.
Bahkan hanya beberapa langkah saja dari tempatnya dan Tony berdiri, Peter sudah sangat lelah saat berada di kamar. Ia memegang kursi roda yang memang disiapkan oleh Tony di kamarnya dan duduk disana.
"Pa--Stark, aku--"
"Sebelum hari itu, dan sesudah semua orang tahu aku adalah anak dari seorang Steve Rogers dan Tony Stark, aku benar-benar berterima kasih padamu yang tetap membullyku di sekolah Flash," Peter tertawa pelan dan menghela napas, "hanya kau satu-satunya orang yang benar-benar bersikap biasa selain Ned dan MJ saat mengetahui siapa orang tuaku."
...
"Aku tidak ingin orang-orang melihatku dan berteman denganku karena aku adalah Rogers Stark. Itulah sebabnya aku lebih memilih untukmu menggangguku meski setelah kau tahu jika aku adalah Rogers Stark, dan kau tetap memanggilku Penis Parker ketimbang Rogers Stark," Peter tertawa meski hanya sebentar sebelum terbatuk.
"Tetapi kurasa kau juga akan tetap melihatku dengan tatapan iba dan kasihan setelah kau melihat bagaimana lemahnya aku karena ini bukan? Itulah sebabnya kau memutuskan untuk meminta maaf padaku," ia tersenyum miring, Flash menatap Peter yang bahkan tidak bisa berbicara keras juga bergerak terlalu banyak.
"Aku meminta maaf karena apa yang kulakukan adalah salah. Terlebih apa yang kulakukan padamu terakhir kalinya. Bukan karena keadaanmu, ataupun karena siapa kedua orang tuamu," Flash memalingkan wajahnya dan menggaruk dagunya, "aku dimarahi habis-habisan oleh ayah dan ibuku setelah apa yang kulakukan padamu sampai di telinga mereka. Mobilku disita ayahku, dan ibuku terus menceramahiku seharian penuh."
Flash hanya tertawa datar karena itu.
"Dan sebenarnya, bahkan sebelum kau mengatakan siapa kedua orang tuamu, aku sudah ingin meminta maaf setiap saat aku mengejekmu. Tetapi aku selalu merasa iri karena kau selalu melakukan semuanya lebih baik dariku. Kurasa aku hanya dikalahkan oleh egoku," Flash tampak bergumam dan menatap Peter, "aku tidak bisa berbohong, satu hal yang mentriggerku untuk meminta maaf padamu adalah... keadaanmu."
Peter sedikit tidak nyaman saat Flash mengatakan hal itu.
"Bukan karena aku merasa kasihan, tetapi aku hanya tidak ingin terlambat untuk meminta maaf jika saja kau... jika saja kau tidak," Flash tampak kesulitan untuk mengatakan hal itu, "yang pasti, aku tidak pernah merasa kasihan padamu. Aku bahkan merasa terkadang kau yang mengasihaniku jika aku memikirkan selama ini kau membiarkanku membullymu dan menghentikan adikmu untuk menghajarku jika kau bahkan bisa membunuhku tanpa harus tertangkap oleh polisi."
Peter tampak terdiam mendengar hal itu dan Flash menggaruk leher belakangnya dengan canggung.
"Yang pasti, mungkin kau tidak akan percaya begitu saja saat ini. Tetapi, hari ini aku benar-benar datang kemari dengan kemauanku sendiri untuk meminta maaf padamu. Dan kuharap hubungan kita akan lebih baik setelah ini," Peter tampak menggigit bibir bawahnya, Flash hanya memandangi Peter sebelum menghela napas dan berbalik.
"Aku tahu kau tidak akan memaafkanku dan mempercayaiku begitu saja. Setidaknya aku sudah meminta maaf padamu dan--" Flash baru saja akan keluar dari kamar saat Peter menggerakkan kursi rodanya dan mengulurkan tangannya pada Flash.
"Jadi, kita berteman setelah ini?"
...
"Kau terlalu naif Sta--Parker," Flash tampak tertawa pelan dan mengulurkan tangannya membalas jabatan tangannya, "kuharap keadaanmu membaik Parker. Karena aku tidak akan banyak mengubah sikapku padamu."
"Benarkah? Aku benar-benar berterima kasih padamu kalau kau melakukan itu. Tetapi, jangan memanggilku Penis Parker lagi kalau kau masih ingin selamat dari Lee," wajah Peter sedikit memucat karena membayangkan bagaimana jika setelah Flash meminta maaf ia masih memanggil Peter dengan Penis Parker.
"Baiklah," Flash tampak mengangkat bahunya dan berjalan ke belakang kursi roda Peter, membantu Peter untuk menggerakkan kursi roda itu keluar dari kamarnya. Sebut saja keadaan masih sangat canggung saat Flash dan Peter tampak terlihat akrab. Harley masih curiga pada Flash begitu juga dengan Tony dan juga MJ. Ned tampaknya terlalu senang karena Peter tampak senang.
Sore itu hingga malam, Flash, Ned, MJ, Peter, Harley, dan Morgan tampak menghabiskannya dengan bermain bersama-sama dan menonton beberapa film. Ned dan MJ juga bercerita sedikit bagaimana MJ mengancam semua orang yang melihat Peter saat itu untuk menghapus semua foto yang diambil mereka dan tidak menceritakannya pada siapapun sebelum Peter siap untuk memberitahukannya pada semua orang.
Sepertinya Flash juga membantu dalam hal itu, karena entah bagaimana semua foto yang diambil oleh anak-anak yang berada di sekolah saat itu terhapus begitu saja bersamaan dengan beberapa handphone yang mendadak menghilang secara misterius.
.
.
"Baiklah, kami pulang dulu! Terima kasih untuk makan malamnya Mr. Barnes, Mr. Stark," Ned, MJ, dan juga Flash tampak sudah masuk ke lift dan akan turun kebawah untuk pulang setelah waktu sudah cukup larut malam. Lift akan tertutup sebelum Flash tampak menyadari jika ia melupakan sesuatu dan menahan lift itu tertutup.
"Kau bilang jika kau merasa dirimu lemah hanya karena keadaanmu," Flash menunjuk pada kepalanya, "tetapi kurasa, bukankah semua orang jadi bisa melihat jika kau sedang berjuang untuk melawan sesuatu seperti penyakitmu itu. Ketimbang menunjukkan jika kau lemah, apa yang terjadi padamu saat ini menunjukkan bagaimana kuatnya kau melawan penyakitmu bukan?"
Peter terdiam, matanya membulat dan keadaan tampak sunyi beberapa saat.
"Kau tidak cocok mengatakan hal itu Flash," MJ tampak menatap kearah Flash dengan tatapan mengejek. Flash hanya bergumam hei pelan karena kata-katanya yang serius malah dianggap candaan oleh MJ. Peter tertawa, ia hanya menghela napas dan tersenyum pada Flash.
"Thanks Flash..."
.
.
Di salah satu ruangan ICU pribadi di rumah sakit terbesar di New York itu, Steve Rogers masih terbaring dengan puluhan alat yang terhubung agar ia bisa bertahan hidup hingga ia sadar. Tubuhnya tampak lemah dan sedikit terlihat lebih kurus dengan garis dagu yang tampak juga wajahnya yang pucat.
Keadaannya saat itu tampak membaik dan terbilang stabil meskipun sempat drop. Cho berusaha sebisa yang bisa ia lakukan untuk menyelamatkan Steve, namun sekarang tergantung pada kekuatan Steve untuk bertahan.
Suara pintu geser yang terbuka otomatis memecah keheningan tempat itu. Seseorang melangkah dengan sangat pelan, hingga hampir tidak menimbulkan suara. Ia berdiri sejenak memandangi tubuh sang kapten amerika, sebelum menghela napas dan duduk di kursi yang sering digunakan Tony untuk melihat keadaan Steve.
Ia memandangi foto keluarga yang ada disamping ranjang Steve dan memegangnya, membiarkan senyuman itu terulas di wajahnya.
"Hei pops..."
Peter hanya memegang tangan Steve, menatapnya untuk pertama kali secara langsung sejak 4 bulan yang lalu ayahnya dalam keadaan koma dan tidak sadar hingga sekarang.
.
.
Natasha memandangi pantulan dirinya di cermin selama beberapa saat ketika malam dimana Peter dan Tony berada di rumah sakit untuk sesi kemoterapi ketiganya. Ia memandangi handphonenya, dan tampak menghela napas mengambil gunting yang ada di depannya. Perlahan ia mengikat rambutnya menjadi kuncir kuda, dan dengan sekali gunting, ia menggunting rambutnya menjadi sependek bahu.
"Tasha?"
Ia menoleh dan menemukan Pepper yang tampak baru masuk ke dalam kamarnya. Pepper membulatkan matanya, melihat bagaimana helaian rambut Natasha tampak berjatuhan diatas lantai disekitar kursi cermin rias itu.
"Apa yang kau lakukan dengan rambutmu?"
"Kau tidak menyukainya?" Natasha tersenyum dan menatap Pepper dari pantulan cermin itu. Pepper tampak berjalan mendekat dan berdiri di belakang Natasha, "kau menyukaiku berambut panjang?"
"Tidak juga, aku menyukai seperti apapun penampilanmu," Pepper tampak memegang ujung rambut Natasha, "tetapi kenapa?"
Natasha tidak menjawab, ia hanya menggeser handphone di atas meja dan menunjukkan sesuatu pada Pepper yang membuatnya tersenyum dan menghela napas. Ia melihat rambut Natasha sebelum mengambil gunting yang digunakan Natasha tadi.
"Aku akan merapihkannya..."
"Tentu," Natasha hanya tersenyum dan membiarkan Pepper merapihkan rambutnya hingga berbentuk bob yang cukup rapi. Setelah selesai, Pepper memperhatikan rambut merah Natasha selama beberapa saat dan mendekatkan kepalanya diatas bahu Natasha.
"Bagaimana jika mencoba warna baru untuk rambutmu?"
"Seperti?" Pepper bergumam dan memikirkannya.
"Bagaimana dengan warna blonde pucat?"
To be Continue
Yak sebelum saya mulai kerja lagi di rs hari senin, kemungkinan akan update setiap hari. KEMUNGKINAN kalau ga webe.
Btw itu Nat awal cerita ini rambutnya rambut pas Civil war. Sekarang pas dipotong jadi rambut pas di Infinity War.
Ada yang bisa nebak, apa yang ditunjukin sama Nat ke Pepper di handphonenya? 😚😚😚
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top